Posts

Showing posts from 2013

Atya Berani dan Atya Tidak Berani!

Image
Bulan September 2012, kami pulang ke kampung.. Di kampung saya, ngga jauh dari rumah ada pasar tradisional, yang diadakan dua minggu sekali. Kalau mudik, saya senang ke pasar ini yang di kampung kami disebut 'balai'. Saya senang ke balai bukan karena makanan yang sudah lama tidak saya jumpai, tapi karena di pasar ini saya bertemu dengan tetangga-tetangga, baik di tempat tinggal sekarang maupun sebelumnya.

Mudik Pertama Tanpa Bunda

Image
Mudik di tahun ini berlangsung dua kali, pertama pas lebaran, kedua pas pernikahan adik ipar. . Masalahnya adalaha saya tidak bisa cuti lama dimudik kedua, sementara suami perlu meluangkan banyak waktu untuk mengurus pesta pernikahan di kampung. Maka solusinya adalah suami mdik duluan kemudian saya menyusul beberapa hari kemudian. Suami akan berangkat bersama Atya, then saya bersama Zifa. Dilema banget nya disisni, saya cemas sangat kalo Atya mudik tanpa saya, gimana Atya tidur malam tanpa saya karena sejauh ini Atya ngga bisa tidur tanpa memegang pipi bunda. Tapi saya juga ngga yakin membawa dua balita di perjalanan mudik sendirian. Well... AKhirnya Atya mudik bersama Ayah. Ketebak dong gimana ribetnya saya, menyiapkan Atya mudik, beresin properti Atya, ngaturin Atya gimananya di jalan *untung suami ngga sewot krn emak Atya ini ribet banget* termasuk konsolidasi dengan mama di kampung..hayah.. Saya sengaja ngga liat saat Atya dan Ayah berangkat, alesannya biar Atya ngga keinget

Hari ini, Hari Ibu..

Hari ibu di tanggal 22 Desember? iya.. telah ditetapkan dalam dekrit Presiden. Tapi karena mama ulang tahun ke 63 di hari ini, maka boleh dong saya mulai merayakannya di hari ini. *anyway..bertrimakasih ke ibu mestinya setiap saat ya*

Rantang.. Bagian dari Lebaran di Masa Kecil

Terlintas di kepala, lirik jam dinding, pukul 12.43.. Tapi kepikiran... tapi mo diomongin dengan siapa. Tulis aja deh... Jadi begini pemirsah.. Saat saya masih SD, saya punya beberapa buah rantang mungil yang terdiri dari dua tumpukan kotak makanan. Biasanya menjelang lebaran, mama membelikan saya rantang baru jika rantang sebelumnya telah rusak.

Mama Wati, Mama Budi, Mama Iwan.. dan seterusnya

Tadi siang, di motor, saat boncengan di motor dengan si kakak pergi belanja cemilan untuk oleh-oleh mama yang akan mengunjungi saudara ke Semarang. "Uda, tadi mama Fael ngasih uang ke Tya dan Zifa, semua anak-anak disini dikasih THR, mungkin karena ntar sore udah mo mudik kali, eh kalo dipikir nama mama Fael ini siapa ya.." Si kakak semata wayang saya ini, baru beberapa lama tinggal bersama kami. Dia tertawa ringan.. "Uda tahu loh semua nama ibu-ibu di komplek ini.." "oh ya.." "Nama istrinya ini?" "Shinta" "Mamanya ini? "Keke" Saya sebutin semua tetangga... Eh beneran dia bisa jawab semua loh. Saya terpana abis. Saya aja ngga hafalin semuanya...

Apakah Bunda Haus?

Sudah lamaaaa banget kejadiannya, saat suami baru parkir mobil di halaman dan membuka kaca mobil untuk menyapa dua balita yang riang gembira jejingkrakan di depan pintu. Atya yang paling rusuh “Ayah bawa apa, Ayah bawa apa..” Keesokan harinya saya mengingatkan Atya, sebaiknya saat ayah pulang, tanya ayah dulu apakah ayah capek atau apakah ayah haus. Kemudian obrolan dengan Atya ini pun berlalu lama..terlupakan. Entah Atya mengerti atau engga.. Hari - hari Atya terisi penuh, Atya sibuk mengunting kertas, menyanyi, sibuk membaca buku, bermain dengan sepeda dan sejumlah aktivitas menyangkut benda dan teman imajinasinya. Hingga kemaren malam, saat saya pulang agak malam karena macetnya pake banget. “Bunda haus ngga?” "Iya Bunda haus." "Tunggu dulu ya Bunda, Bunda istirahat dulu, Tya ambil minum dulu ya." Dan Atya datang dengan gelas kecil yang biasa dipakainya, dengan air minum terisi setengah. *air mata merebak* Aaaaaak... terharu.. etapi apa ini s

Adik bertanya, Kakak menjawab *halah*

Suatu siang dimana saya masih bedrest pasca typus, saya baring-baringan dengan bosan di kamar. Sementara anak-anak sedang membaca buku bersama mama di luar. Obrolah mereka pun singgah ke kamar. Zifa -> "Itu apa Kak..?" "Capo." Capo itu adalah karakter dalam buku cerita dengan judul buku 'Capo yang Sombong' "Itu apa Kak..?" "Capo." "Itu apa Kak..?" "Capo." "Itu apa Kak..?" "Adek nanya-nanya mulu" "Itu apa Kak..?" *saya menunggu nyaris tak sabar apa jawaban kakak* "Kan udah dijawab." -> sampai disini suara kakak sudah jauh dari sabar.

Sisi Romantis

Saya ingat ada obrolan singkat mengenai bunga yang entah kenapa terlintas aja di kepala saat melewati deretan kios penjual bunga. "Ayah, maukah belikan bunga sesekali" "Untuk apa?" "Ya belikan aja setangkai bunga." "Iya, boleh aja sih kalo mau bunga, tapi bunganya untuk apa?" Arrrgh.... *langsung manyun* "Ngga jadi deh, ngga usah belikan bunga." *ngambek critanya : ))*

Tukeran Kado Ulang Tahun

Image
Late posting, kejadiannya udah lewat sebulan sih : ) Ini sebenarnya iseng aja, mengingat saya dan suami adalah dua makhluk simpel yang sepakat bahwa ide "saling memberi kado" bukanlah something seru. Maka entah kenapa pada suatu siang melelahkan di kantor, saya bbm beliau.... iseng.. "Ayah, hayuk kita tukeran kado pas ultah ya.." (ultah kami deketan tanggalnya) "Hmmmm.." "Artinya mau atau nggak mau?" kali ini replynya rada lama.... "Belum kepikiran sih.." "Kepikiran apanya.." "Ya kepikiran mo ngasih apanya.." Sampai disini saya nyadar sesadar-sadarnya bahwa beliau telah memberikan segala sesuatu yang saya perlukan dan berjuang memenuhi semua impian saya.. Bahkan saya mengerti banget kalo perjuangan suami untuk menjaga keluarga agar selalu riang gembira, itulah kado sesungguhnya.

Multiple Intelligences, Linguistic Intelligence pada Atya si Pipi Bulet

Mari ngebahas multiple intelligences yang dikemukakan oleh Dr. Howard Gardner di tahun 1983. Bapak Gardner ini adalah profesor di bidang pendidikan di Harvard University dan juga seorang psikolog. Beliau membagi kecerdasan ini dalam delapan aspek. linguistic intelligence (kecerdasan linguistik) logical - mathematical intelligence (kecerdasan logika - matematika) spatial intelligence (kecerdasan visual - spasial) bodily - kinesthetic intelligence ((kecerdasan gerak tubuh) musical intelligence (kecerdasan musikal) interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) naturalist intelligence (kecerdasan natural) Multiple intelligences ini yang membantu orang tua mengenali kekuatan dan kekurangan anak. Kalau saya sih percaya pengenalan kecerdasan anak ini lebih tepatnya diidentifikasi oleh orang tua sendiri, karena ortu-lah yang mengamati perkembangan anak sepanjang hari. Nah, pada Atya perjalanan kecerdasan linguistiknya

Nama untuk Atya Dan Zifa

Semenjak hamil putri pertama, saya sudah intip link pencarian nama bayi, dan saya sibuk membolak balik buku panduan nama bayi, tapi tetap tidak menemukan ide menarik. Hingga saat menjelang kelahiran, saya masih belum mendapatkan nama untuk putri pertama ini. Saat saya diru,mah sakit, saya sering memikirkan nama Farah. Sungguh nggak ada kaitannya dengan nama chef hebat Farah Quinn meskipun saya suka memperhatikan acara masaknya di tv. Saya hanya merasa nama Farah mewakili sosok feminim yang ceria dan baik. Setelah melahirkan, saya segera 'declare' ke suami bahwa putri pertama ini mestilah dinamai Farah, yang disambut beliau dengan senang hati, karena nama Farah adalah singkatan namanya. Saya segera tersadar, FaRah could be a simple form of Fadli Rahman. Gimana ayahnya nggak happy kalo begini. Okeh...bungkusssss..nama Farah fixed akan ada di akte kelahiran, tapi what the rest? karena kami sepakat nama anak baiknya terdiri dari tiga suku kata. Adik ipar menyarankan nama yan

Dilarang Berdiri di Depan Pintu

Saat saya hamil putri pertama, saya menghabiskan akhir trimester ketiga di kampung. Disinilah saya mendapatkan banyak larangan terkait ibu hamil. Salah satunya: dilarang berdiri di depan pintu. Tidak jelas juga sih apa maksudnya, yang jelas para sesepuh di kampung akan mengomeli saya tanpa ampun kalau saya kedapatan berdiri di depan pintu, baik dengan posisi berdiri manyun ataupun tidak manyun...hihihi...

Bunda Tidak usah Kerja

Obrolan malam dengan Atya seringkali berakhir begini: "Bunda..besok Bunda ngga usah kerja. Nanti Bunda capek." "Nggak kok, Bunda ngga capek." "Nanti Bunda ngga bisa pulang." Saya mulai menatap serius, ini mestilah ada yang membebani Atya "Bunda akan pulang, Bunda pulang kantor akan selalu pulang untuk main sama kakak." "Atya mau main sama Bunda, Bunda kerjanya sedikit aja ya.." Hiks....

Selamat Tinggal Ikan

Ada sepenggal masa di remaja saya, saat kami tinggal di lembah indah. Saat itu orangtua sedang giat bertani dan beternak. Lembah itu seperti wajan, dikelilingi perbukitan yang ditanami kopi dan kayu manis. Di kaki bukit lahan sawah berjenjang-jenjang indah. Sesekali kami mengganti tanaman padi dengan tomat, buncis, bawang merah dan kacang. Tepat ditengah 'wajan' adalah rumah kami. Rumah panggung yang berdiri di samping kali kecil berair jernih dan sejuk. Mama menanam banyak bunga yang membuat rumah mungil kami indah sekali. Yang saya akan ceritakan adalah tentang ikan-uikan yang banyak kami pelihara. Papa mempelajari peternakan ikan dan berhasil mengembangkan peternakan ikan sendiri. Separuh dari lahan sawah kami menjelma kolam ikan. Saya menjalani semuanya, mempersiapkan kolam, menemani induk ikan bertelur di sepertiga malam, terjun ke air dingin memindahkan si induk sesaat setelah selesai bertelur, memindahkan bayi-bayi ikan ke sawah beberapa minggu kemudian, memindahkan

Kisah Si Jambu Air

Salah satu teman baik saya adalah si jambu air. Tumbuh sendiri di pematang sawah, mendapatkan air yang cukup dan zat hara melimpah. Si jambu air yang bercabang rendah ini sungguh murah hati, karena rajin berbuah. Sudah menjadi kewajiban saya sepulang sekolah untuk membawa semangkok garam ke cabang jambu yang paling matang buahnya. Disanalah saya duduk nyaman, memperhatikan awan dengan burung elang beterbangan, atau memperhatikan babi hutan di kejauhan. Sembari mengunyah jambu air tentunya. Saat itu sudah jelas bahwa perkara jambunya bersih atau tidak, diabaikan. Keajaiban alamlah yang membuat saya tidak sakit perut setelah menghabiskan jambu di satu cabang pohon lalu pindah ke cabang lain, hingga garam dimangkok habis dicocoli jambu. Demikian pula keesokan harinya, dan esok harinya lagi, hingga buahnya habis. Untuk kemudian saya tunggu kedatangan musim berbuah berikutnya. Sayang sekali teman baik ini kini sudah tiada.. Hiks..

Kapan Menikah?

Entah bagaimana orang lain jika ditanyakan pertanyaan ini. Yang jelas saya jengah.. Ini satu pertanyaan yang susah dijawab, kalau dijawab ogah-ogahan, ntar dikira ngga mau serius memikirkan masa depan, kalo dijawab memelas, bisa dikira hopeless. Dan entah kenapa, orang-orang makin rajin bertanya jika usia sudah melewati 25 tahun. Tapi rata-rata, meskipun rada gondok di hati, saya menjawab dengan sopan kemudian berkelit mengalihkan pembicaraan. Hingga datang suatu hari dimana saya terpaksa ketus pada pertanyaan ini. Saat itu dini hari yang dingin di Bandara. Saya akan ikut penerbangan pertama. Saya memutuskan pembicaraan dengan Abang saya di kampung, kemudian duduk di bangku yang hanya terisi beberapa. Berselang sepuluh menit, seorang bapak separuh baya yang ramah duduk disebelah saya dan beliau menyapa hangat. Seketika obrolan mengalir hangat dan seru. Hingga muncul percakapan ini: Sudah menikah? Belum Pak.. Kenapa? (Yang ini dijawab senyum) Umur berapa? (Masih senyum)

Ke Pasar Bersama Kedua Putri

Saya memerlukan belanja bahan masakan selama seminggu. Biasanya saya ke pasar tradisional tak jauh dari rumah, pada hari Sabtu. Kenapa Sabtu..karena konon kata uni penjual ikan, varian ikan lebih banyak pada hari Sabtu, dan jauh lebih segar. Alasan lainnya, setelah belanja, saya memerlukan waktu setengah hari untuk mengolah bahan makanan tersebut setengah jadi, agar menyingkat waktu memasak di hari kerja nan hectic. Momen seru selalu terjadi kalau saya membawa serta para putri berpipi bulat ini.. Here is the records: - Jika membawa Zifa, pastikan sigap berkelit saat tangan2 mengarah ke pipi Zifa. - Keuntungan membawa Zifa..selalu ada tambahan buah dari Mbah penjual buah-buahan.. :) - Saat membawa Atya pastikan sebelum ke pasar, ada agreement dulu, apa yang bisa dibeli dan apa yang tidak bisa dibeli, karena tanpa perjanjian awal, argument beli mainan/makanan akan sulit dimenangkan.. Allright.. Saya mungkin emak2 disiplin, tapi mendengar permintaan Atya yang memelas... Hati langsun

Takut Pada Sore, Takut Pada Pagi

Saat saya kuliah, saya sering galau ngga jelas pada sore hari. Saya memikirkan banyak hal dan kebanyakan saya merasa pesimis sekali. untuk mengatasinya, saya suka berlama2 di masjid yang untungnya persis depan kost-an agar saya ngga galau berlarut. Kondisi perasaan ini kadang begitu kuat hingga saya kadang takut jika sudah menjelang sore. Teman saya lain lagi, dia mengaku suka galau di pagi hari, pun dengan alasan yang ngga jelas. pokoknya ga nyaman aja. Apakah kami berdua stress karena kuliah, ya.. ngga juga sih. Beban kuliah rasanya normal saja. Hal2 lain selain kuliah sepertinya berjalan normal. Saat saya sudah selesai kuliah dan bekerja, saya masih merasakan galau yang sama. Haya saja, karena kelelahan, seringkali perasaan itu tenggelam. Saya menyadari perasaan ini kembali saat ulang tahun pernikahan kedua, saya sadari setelah saya menikah, saya ngga pernah lagi merasa sedih kala sore. Saya percaya kehadiran suami membuat saya berhenti mencemaskan banyak hal. Mungkin saja du

Suara-suara Sebelum Lebaran

Saat saya masih usia SD, keluarga saya tinggal di sebuah kampung di punggung gunung. Saat itu belum banyak rumah yang memiliki televisi/radio, sehingga kalau malam, suasananya sepiiiii banget. Nah.. hal menarik yang lekat di ingatan saya adalah nada-nada pada malam menjelang lebaran. Banyak suara yang hanya muncul di malam-malam menjelang lebaran. Ini demikian kuat teringat, mungkin karena nuansanya begitu khas. Suara-suara dimaksud adalah suara persiapan lebaran di tiap rumah. Dari arah belakang rumah, saya menangkap suara kocokan telur (saat itu belum ada mixer) awalnya suaranya keceng terdengar.. ceritanya kan tenaganya masih full.. lama-lama suaranya memelan, pertanda yang lagi bikin kue udah mulai lelah.

Cerita Asisten Rumah Tangga

Saya tidak berpengalaman tentang Asisten Rumah Tangga, karena orang tua saya tidak pernah memakai jasa art. Namun saat saya melahirkan putri pertama, kebutuhan art terasa mendesak, mengingat saya segera akan kembali bekerja dan kami sungguh amat jauh dari orang tua. Maka pencarian dimulai.. Alhamdulillah segera bertemu, beliau berusia 40an, punya dua orang putri yang sudah besar dan belum pernah bekerja sebagai art sebelumnya. Saya dan suami berpendapat bahwa art yang tinggal di rumah adalah bagian dari keluarga, maka mengabaikan nasehat berbagai pihak yang menyarankan agar jangan terlalu dekat karena nanti bisa ngelunjak. Kami malahan memanggil beliau dengan panggilan "bude". Diharapkan putri kami kelak akan belajar menghargai beliau sebagai orang tua dan seseorang yang berperan dalam pengasuhannya. Selanjutnya kami selalu memperlakukannya dengan baik, membiarkannya menemukan pola kerja sendiri, memberitahu hal-hal utama dengan baik, dan saya maupun suami tetap mengerjak

Momen Akad Nikah Kami

Saya senang menghadiri acara akad nikah, mengikuti prosesinya dengan khidmat meski ujung-ujungnya suka menangis terharu.Setelah saya bertemu calon suami yang pekerjaan weekend-nya adalah mc wedding (resepsi dan akad nikah), saya pernah di satu kesempatan memperhatikan beliau memimpin acara akad nikah, sungguh sangat touchy.  Saya kagum luar biasa dengan nuansa sakral yang berhasil dibangun. Meskipun berakhir dengan saya yang kabur keluar ruangan dan ngumpet di toilet karena saya menangis lebih kenceng dari hadirin yang lain.. Ups.. Acara akad nikah kami sendiri berlangsung beberapa minggu sesudahnya. Dengan penuh semangat saya sudah merancang sebuah prosesi sempurna tanpa cela, dengan calon suami yang terbiasa handle acara akad, maka tidak ada keraguan saya akan mendapatkan prosesi akad yang hebat. Demikian.. waktu bergulir hingga mendekati acara pernikahan kami. Dengan segera semua rencana jungkir balik, karena acaranya diadakan di kampung plus kami baru pulang beberapa hari s

Tidak Perlu Mengeluh

Duhai, alangkah panjang daftarnya jika saya mulai mengeluh. Tapi apa iya saya akan mengeluhkan tentang kedua putri saya, tentang betapa tidak nyamannya saat hamil, betapa sakit saat proses kelahiran, dan betapa susah menjaga dua bayi bersamaan. Apakah saya akan mengeluhkan stress karena pekerjaan saya. Padahal sumber keluhan saya itu sebenarnya adalah sumber kebahagiaan saya. Kedua putri adalah penyemangat terbesar dan sember keriangan di rumah, dan pekerjaan ini sudah lama saya impikan. Nah, saya sendiri percaya pada energi positif. Saat saya memandang semuanya secara positif, eeeeeh semuanya terlihat lebih baik, dan ternyata 'beban' itu biasa-biasa saja. Bahkan banyak orang lain dengan 'beban' lebih berat tapi selalu optimis dan tersenyum lega karena percaya lelahnya berdampingan dengan kebahagiaannya.

Nasehat Yang Menyenangkan

Setelah saya melahirkan, banyak sekali wejangan yang singgah, pokoknya yang mampir ke nengokin bayi meninggalkan nasehat macem-macem. Pada hari ketiga pasca melahirkan, mama mengingatkan dengan kalimat yang ringan. “Kurangi makan cabe ya,  ada kemungkinan perut Tya belum bisa adaptasi” Saya menggangguk patuh dan saya mengingatnya. Pun ketika mama mengingatkan saya untuk tidak minum air yang masih rada hangat, saya mengiyakan tanpa komentar. Hari keempat, saya baru saja keluar dari kamar mandi menenteng pakaian yang kotor saat disambut omelan tamu yang datang menjenguk karena saya seharusnya belum boleh membawa barang2, termasuk 2 potong pakaian yang menurut saya ringan. Kayaknya ada dua puluhan kalimat deh yang diucapkan cepat saat saya nongol dari kamar mandi. Saya speechles.. Bisa jadi nasehatnya benar, hanya saya tak bisa lagi menangkap pesannya karena tersamar dalam ratusan kata.

Bunda (bukan) Teladan

Suatu sore, suami yang pulang kantor duluan menemukan bekas gigitan di tangan Zifa yang tertidur nyenyak, curiga dengan bentuk gigitan kecil ini, suami mencari sang putri pertama, Atya. "Atya, kak Tya tau ngga kenapa tangan dedek begini' "Atya yang gigit dedek Ayah.." ujar Atya dengan mantap. (ayah bengong..) "Kenapa Nak?" "Gak apa apa Ayah, bunda juga suka gigit-gigit dedek" Suami speechless..dan langsung bbm saya untuk menceritakan obrolan ini. Saya yang suka gemes sama Zifa dan suka pura-pura gigit-gigit, langsung mbrebes mili.. hiks..

Baby Blues

Sebelum melahirkan, saya tidak terlalu percaya bahwa ada yang namanya baby blues . Saya berpendapat baby blues dirasakan karena ibu yang melahirkan kelelahan dan belum terbiasa dengan ritme kehidupan baru. Yah, kayaknya gitu deh.. Saat melahirkan putri pertama di kampung, saya ditinggal suami pada hari kedua..hiks.. Suami terpaksa kembali ke Jakarta meninggalkan saya, new baby dan mama di rumah sakit..terbaring kesepian.. eh engga gitu juga ding. Seketika saya menjadi amat dekat dengan para perawat. Yaa, sebelumnya dekat juga sih, karena adik-adik perawat ini rajin sekali menyapa. Hanya sekarang saya menjadi amat menyadari keberadaan mereka. Saya menikmati momen kamar dibersihkan, saya menyukai ibu yang mengantar makanan ke kamar saya, saya suka mengamati perawat mondar mandir, sungguh saya mencintai semuanya. Tapiiii saya kan ngga akan tinggal selamanya di rumah sakit.. Ada saat saya sudah diperbolehkan pulang. Trus saya mulai terguncang, saya tidak ingin pulang menempati r