Posts

Showing posts from November, 2021

Menjadi yang Bermanfaat

Image
Akhir pekan kemaren pada sebuah obrolan via telpon, mama bercerita tentang kegiatannya di kampung. Mama mengisahkan lomba yang diikuti oleh kampung kami. Salah satu bagian yang dibahas adalah tentang pengelolaan sampah. Pihak penilai memberikan apresiasi pada tata kelola sampah yang apik. Sehingga dari pusat nagari hingga rumah paling ujung di punggung gunung, tidak ditemukan sepotong sampah. Bahkan saat hari pasar digelar di balai (alun-alun), sampah tetap bisa dikelola dengan sangat baik. Tidak lebih dari satu jam setelah pasar usai, balai telah bersih kinclong. Bahkan sehelai daun kering pun tidak bisa ditemukan. Namun petugas dari provinsi tersebut menyayangkan belum adanya kegiatan komposting di kampung kami. Mereka menyarankan agar sampah dipilah dan kemudian sampah organik bisa diproses mandiri agar menjadi kompos.  Mama saya, selain pernah menjadi pengurus PKK Kabupaten, juga aktif di lingkup kampung, sehingga beliau juga hadir saat ini. Dengan sigap mama dan pemuka nagari lain

I am Small & Perfect

Image
Ruang belanja sayur mayur via online telah beberapa kali saya gunakan. Saya senang mengulik laman aplikasi kang sayur online itu. Karena tampilan foto sayur dan buah yang segar, sungguh sangat memanjakan mata. Berkat aplikasi ini juga, saya jadi menambah pengetahuan tentang nama sayuran yang tidak lazim saya jumpai sehari-hari. Kang sayur online , sangat membantu saat saya tidak leluasa keluar rumah. Saya tetap bisa masak tanpa perlu gusar dan memaksakan diri ke pasar. Senangnya. Dari pengalaman belanja itu, ada satu hal yang menarik. Aplikasi belanja itu memiliki menu IMPERFECT !  Whoaaa, sayuran macam mana yang imperfect itu?  Saya kira ibu penasaran seperti saya akan auto klik, meski sayuran untuk masak besok, sudah komplit di keranjang belanja.  Di sanalah berada tomat imut itu, dengan seraut senyum pula. Lengkap dengan caption:  "Saya imperfect , ukuran saya kecil tapi saya tetap manis dan bergizi." Saya tersenyum. Terpengaruh dengan garis senyum si tomat imut. Ini se

Kisah Tukang Parabot

Pada pekan pertama tinggal di kota, saya takjub dengan banyaknya bebunyian di sekeliling rumah. Begitu subuh berakhir, bebunyian pertama diawali oleh panggilan para tukang roti, tahu Bandung, susu murni, dan kang sayur tahap 1. Tukang roti terutama, memiliki nyanyian sendiri-sendiri. Begitu matahari sedikit beranjak, lain lagi panggilannya. Parade tukang sayur tahap 2 pun dimulai, demikian juga ada penjual ikan keliling. Dalam senyap itu, melangkah pula mbok jamu dengan keranjang jamu yang sudah dipastikan berat banget itu.  Ketika siang nyaris datang, ragam jualan makin banyak. Kini muncul tukang rujak, es krim, dan buah potong. Lewat pula tukang sayur tahap terakhir. Yang merupakan andalan ibu-ibu yang tadi melewatkan pertemuan kang sayur 1 dan 2. Di bawah terik sinar matahari itu juga, melangkah tegap bapak yang memanggul bale-bale bambu. Tidak banyak suaranya yang keluar. Hanya sesekali saja. Mungkin karena beban berat yang dipikulnya. Betapa tidak, satu bale-bale saja udah berat b