Posts

Showing posts from February, 2020

Ibu yang Jumawa vs. Ayah yang Bangga

Saya jumawa. Saya merasa gampanglah urusan ASI untuk baby Ara yang akan lahir ini. Toh saya dulunya sudah khatam memberi ASI untuk kedua putri sebelumnya. Bisa dibilang nyaris tanpa hambatan, bahkan ketika saya harus tandem nursing baby Atya dan baby Ifa yang lahir berdekatan. Dalam pikiran saya, tentunya tidak akan ada halangan ketika kini akan menyusui kembali. Ketika baby Ara lahir, saya baru bisa IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dua jam sesudahnya karena saya menggigil hebat, lebih dari operasi sebelumnya. Kemudian baru bisa memberikan ASI tiga jam sesudahnya. Alhamdulillah ASI langsung keluar. Dalam hati tercetus "Yeahhh.. berhasil!" Saya kira bisa menyusui dengan bahagia sesudahnya. Tapi tidak demikian kenyataannya. Dimana-mana yang namanya jumawa selalu tidak berakhir baik.. huhuhu... Pas menyusui di jam berikutnya, baby Ara menangis saat selesai minum susu. Terjadi lagi pada sesi menyusui berikutnya dan berikutnya. Saya terpikir bahwa jangan-jangan in

Strong Why for Kids - Kenapa Kita Harus Mandiri

Image
Circa usia 8 tahunan, saya pernah kesal sejadinya, karena Apa tidak mengijinkan saya menginap di rumah teman. Satu kata TIDAK tanpa penjelasan apa-apa sesudahnya. Ing toin menggugat tapi tentunya tidak berani. Akhirnya saya menghabiskan sisa waktu hari itu dalam diam. Dalam suasana mangkel itu, saya punya banyak pertanyaan tak terucap.  Salah satunya, kenapa tidak boleh sih? Toh itu sohib akrab yang mana keluarga kita sudah akrab sekali. Lagian rumahnya juga nggak jauh, literally 200 meter saja. Kemangkelan itu menguap tidak lama kemudian, saya menerima situasi bahwa orang tua pastilah melakukan yang terbaik. Namun kenangan tidak jadi menginap itu telah membekas kuat. Bahwa saya pernah kebingungan akan alasan dari sebuah keputusan.  Inilah kenapa di kemudian hari saya lantas bertekad untuk memberikan  a very clear background kepada Atya dan Ifa untuk semua tindakan saya dan ayahnya.  Dulunya saya melakukan ini hanya agar anak-anak menjalani kisahnya dengan selow, tid

Cinta Sepanjang Bulan

Image
Cinta Sepanjang Bulan Bunda mencintaimu pada bulan pertama. Matamu mengerjap mencari wajah bunda. Kita segera bertemu pandang, karena mata bunda sepanjang waktu menatapmu. Bunda menyukaimu di bulan pertama, karena kita selalu bersama. Bunda mencintaimu pada bulan kedua. Putri ketiga bunda kini sanggup menatap lekat. Bunda merasa dicintai. Kini di bulan ketiga, bunda paling mencintaimu. Karena senyum yang mengembang dari wajahmu. Bunda merasa bahagia. Bunda akan mencintaimu, Ara. Cinta di bulan depan, dan bulan depannya lagi, dan lagi. Hingga tak terbatas.