Ketika Tidak Butuh dan Tidak Pengen

Setidaknya sekali sebulan, saya akan membelikan anak-anak buku bacaan baru. Terutama saat bahan bacaan sudah habis, dan buku yang ada sudah dibaca berulang-ulang hingga hafal banget jalan ceritanya. Sesekali kami sekeluarga menunggu buku lanjutan sebuah cerita yang berkait. Atau tanpa ekspektasi melenggang ke toko buku, lalu mengamati buku baru apa yang ada. 

Dulu ketika anak2-anak masih balita saya membelikan mereka banyak sekali buku bergambar. Favorit pertama saya adalah buku round a clock. Buku kesukaan ini merupakan buku yang halaman demi halamannya menampilkan lokasi yang sama. Hanya saja berbeda waktunya. Salah satu bukunya menampilkan setting sebuah kebun binatang. Halaman pertama menampilkan suasana sepi. Hewan-hewan masih tidur, beberapa terlihat menguap. Ada beberapa petugas kebersihan yang mulai bekerja. Toko es krim masih tutup, demikian juga dengan loket penjualan tiket. Jam bergerak terus, kini para hewan telah bangun. Petugas makin rame, ditambah berbagai persiapan menjelang dibukanya kebun binatang. Lalu jam berganti lagi, halaman berikutnya menunjukkan kebun binatang telah dibuka. Suasana jadi ramai sekali. Ada detil-detil yang sangat menarik untuk diamati. Ada es krim yang jatuh, anak yang menarik tangan ibunya, anak-anak berlarian, ada yang memakai topi, dan ada yang sibuk memperhatikan penghuni kebun binatang. Tapi di halaman berikutnya, olala hujan turun tiba-tiba. Tampak gambar orang berlarian kalang kabut. Ada petugas yang topinya tercebur dalam kolam, ada balon yang terlepas dari tangan. Juga monyet-monyet yang kini berteduh menghindari hujan. Sungguh detil dan kompleks sekali. Halaman berikutnya dan berikutnya menampilkan ragam kegiatan berbeda namun dilihat dari angle yang sama. Betapa menarik buku yang satu ini. 


Selain buku round a clock, saya senang membeli banyak buku berjeda. Saya melihat anak-anak suka membuka potongan jendela dan mengintip apa yang ada di belakangnya. Terus juga ada banyak buku cerita bergambar tipis yang mudah dipegang anak. 

Tapi ketika mereka bertambah besar, kebutuhan bukunya telah berbeda. Mereka mulai membaca buku yang punya banyak tulisan. Tetap ada gambar dengan warna yang mencolok tapi kini jalan ceritanya jadi lebih panjang dan melibatkan banyak tokoh. Lalu masa berganti lagi, tanpa terasa anak-anak bertambah besar. Mereka tidak lagi tertarik pada buku besar dan bersampul tebal itu. Mereka beralih membaca komik. Saya lalu membelikan entah berapa puluh komik, hingga mereka lalu bosan dan beralih membaca novel. Kecuali Tintin yah.. mereka masih setia mengoleksi buku karangan Herge ini dan membacanya berulang kali. 

Hari ini anak-anak saya ajak membeli buku. Putri pertama saya segera menemukan lima buku menarik. Saya menyetujui empat dari lima, dan ia mengangguk puas. Akan tetapi putri kedua kebingungan. Ia telah mengelilingi rak buku sebanyak dua kali namun tidak bisa menemukan sesuatu yang menarik. Agaknya ia bernasib mirip dengan saya. Ketika saya melangkah masuk toko buku, saya langsung memasang mata setajam elang. Saya waspada pada buku bertajuk buah dan sayuran. Lalu saya menelusuri tiap lorong yang relevan dengan tema makanan sehat dan sayur mayur. Tapi seberapapun saya membelalakkan mata, buku yang dimaksud tidak berjumpa jua. 

Saya menyerah. 

Lalu saya beralih melihat-lihat novel terjemahan. Segera saja saya berlalu, sebab tidak ada yang menarik minat. Saya memandang sekeliling toko, saya teringat putri kedua. Saya bertanya-tanya apakah kini ia telah menemukan apa yang dicarinya. Saya melihatnya berwajah muram di depan deretan alat tulis. 

"Apakah tidak ada buku yang menarik?"

Tanya saya prihatin.

Ia menggeleng. 

Saya menggamitnya, "Tidak apa jika tidak membeli sesuatu di sini. Kita membeli buku sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan. Jika tidak keduanya, kenapa kita harus memaksakan diri." 

Lalu kami berdua melenggang keluar toko tanpa membawa satupun buku. Sementara putri pertama saya menenteng tas lertas berisikan empat buku pilihannya. Saya tahu hati putri kedua terasa tidak nyaman, saya juga demikian. Tapi kami lamat-lamat berusaha meredakan rasa itu, karena tahu bahwa ini pilihan yang benar. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga