Kaya Daya Analisis

 Pelajaran analisis pertama bagi saya, justru datang dari ibu-ibu tetangga sekitar rumah. Sekali sepekan, akan ditayangkan sinetron Amerika Latin, yang di-dubbing ke dalam bahasa Indonesia. Judul sinetronnya adalah Hati yang Mendua. Jalan ceritanya berlangsung sebagaimana judulnya. Sebab segenap aktor dalam film itu punya hati yang mendua. Hiks..

Udah kebayang khan ya betapa melelahkan jalan ceritanya. Sepanjang jalan cerita orang-orang bermuka dua, berkata samar mengaburkan fakta dan sibuk mencari berbagai alasan. Meski demikian, jalan ceritanya menarik juga ternyata. Diwarnai dengan trailer-trailer yang melintasi jalanan, dan segala kekhasan setting Amerika Latin.


Pusat analisisnya tidak berasal dari dalam tabung televisi itu. Ceritanya sendiri, saya ngga ikuti benar-benar. Karena yaa...saya yang masih di bangku SD itu sungguh tidak cocok dengan tayangan perselingkuhan. Tanpa dilarang pun, pastilah saya melipir ke kamar. Tayangan sinetron ini lalu ditonton oleh ibu-ibu tetangga. Soalnya waktu itu hanya rumah kami yang punya televisi. Itupun masih dinyalakan dengan tenaga aki. Listrik belum singgah ke kampung kami kala itu. 


Suara televisi mungkin bisa teredam pas saya masuk kamar. Tapiiii... Obrolan ibu- ibu yang ngumpul di ruang tengah, menyelinap di pori-pori pintu triplek. Seberapapun saya menghanyutkan diri dalam buku bacaan pinjaman dari perpus, tetap saja, semua kalimat ibu-ibu di luar tersimak dengan sempurna. Ya gimana ya, waktu itu belum ada headset noise-cancelling.. hahahah.... 


Maka pelajaran analisis film buat pertama kalinya dimulai bagi saya. Ini sebenarnya sangat menarik. Para ibu akan mengulas dulu sejenak tayangan pekan lalu, terutama jika ada rekan mereka yang nggak sempat nonton sebelumnya. Terus tidak lupa pula membahas perkembangan karakter tiap tokoh. Dan tentu saja, yang paling asik, mengulik jalan ceritanya. Di tahap ini, ibu-ibu ini tidak sekadar komen belaka, namun mereka juga menawarkan alternatif jalan cerita. Sungguh teramat keren. Saya seringkali terperangah dan manggut-manggut. Saking terpesonanya, bahkan tanpa menonton pun saya hafal kisah sinetron ini. Sepertinya udah masuk ke alam bawah sadar, dan tidaj bisa pupus meski berpuluh tahun berlalu. 

Hahaha.. 

Saya sebut ini kemampuan analisis para ibu terhadap sinetron, karena segala sesuatu dalam senetron ini dibahas detil, sedalam-dalamnya, lalu kemudian melibatkan daya imajinasi yang tinggi dan memunculkan banyak ide baru. 


Ketika sinetron usai, perdebatan belum akan selesai, Kawan. Sebab para ibu akan sibuk merancang kemungkinan adegan untuk minggu depannya.


Pelajaran kedua saya tentang analisis, terjadi di dalam kolam ikan kecil berukuran 1x2 meter. Itu adalah kolam ikan yang berada di bawah pohon kersen kecil. Apabila pagi datang, matahari leluasa menyinarinya, namun ketika hampir terik, dengan sigap dahan kersen menaunginya. Kolam kecil mendapatkan aliran air terbaik. Karena langsung dari mata air dari nun bukit kopi di arah sana. Mata air yang keluar dari ladang kami, dan mengalir melalui kali kecil, langsung menuju halaman rumah kami. Pendek kata, kolam kecil ini adalah rumah ideal. 


Kolam itu diperuntukkan untuk memijahkan ikan mas. Saat itu Apa tengah mempelajari cara pemijahan ikan. Karena kami senantiasa memelihara ikan dalam jumlah banyak, entah itu yang di sawah sebagai mina padi maupun dalam kolam ikan biasa. Kami jadinya selalu butuh benih ikan. Yang mana lambat laun jadi merasa butuh memijahkan sendiri ikan dewasa, agar kami mempunyai sumber anak ikan dengan mudah. Salah satu alasannya adalah, lokasi sawah kami yang jauh terpencil, tidak mudah mengakses benih ikan.


Apa lalu belajar dari seorang pakar ikan, dan juga tekun membaca berbagai literatur tentang pemeliharaan ikan. Meski demikian, prakteknya jauh lebih rumit. Namanya juga berurusan dengan ikan-ikan yang menjalani periode sensitif dalam hidupnya. Maka ada banyak hal yang terjadi. Penting bagi Apa untuk mengamati setiap reaksi yang terjadi. Juga mencermati setiap detiknya. Kemudian dari berbagai fakta lapangan dilakukan analisis, kemudian didapatkan hipotesis. Apa lalu mempelajari lagi, dicobakan lagi, pengamatan lagi, dan terusss saja demikian sehingga didapatkan kesimpulan yang valid. Dalam artian kesimpulan yang menghasilkan sesuatu yang tetap setelah dicoba berulangkali, dalam berbagai situasi. 


Betapa menariknya pelajaran analisis saya yang kedua. Serius dan melibatkan mata yang kehitaman akibat begadang. Penyebabnya tak lain karena para ikan akan memijah tepat setelah dini hari menggelincir menuju suasana subuh yang senyap.


Kedua proses berpikir itu mewarnai masa kanak-kanak saya. Lalu saya terpikir, bagaimana saya membangun suasana menganalisis bagi putri-putri saya. Jelas saya engga pengen menganalisis sinetron. Juga tidak ada kolam ikan yang diamati sepanjang malam. Tapi berlatih menganalisa sesuatu, adalah bagian yang perlu mereka ikuti. 


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga