Posts

Showing posts from 2020

Gelas yang Diukir dengan Satu Kata

Image
Berat.  Sungguh berat jika dalam setahun tidak berkunjung ke kota Semarang. Rasa kangen pada keluarga di Semarang rasanya mulai menumpuk. Belum lagi jenis kangen lainnya, seperti kerinduan pada ramainya Simpang Lima, pada onde-onde dan tahu bakso. Juga pada semangkok soto ayam Pak Man.  Semarang sudah menjadi kampung kedua, yang dikunjungi lebih sering daripada kampung halaman sendiri.  Di saat pandemi begini, kami yang suka jalan-jalan jadi terpaksa menyimpan koper. Tidak ada agenda berangkat kemana-mana.  Melainkan tetap di rumah, menjaga kesehatan sembari menjalankan aktivitas sehari-hari.  Tidak hanya urusan pergi-pergi yang terhenti, banyak perkara lain telah terusik oleh virus yang mewabah kali ini. Jangan ditanya pula bagian finansial, ia telah duluan terbungkuk-bungkuk takluk. Entah kalangan mana yang sanggup bertahan, karena pemain bisnis besar tidak luput dari badai.  Dalam situasi kali ini, saya hanya bisa meraih gelas, dan melihatnya dengan persepsi bahwa gelas saya sudah s

Cinta

Dalam banyak roman lama, dikisahkan betapa cinta mengandung kekuatan luar biasa. Cinta membuat orang berjalan melintasi lembah untuk berjumpa dengan pujaan hati. Bahkan andai hanya melihat sosoknya sekelebat saja, itu sudah cukup. Demikian dahsyatnya cinta. Entah zamam berganti seperti apa, namun cinta tetap punya daya yang dahsyat. Sejak zaman orang berkirim surat, para pencinta menuangkan perasaannya di selembar kertas. Kemudian menunggu sekian lama, seraya berharap surat yang ditulis sepenuh hati akan sampai dengan baik. Syukur-syukur jika mendapatkan balasan. Pun di masa kini juga demikian. Meski pesan bisa sampai dalam hitungan per sekian detik, namun rasa degup di dada tetap sama.  Oh, ini tentu saja bukan hanya spesial milik sepasang kekasih. Namun juga bentuk cinta yang lain.  Seorang ibu misalnya, sejak dari masa kehamilan, sanggup menanggung rasa yang tidak nyaman selama 9 bulan lamanya. Kemudian dia menyerahkan dirinya ke situasi hidup mati, demi berjumpa dengan buah hati ya

Titik Bahagia

Dulu sekali saat masih di bangku kuliah, saya pernah ngobrolin tentang perkuliahan dengan mama. Tiba-tiba saya teringat pada seorang teman yang tidak melanjutkan kuliah lewat di depan rumah. Terus saya bilang ke mama bahwa saya menyayangkan  karena teman saya itu tidak merasakan seperti apa dunia kuliah. Mama terdiam sebentar dan berujar "Tapi kita kan ngga tahu beruntungnya orang atau tidak, siapa tahu dia adalah orang yang berbahagia dengan kondisinya, kalimat barusan malah bisa dikategorikan sombong." Saat itu saya tidak membantah mama, tapi di dalam hati saya teteup merasakan sejumput kadar jumawa sebagai anak kuliah. Tahun-tahun berlalu, saya sudah bekerja di kota lain dan (masih) belum menikah. Saat saya pulang kampung saya bertemu dengan teman tadi dengan dua balita lucu menggemaskan. Teman saya tadi terlihat ceria, dia tampak lebih cantik sekarang dan jauh lebih teduh sikapnya. Di titik ini saya membatin bahwa dia lebih beruntung daripada saya. Saat ini, ketika saya m

Wastra Paisi Dulang

Entah kenapa waktu itu waktu berlarian.  Cepat dan tidak hendak mengulur barang sejenak. Saya terasa terengah namun tidak punya pilihan selain terus menyamakan langkah. Tanggal 27 September segera saja sudah du depan mata.  Mama mengingatkan saya pada satu hal penting.  Uuh.. ini sebenarnya adalah hal penting yang kesekian kali. Rasanya setiap perkara menjadi sensitif seakan perang dunia akan terjadi andai segala persyaratan mama tidaj dipenuhi.  Saya menahan keluh.  Saya terhimpit di antara dua persepsi. Keluarga saya mempunyai prosedur yang ketat dan terikat ada istiadat yang rumit. Sebaliknya keluara suami memiliki situasi lebih longgar. Bagaimana saya menjelaskan bahwa hal buruk akan terjadi jika sebuah dulang yang berisi hantaran, tidak disikapi dengan tepat.  Dan ini sungguh bukan becandaan.  Bukan pula hal yang bisa dianggap sepele. Bahkan saya, yang menghabiskan sore di antara siram gemerlap lampu jalanan kota metropolitan akan menganggapnya sesuatu yang serius.  Saat ini, di t

Bagai Dewangga

Image
  Kukatakan pada puteri pertama.  Alangkah jemu keseharian kita.  Pada selarik sinar pagi yang menerangi dapur. Kita buktikan bahwa kita mampu mengejar matahari.  Bahkan ia belum sempurna bertahta ketika kita duduk menghadapi meja.   Dengan rambut wangi dan tersisir indah.  Lalu kita menenggelamkan kepala di antara buku-buku.  Lalu hening.  Apabila siang mengambil tongkat pagi, kita terengah lelah.  Dan membiarkan karpet lembut mengusap punggung yang kaku.  Entah apa yang kita lakukan.  Tapi senja tiba-tiba menyapa.  Hangat.  Tapi kita merasa kurang.  Karena kita telah terlalu lama berdiam dalam rumah.  Rajin mengamati perubahan waktu.  Dan kita juga kerap merasa jengah tanpa alasan.  Alangkah jemu.  Tentu saja demikian kukira.  Andai tidak ada bayi berpipi putih bulat di rumah kami.  Ia hadir tepat saat kami memerlukan alasan untuk selalu ceria.  Ia bagai dewangga.

Senandika Senja

 Seni untuk berkata "bodo amat", ini tulisan yang saya baca di sebuah artikel.  Saya tersenyum simpul. Karena ini adalah ranah yang gw banget. Di dalam sebuah seminar, seberapa penasaran pun saya tidak akan mengacungkan tangan. Demikian juga di setiap kali perkuliahan. Ketika dunia sosial media hadir, saya menemukan bentuk perjuangan baru.  Saya perlu membaca sebuah status sosial media berulang-ulang untuk memastikan apakah pantas diposting. Apakah ada yang akan tersinggung. Atau apakah tulisan itu akan menjadi sebab permasalahan di kemudian hari.  Seringnya, status itu segera dihapus.  Seiring waktu berlalu, saya jadi memikirkan perkara ini. Perlukah kita memikirkan segala aspek pendapat orang lain. Atau perlukah kita sesekali bersikap bodo amat

Tetesan Hujan di Ujung Daun Tomat

Image
Menakutkan, sungguh sangat mengerikan apabila hujan deras datang di lembah kami. Pertama-tama, rumah panggung kami yang beratapkan ilalang itu berdiri sendirian di tengah lembah. Karena kedua bukit dan sepenjuru persawahan adalah tanah ulayat dari keluarga besar papa, tentu saja tidak akan ada orang lain yang tinggal berdekatan. Rumah kayu kami akan diterpa hujan dari berbagai sisi. Belum lagi gemuruh air yang menuruni bukit dan memenuhi sungai kecil di belakang rumah. Mata air yang terbit di ladang kopi kami pasti juga tak henti mengalirkan airnya.   Segenap potongan ranting dan humus pastilah kini tengah beranjak turun.  Lebih dari rumah kami yang berderak di tengah badai, saya mencemaskan puluhan ekor induk ikan di sisi kanan rumah. Apabila tanggulnya tidak sanggup menampung air,  induk ikan yang berharga itu akan hanyut terbawa air deras. Apalah daya mereka di antara derasnya air coklat itu. Mereka sudah terbiasa dengan kolam yang nyaman. Apabila kami melintasi pinggir kolam, merek

Memandangi Portulaca

Image
  Salah satu adik sekampung saya saya sayangi bagai adik sendiri, mengeluh dengan jujur pada saya di suatu pagi. "Kenapa ya Uni, virus covid ini munculnya sekarang, bukannya waktu aku SMA dulu," keluhnya saat memandangi anak-anak saya yang belajar jarak jauh. Saya nyengir.  Adik-adik remaja yang suka nginap di rumah saya ini memang terbiasa lugas kalau sudah curhat.  "Kenapa emangnya?" Saya pura-pura bertanya. Meski sesungguhnya saya sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan ini.  "Kalau corona sudah dari dulu, aku kan ngga perlu harus mandi pagi," jawabnya dengan penuh sesal.  Saya terbahak, tanpa bisa dicegah. Ah, pagi memang masa yang melenakan. Alangkah seru sekali jika pada pagi hari, kita bisa duduk melamun. Seraya mengamati orang-orang yang sibuk beraktivitas. Tentu saja dengan secangkir teh hangat di atas meja. Akan tetapi hidup tidak mengizinkan kita bertindak demikian. Pandemi di satu sisi mendidik anak untuk tangguh melawan dirinya sendiri. Tid

Malam Terang Bulan Purnama

Almarhum papa saya adalah seorang petani yang serba bisa. Beliau tidak hanya cakap mengolah lahan, namun juga jago dengan kerajinan tangan. Berikan saja segelondongan kayu kepadanya, maka akan bisa menjadi meja, lemari, rebana, atau mainan. Apa (panggilan saya untuk papa) juga bisa membuat jala ikan dan lukah, lukah adalah bubu penangkap belut.  Beliau biasa membuat lukah sehabis magrib, untuk mengisi waktu istirahat. Kelak jika sudah jadi barang 15 buah, Apa akan menaruhnya di sawah yang habis dipanen.  Lukah selalu ditaruh di sore hari. Karena belut akan keluar dari lubang persembunyiannya pada malam hari. Di dalam lukah, Apa menaruh sejumput umpan. Agar banyak belut yang terperangkap di dalamnya. Setelah semalaman lukah ditempatkan, esok paginya Apa akan mengambil lukah-lukah itu. Tak jarang di dalam satu lukah, ditemukan dua atau tiga ekor belut. Menyenangkan sekali jika Apa pulang menyandang pikulan berisi puluhan lukah yang  sarat berisi belut.  Namun ada satu malam dimana Apa ti

Tidak Mudah, Namun Selalu Ada Cara

 Ada 7 orang kang ojek di Pangkalan Ojek SUKUN, yang mangkal 10 meter dari rumah saya.  Biasanya pada pukul setengah 6 pagi, mereka sudah stand by menunggu penumpang. Suara mereka yang ngobrol di pangkalan termasuk salah satu suara yang mewarnai pagi di rumah kami. Sibuk.. sibuk sekali. Penumpang mereka biasanya anak sekolahan atau karyawan yang berangkat menuju lokasi kerja. Ojek menjadi crucial perannya di pagi hari, karena jalan di depan rumah bukanlah jalur angkot. Kesibukan para ojek akan mereda pada pukul sepuluh. Biasanya di jam segitu mereka leyeh-leyeh di bale-bale. Sesekali salah satu dari mereka pergi mengantarkan penumpang. Sisanya berbaring mendengarkan lagu di handphone. Saya menyukai tim ojek ini, karena saya merasa punya jaminan kemudahan. Apa saja bisa dilaksanakan jika kita punya 7 orang tim yang sigap bergerak..heuheu.. engga gitu juga sih. Intinya saya merasa mudah dan nyaman aja.  Akan tetapi, pandemi membawa babak baru bagi mereka.  Ojel online tidaklah mengusik m

Roncean Melati di tengah Pagebluk

Image
  Dengan pengalaman saya yang tentu saja terbatas, saya menetapkan bahwa ada dua jenis usaha yang tidak akan pernah terhenti. Apabila dikelola dengan baik, maka ia akan berkembang dengan pesat dan membantu banyak pihak.  Bidang yang pertama adalah usaha perjalanan umroh dan haji. Mengingat banyaknya warga negara yang bepergian ke tanah suci dengan niat ibadah, maka ini adalah usaha yang langgeng. Jika dikerjakan dengan amanah maka tidak hanya beroleh untung namun juga berkah yang tak ternilai. Bayangkan seorang yang menabung sedikit demi sedikit setiap harinya, seraya membayangkan bisa mengunjungi Kabah. Apabila kelak tabungannya cukup, lalu diserahkan ke sebuah biro perjalanan umroh. Iala pastilah akan sangat bersyukur jika mendapati bahwa ia sangat dibantu dan dimudahkan ibadahnya. Belum lagi bahwa kini perjalanan ke tanah suci juga bisa dirangkai dengan kunjungan ke tempat lain yang prestisius. Misalnya kunjungan ke masjid Aqso atau berlayar di selat Bhosporus yang terletak di antar

Kisah Dapur dan Mahkota Ratu

Image
  Resep nenek untuk cumi kuah pedas:  Tumis bawang merah, setelah wangi, masukkan bawang putih giling, jahe giling, daun, lalu masuk cabe giling, masukkan cumi aduk sebentar tambahkan asam kandis dan terasi, serta air setelah air nya mendidih tutup kecilkan api. Kalau sudah empuk cumi, baru angkat.  Saya hanya diberikan chat begini, tidak ada takaran apa-apa. Nenek mestilah berasumsi bahwa saya akan bisa mengira segala bumbu dengan kekuatan jemari. Haha.  Ketika saya menerima chat ini, saya membacakannya ke uda. Yang lantas berkomentar bahwa saya perlu menambahkan irisan tomat di akhir, sesaat sebelum mengangkat cumi. Pernahkah saya cerita bahwa uda far far away lebih jago masak dari saya. Bahwa uda terbiasa masak nasgor dalam wajan teramat besar. Dan yang paling penting rasanya amat enak. Belakangan uda rajin sekali membuatkan kue bolu. Tanpa sekalipun berada di kemuraman akibat mengalami kondisi kue yang bantat. Selain itu, perempuan hebat di keluarga uda semuanya jago masak. Saking

Change Agility for Kids

Image
Ini adalah pekan ketiga anak-anak belajar di rumah, menyusul adanya anjuran Physical Distancing dari pemerintah. Sejauh ini anak-anak bisa dibilang bahagia dan baik-baik saja di rumah. Setiap pagi gurunya akan memberikan agenda belajar yang harus diselesaikan hari itu. Sementara Atya dan Ifa mengerjakan agenda pagi (Mandi pagi, sarapan dan beberes), saya akan menyelesaikan urusan baby Ara. Sehingga pada pukul delapan nanti kami semua sudah siap untuk belajar. Adakalanya kami serius sekali. Anak-anak menekuni materi sementara saya mengayunkan baby Ara di bouncer sembari mengurus komunitas Ibu Profesional. Sesekali salah satu dari kami berhenti untuk mengunyah cemilan atau menyesap susu kotak. Kadangkala saya memutarkan lagu kokoronotomo atau lagu lawas lainnya sebagai teman belajar. Kami berusaha untuk menikmatinya, dan menerima bahwa belajar bisa dengan berbagai macam cara. Sikap asyik terhadap segala perubahan ini tidaklah terbit seketika, melainkan melalui pembiasaan bertahu

Dari Manggis Muda ke Nasi Biryani

Di pelataran Jam Gadang Kota Bukittinggi, banyak sekali emak-emak yang berjualan. Meskipun rata-rata seragam saja jenis jualannya, kalau tidak pisang rebus, kacang rebus atau beberapa buah manggis muda yang ditusuk dengan sepotong lidi. Biasanya penjual akan menaruh jualannya di atas baskom, ditata rapi, sistematis, sehingga memudahkan orang-orang yang ingin memilih. Ketika ada pengunjung melangkahkan kaki ke area taman, sigap sekali emak-emak ini menawarkan dagangannya. Tapi ini pemandangan lama, sekian tahun yang lalu.  Kini setelah revitalisasi, pelataran Jam Gadang bersih dari penjual. Kini sudah menjadi kawasan yang rapi dan bersih. Meskipun saya senang karena kini telah menjadi plaza yang enak untuk duduk-duduk, saya merasa ada yang kurang. Saya merindukan manggis muda yang berderet tiga buah di tiap-tiap lidi itu. Manggis muda ini makanan yang tidak sering dijumpai. Dulu waktu kanak-kanak, saya kerap mengambil manggis kami yang tumbuh di samping kolam. Tapi tidak berani b

Ups..

Image
Pandangan mata seketika berkunang-kunang. Saya 100% yakin tidak sanggup menggerakkan satu pun anggota tubuh. Ketika saya berusaha memfokuskan pandangan mata, terdengar suara cemas mama. "Siapa itu yang jatuh?" Saya mengumpulkan tenaga dan berseru, "Nggak papa Ma!" Padahal saya tidak sanggup untuk duduk. Ifa, putri kedua yang sigap segera muncul dan menawarkan bantuan. Saya mencegahnya, "Bunda ngga kenapa napa, Ifa tolong temenin dek Ara dulu ya." Ifa berlalu patuh. Saya membutuhkannya untuk menjaga baby Ara tetap tenang untuk sejenak. Saya menerawang, lalu membatin "Untunglah." Untung bukan anak-anak yang jatuh, untung bukan saat saya hamil, dan untung juga tidak saat menggendong bayi. Demikianlah tabiat manusia, dalam kemalangan selalu tercetus kata untung. Sejurus kemudian, Atya mendekat. "Gimana Nda?" Tanyanya dengan wajah empatik. Bunda kepleset ujarku sambil nyengir 😁

Latihan Kesadaran Finansial - Menghargai Setiap Usaha

Image
"Bunda, kita ke toko buku yuk Nda, buku di rumah sudah dibaca semua." Pinta Atya. "Loh, kita kan baru kemaren beli buku baru." saya kaget. Masak mesti beli buku tiap hari. Huhuhu.. Bisa bangkrut bunda kalau begini mah. Mana mereka kalau beli buku ngga tanggung-tanggung banyaknya. "Ya nggak papa, kan bunda punya kartu debet." Huwooo... Bahaya ini. Adalah sebuah tantangan ketika anak-anak mendapati bahwa ayah bunda punya kartu-kartu ajaib yang bisa digunakan untuk membeli hal yang mereka inginkan. Ini kejadiannya sekitar tiga tahun yang lalu. Saat mereka baru saja paham bahwa uang bisa membuat mereka punya barang impian. Dan saat  itu juga saya bertekad bahwa anak-anak perlu paham sekali perihal kebijakan financial ini. Mulai dari titik nol: paham cara mengusahakan sumber uang. "Ketika masih tinggal di Pulau Kijang, Ayah dahulu nemiliki tetangga seorang penjual martabak." Saya memulai kisah sore itu kepada anak-anak. Kedua putri

Ibu yang Jumawa vs. Ayah yang Bangga

Saya jumawa. Saya merasa gampanglah urusan ASI untuk baby Ara yang akan lahir ini. Toh saya dulunya sudah khatam memberi ASI untuk kedua putri sebelumnya. Bisa dibilang nyaris tanpa hambatan, bahkan ketika saya harus tandem nursing baby Atya dan baby Ifa yang lahir berdekatan. Dalam pikiran saya, tentunya tidak akan ada halangan ketika kini akan menyusui kembali. Ketika baby Ara lahir, saya baru bisa IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dua jam sesudahnya karena saya menggigil hebat, lebih dari operasi sebelumnya. Kemudian baru bisa memberikan ASI tiga jam sesudahnya. Alhamdulillah ASI langsung keluar. Dalam hati tercetus "Yeahhh.. berhasil!" Saya kira bisa menyusui dengan bahagia sesudahnya. Tapi tidak demikian kenyataannya. Dimana-mana yang namanya jumawa selalu tidak berakhir baik.. huhuhu... Pas menyusui di jam berikutnya, baby Ara menangis saat selesai minum susu. Terjadi lagi pada sesi menyusui berikutnya dan berikutnya. Saya terpikir bahwa jangan-jangan in

Strong Why for Kids - Kenapa Kita Harus Mandiri

Image
Circa usia 8 tahunan, saya pernah kesal sejadinya, karena Apa tidak mengijinkan saya menginap di rumah teman. Satu kata TIDAK tanpa penjelasan apa-apa sesudahnya. Ing toin menggugat tapi tentunya tidak berani. Akhirnya saya menghabiskan sisa waktu hari itu dalam diam. Dalam suasana mangkel itu, saya punya banyak pertanyaan tak terucap.  Salah satunya, kenapa tidak boleh sih? Toh itu sohib akrab yang mana keluarga kita sudah akrab sekali. Lagian rumahnya juga nggak jauh, literally 200 meter saja. Kemangkelan itu menguap tidak lama kemudian, saya menerima situasi bahwa orang tua pastilah melakukan yang terbaik. Namun kenangan tidak jadi menginap itu telah membekas kuat. Bahwa saya pernah kebingungan akan alasan dari sebuah keputusan.  Inilah kenapa di kemudian hari saya lantas bertekad untuk memberikan  a very clear background kepada Atya dan Ifa untuk semua tindakan saya dan ayahnya.  Dulunya saya melakukan ini hanya agar anak-anak menjalani kisahnya dengan selow, tid

Cinta Sepanjang Bulan

Image
Cinta Sepanjang Bulan Bunda mencintaimu pada bulan pertama. Matamu mengerjap mencari wajah bunda. Kita segera bertemu pandang, karena mata bunda sepanjang waktu menatapmu. Bunda menyukaimu di bulan pertama, karena kita selalu bersama. Bunda mencintaimu pada bulan kedua. Putri ketiga bunda kini sanggup menatap lekat. Bunda merasa dicintai. Kini di bulan ketiga, bunda paling mencintaimu. Karena senyum yang mengembang dari wajahmu. Bunda merasa bahagia. Bunda akan mencintaimu, Ara. Cinta di bulan depan, dan bulan depannya lagi, dan lagi. Hingga tak terbatas.