Memeluk Senja (8)



Saya baru menyadari bahwa banyak catatan tentang kisah pensiun mama yang belum saya tuliskan. 

Recap cerita sebelumnya, mama awalnya aktif di PKK kabupaten. Mama lantas menikmati proses belajar hal baru, berkomunikasi dengan cara baru dan mendapatkan banyak pengalaman baru. Kemudian semua kegembiraan itu ditinggal. 
Mama lalu tinggal bersama kami di perantauan dan beradaptasi dengan suasana baru. Ini mestilah tidak mudah bagi seorang lansia. Betapapun sunyi rumah kampung, bagi mama rumahnya adalah yang terbaik. Belum lagi mengingat almarhum Apa dimakamkan di belakang rumah kami. Sehingga mama bisa mengunjungi makam kapanpun mama mau. Selain itu pekarangan yang luas memungkinkan mama berkebun kecil-kecilan di rumah. Sampai bisa menjual sedikit-sedikit. Jika mama menanam seledri, biasanya sampai belasan polybag. Dengan perawatan yang bagus, semuanya bisa tumbuh dengan maksimal. Paling berapalah kebutuhan mama akan seledri. Mama juga tidak selalu membuat sop atau nasi goreng. Maka mama saat panen, akan membawa seledrinya ke warung sayur dekat rumah. Demikian juga cabe rawit, bawang dan sebagainya. Terus juga bunga yang dirawat sejak benih. Setiap hari disiram dan ditunggui kedatangan helai demi helai daunnya. Sekarang tetiba mau ditinggal, tentunya ada rasa enggan. Belum lagi keluarga besar, sahabat dan tetangga, yang kini hanya bisa dijumpai nanti saat lebaran.

Setelah beberapa waktu berlalu, mama akhirnya menemukan kegembiraan baru. Mama ikut aktif bersama saya dalam komunitas Ibu Profesional. Ada banyak value yang membuat mama jatuh cinta. Value tentang belajar tanpa henti, tentang cara menyikapi tantangan, tentang mendahulukan keluarga dan juga tentang bermanfaat secara luas. Mama dengan antusias mengikuti seminar-seminar yang diadakan di seputaran jabodetabek. Ketika ada kulwapp atau tayangan video tentang Ibu Profesional, mama pun mengikutinya dengan rajin. Bahkan ketika saya bawa mama mengikuti seminar itu, mama lebih rajin membuat catatan-catatan. Puncaknya, mama mengajukan diri menjadi pengurus rumbel berkebun. Tatkala kekurangan pengurus, mama dengan senang hati ikut berkontribusi.

Mama lantas menerapkan banyak value dari komunitas Ibu Profesional. Tentang non stop learning, itu sudah pasti. Mama sebagai pendidik, sudah pasti memiliki karakter suka belajar dan mengajar. Nah ini ada kisah menarik. Pada suatu ketika, saya membawa mama ke acara family camp. Pada saat itu ada sesi class for friend. Jadi selain materi yang diberikan oleh nara sumber, ada masa jeda dimana peserta camp bisa saling membagikan ilmu. 
Maka pada saat itu hadirlah ahli coding cilik, ahli decoupage, ahli craft dari kertas koran, dan banyak bidang lain. Mama lalu ikutan raise hand. Mama dengan berbinar mau mengajukan diri membagikan ilmunya tentang komposting. Perkara ini sebenarnya sudah jadi ilmu yang dikuasai mama. Berawal dari belajar zero waste di rumbel berkebun yang lanjut dengan mengenal berbagai teknik komposting. Lalu kami di rumah mengambil satu teknik yang paling sesuai dilaksanakan di rumah kami. Mama sih yang paling banyak mengerjakan komposting ini, karena saya sibuk terus dengan anak-anak. 
Singkat cerita, class for friend ini berlangsung lancar. Mama berhasil delivering ilmunya dengan mulus dan pesertanya bahkan meminta ada sesi lanjutan dengan mama. Sampai ada yang habis camp mau mampir ke rumah kami agar lebih leluasa ngobrolnya. Ini hal yang menggembirakan tentunya. Tapi mama tidak begitu gembira. 
"Kenapa kalau Bu Septi dan Eci, atau yang lainnya, kalau ngasih materi sepertinya luwes dan bagus interaksinya. Tapi kalau mama, terasa kaku sekali." 
Saya nyengir.
Mama makin penasaran. Lalu saya jawab, itu karena mama berpuluh tahun menjadi guru dengan cara one way ngasih materinya. Sementara di Ibu Profesional, Bu Septi mengajarkan kami menjadi fasilitator. Saya lantas lanjut menceritakan ciri fasilitator. 
Mama manggut-manggut, dan bilang, "Oo kalau begitu mama akan belajar cara jadi fasilitator." 
Whoaaa... 
Saya terpesona. 
Tidak mudah menurut saya, perubahan ini terkait dengan karakter, diksi, dan sikap kita terhadap penerima ilmu. Tapi melihat kesungguhan mama, saya jadi terharu dan bertekad membantu mama agar bisa menjadi fasilitator handal. 

Demikianlah, mama makin seru bermain dalam komunitas ini, dan sekali lagi mendapatkan ilmu baru dan bertemu orang baru. 

Perjalanan baru membawa mama pada banyak catatan baru pula. 

Sekali lagi saya diliputi kegembiraan. Bahwa di masa pensiun mama, beliau bergembira. Alih-alih melamun di jendela, melihat anak-anak SD yang berangkat ke sekolah, mama ikut belajar di ruang kelas yang sebelumnya tidak terbayangkan. 

Sayang, kisah petualangan mama belum berakhir sampai di sini. Nasib dunia ini membawa mama pada situasi yang baru, dan tantangan baru telah menanti. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga