Memeluk Senja (5)

 Rutinitas adalah hal yang menakutkan di satu pihak. Ketika ritme keseharian sudah demikian menyatu dengan fisik, rutinitas menjadi bahaya jika diganti mendadak. Saya mencemaskan mama yang sepagian sudah sibuk dengan persiapan mengajar. Lalu menghabiskan waktu berputar di dunia pendidikan.

Namun lebih dari aktivitas rutin, saya lebih mencemaskan proses berpikir yang terhenti. 


Ketika mama menjadi kepala sekolah, mama menghadapi banyak tantangan. Mulai dari mengelola manajemen sekolah, membuat strategi-strategi, berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, menjalin komunikasi dengan pemerintahan desa, bekerjasama dengan komite sekolah, dan juga menjalin komunikasi dengan semua wali murid. Belum lagi apabila ada hal yang di luar dugaan. Seperti sekolah yang runtuh karena gempa besar. Mama mendadak menjadi seorang yang merancang visual sekolah, lalu menceritakannya agar kontraktor bisa menerjemahkan bentuknya. Oh ya, proses memilih kontraktor itu juga sebuah tantangan sendiri. Belum lagi mengawal pendirian sekolah, memeriksa apakah setiap besi yang dibeli sudah sesuai spek-nya, terus juga memastikan tukang bekerja dengan sempurna. Nanti di akhir pembangunan, juga diaudit dengan ketelitian yang maksimal agar uang negara dibelanjakan dengan sebagaimana mestinya. 


Itu baru satu contoh saja. Ada banyak kejadian yang melibatkan proses berpikir, terkadang perlu mengambil keputusan ekstrim dan menyakitkan. Tapi ya demikianlah adanya seorang pemimpin. Seorang yang melangkah di jalan yang senyap. 


Prose berpikir yang terhenti ini yang saya cemaskan. Apabila pagi datang, apa kiranya yang mama lakukan. Selain mandi dan sarapan, lalu mama mungkin akan sibuk mengurus pekarangan. Menanam bunga dan sedikit sayuran, sembari mengurus rumah sehari-hari. 

Aktivitas yang berbeda mungkin hanya saat ada kegiatan pengajian rutin di masjid. Akan tetapi begitu mama memilih aktif di PKK, proses itu berlanjut dalam bentuk yang kini berbeda. Mama belajar hal baru, bertemu banyak orang baru dan belajar komunikasi dengan cara berbeda. Pola kepala sekolah dan guru tentunya akan berlainan dengan gaya komunikasi dengan masyarakat luas. Ketika mama mengajarkan tentang KDRT di desa-desa, ada strategi komunikasi tersendiri. Agar materi yang kompleks itu bisa diterima dengan mudah.


Segala yang mama lakukan itu membuat dunia menjadi lebih menarik. Karena ada banyak jenis aktivitas yang memancing binar mata. Mulai sejak bertemu hal baru. Mama lalu belajar banyak. Kadangkala tidak kelar di kota kabupaten kami saja, mama lalu pergi ke ibukota provinsi. Di sana mama akan belajar bareng pengurus PKK lainnya. Nanti setelah dijejali sekantong oleh-oleh pembekalan. Kantong itu lalu dibawa ke tiap pelosok desa. Untuk diceritakan pada semua lapisan masyarakat. Sebagai pensiunan guru yang berkecimpung puluhan tahun di bidang pendidikan, belajar dan mengajar adalah hal yang dicintai mama. Ini sejatinya adalah hidup mama. 


Lebih jauh lagi, ada banyak kisah baru yang terjadi. Serta mama menemukan teman-teman baru yang menyenangkan. Di masa-masa itu, saya mendengar tiap cerita mama dengan gembira. Mama akan membagikan segera tiap perjalanannya. Sehingga saya jadi seolah ikut turun ke desa-desa. Sebenarnya ini sedikit mengharukan. Saya teringat dulu saya terbiasa ngobrol berjam-jam dengan mama setiap saya pulang dari kostan semasa kuliah. Eh bukan ngobrol sih, tepatnya saya berbicara panjang lebar sementara mama mendengarkan dengan sabar dan antusias. Kini gantian saya yang mendengar dengan riang bahagia. Riang karena saya ikut mendapatkan wawasan baru, dan bahagia bahwa mama terus menjalankan proses berpikir dan berkarya.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga