Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga

 


Hujan turun sejak dinihari, hingga matahari datang menjemput semua makhluk hidup. Bukan. Bukan hujan, ini hanyalah gerimis yang menggoyangkan daun monstera perlahan-lahan. Bukan hujan yang akan membasuh debu. Namun untaian selarik tipis yang menghalangi sebagian orang untuk keluar rumah. Saya menatap keluar dan terbias sendu. Gerimis entah kenapa berkawan karib dengan kesenduan. Mungkin hujan membuat langkah tertahan sejenak, sementara kenangan menghambur begitu saja. Bisa jadi karena hujan membuat kita menjadi nyaman. Saat partikel air mendinginkan kerisauan, hati jadi lebih tenteram. Lalu angan berkelana ke pelosok-pelosok kejadian masa silam, tentang hujan. 

Hari ini hari ketiga Ramadan. Saya baik-baik saja sejauh ini. Tepatnya memaksakan diri agar tangguh. Sebagai penderita gerd, sampai saat ini saya masih bertahan. Kadang ada masa-masa yang membuat saya meluruskan badan begitu saja, tergeletak di sofa atau di kamar anak. Lalu waktu berjalan lambat, merayap. Sisanya merupakan perjuangan. Terutama karena belum ketemu obat yang beneran pas bisa menyembuhkan sepenuhnya. 

Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan bahwa olahraga membantu banget agar bafan lebih enakan. Engga bloating lagi, dan jauh lebih baik. Juga karena rutin makan segala yang banyak unsur kolagen, jadi memperbaiki kondisi perut. Tapi belakangan sakitnya datang lagi. 

Banyak yang bilang, gerd muncul karena pikiran. Tapi lain kisahnya dengan saya. Gerd adalah kawan lama sejak kanak-kanak. Apalah yang bisa dipikirkan oleh anak yang sibuk main masak-masakan. Yang membuat mahkota dari jalinan daun dan bunga, lantas menjadi ratu penguasa halaman samping. Bagaimanapun, selama Ramadan saya berusaha bangkit. Karena ada suami dan anak-anak yang akan menjalani Ramadan dengan gembira, fokus beribadah dan mencipta kenangan. 

Ini hari ketiga.

Dan masih saja ditemani gerimis halus. Tipis tertiup angin. Saya masih saja melamun memandangi daun yang berayun perlahan.  Udara sejuk sudah sempurna membungkus suasana. Lalu angan mengembara pada bulan puasa di waktu lampau. Ramadan tahun ini sudah jelas tidak sama dengan sebelumnya. Justru harus berbeda, menjadi lebih baik kualitas ibadahnya. Apapun kondisinya. Ramadan tahun ini di rumah hanya kami berlima saja. Berbeda jauh dengan tahun lalu saat keluarga besar berkumpul di sini.

Hujan masih turun, menemani yang bertahan. 


PS: Menu Hari Ini

Sahur: Sawi balado telur - Ayam katsu - Emping melinjo

Berbuka: Ayam goreng lengkuas - Kangkung cah terasi - Balado teri kacang


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat