Pulang ke Rumah

 Tadinya malam ini mau lanjut nulis tentang belajar analis bareng anak-anak jelang remaja ini. E tapi lihat notif facebook, tentang postingan KLIP. Postingan tim KLIP kali menyinggung tentang rumah. Dalam konteks ini, rumah adalah tempat kita menemukan kedamaian. Terus ada ajakan ngobrol tentang buku apa yang membuatmu serasa pulang ke rumah. 

Saya jadi terhenti sejenak. Seraya memikirkan buku mana yang membuat saya seketika menemukan kedamaian. Saya lalu dilanda kesulitan yang mendadak. 

Ingin rasanya menyebutkan karya Eiji Yoshikawa, "Mushasi" atau Kisah Batas Air. Sebab ia sukses membawa saya berkelana ke sejarah yang menarik di negara lain. Saya terpesona betapa kisah yang sedemikian panjang itu membuat saya betah membacanya. Sejauh ini Mushasi adalah buku paling tebal yang ada di lemari buku. Dan hanya dua kali saya sukses membacanya dari awal hingga akhir. Tapi setelah dipikir, saya engga nyaman juga membacanya. Sebab ada adegan-adegan yang mengerikan untuk dibayangkan. Ya gimana. Namanya juga buku tentang samurai. Jelas tidak akan ada perselisihan yang kelar karena musyawarah di sana. Terus saya juga baper karena memikirkan betapa banyak orang yang kehilangan di buku itu. Alih-alih damai, saya mungkin rada terganggu. Tapi ya tetap saja dibaca, karena kisahnya yang luar biasa itu. 

Lalu mungkin juga buku berlatar India, The Two States, yang ditulis oleh Chetan Bhagat. Ia adalah penulis yang sama dengan buku the Three Idiots. Buku yang telah difilmkan dan dibintangi oleh Aamir Khan. Film yang membuat saya menangis dan tertawa. Nah Two States, berkisah tentang dua keluarga yang menyatu karena pernikahan. Ini buku yang menarik karena penyampaian konfliknya sedemikian asik. Tapi ya ngga sampai ke level nyaman juga sih membaca buku ini, meski saya baca berulang-ulang kali. 

Lalu apakah buku-buku Sherlock Holmes? Saya jelas bisa menghabiskan berjam-jam waktu demi tersesat dalam rumitnya kasus-kasus yang tengah ditelusuri Mr. Holmes. Tidak bisa disangkal betapa buku ini termasuk salah satu buku yang punya banyak fans garis keras. Tapi ya bukan jenis buku yang mendatangkan kenyamanan juga sih. Ya gimana mau nyaman kalau bacanya sambil mikir-mikir.. hahaha.. 

Terus kalau diingat, buku yang paling sering saya re-read adalah buku JK.Rowling yang fenomenal yang semua orang juga tahu. Apalagi kalau bukan Harry Potter. Saya udah engga bisa menghitung berapa kali sudah saya membacanya ulang. Ada pesona tersendiri dari buku yang satu ini. Tapi bagi saya, saya menyukai cara penulis menggambarkan detil kejadian. Ketika kalimat demi kalimat melintasi kepala, seketika itu juga adegannya terbangun dengan lengkap di dalam benak. Jika ia sebuah ruangan, segala pernak pernik di ruangan itu lengkap diceritakan, tanpa memantik rasa bosan. Jika menceritakan tentang seseorang, kita yang tengah membaca, serasa mengenal orang tersebut bagai kawan lama. Kita tidak hanya tahu perawakannya, tapi juga detil-detil kecil seperti ekspresi wajah, atau baju kesukaannya. Kita tahu apa kebiasaannya dan juga hal-hal yang men-trigger emosinya. Saya jatuh cinta pada penuturan JK. Rowling. Tidak salah jika buku fantasi ini lantas menjadi masterpiece yang kemudian tersebar ke seluruh penjuru dunia. 

Tapi jika saya ingat lagi, ternyata bukan kisah Harry Potter yang membuat saya serasa pulang ke rumah. Buku yang membuat saya merasa tentram, sekaligus pengen jejingkrakan layaknya anak remaja yang berbahagia justru buku lain. Buku yang kecil, ceritanya tidak terlalu panjang, dan alurnya sederhana. Ia menceritakan kejadian-kejadian sederhana yang bisa dilalui remaja putri di sebuah sekolah berasrama. Iya, buku itu berjudul "Mallory Towers". Sebuah buku lama, yang dulu pernah saya baca saat remaja. Saat ini saya telah berhasil melengkapi serinya. Membacanya kembali membuat saya serasa kembali ke rumah kami di punggung gunung. Saat tidak banyak bacaan yang menarik. Buku itu membuat saya terbang jauh ke negara lain, lalu naik kereta api yang saat itu hanya sanggup saya bayangkan. Lalu berjumpa karakter-karakter unik yang berbeda dengan penduduk desa kami. Buku itu membuat saya dihinggapi rasa senang dan juga rindu. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga