Posts

Showing posts from February, 2016

15 Menit Mendengarkan Atya

Image
Gebrakan pertama untuk bangkit dari kondisi bahwa saya adalah bunda yang 'lalim' adalah dengan berubah dari kalimat pernyataan ke kalimat pertanyaan. Sudah cukup buruk perasaan saya saat di kegiatan TfF Salatiga kemaren. Saya bertekad untuk melakukan revolusi besar dalah hubungan saya dengan Atya dan Ifa. Terutama Atya sebenarnya, karena komunikasi kita semakin intens. Ifa mungkin karena masih banyak main dan tidur ;p jadi tidak terlalu banyak kena dampak dari pola komunikasi saya yang salah. Maunya sih dalam setiap kondisi, saya selalu menjadi fasilitator yang menggali dan mengembangkan ide. Tapi.... Ternyata berat loh buibu.. Hiks.. Sesekali masih suka 'memerintah' anak-anak, huhuhu... semoga saya segera bisa jadi fasilitator keren untuk Atya dan Ifa. Salah satu kegiatan yang kita rutin jalanin sekarang adalah momen  '15 Menit Mendengarkan Atya'. Biasanya kita lakukan sehabis magrib. Di kesempatan sharing moment ini, saya akan bersiap mendengarka

Pelajaran Menjadi Seorang Fasilitator dari Kakek dan Mama

Image
Beberapa saat yang lalu saya menulisakn tentang saya yang belum menjadi seorang fasilitator, melainkan masih seorang speaker . Sekarang saya malah kepikiran kalau sebenarnya dari dulu saya sudah mendapatkan teladan dari kakek dan mama sebagai seorang fasilitator. Kalau diingat lagi, sepanjang usia saya, kakek dan mama telah mengajarkan bagaimana menjadi seorang fasilitator. Saya nya aja yang nggak mudeng-mudeng.. huhuhu.. Tetiba pengen jeduk-jedukin kepala. Kakek adalah seorang yang sangat inspiratif. Saya ceritakan kisah bagaimana kakek mengambil keputusan ya.. Pada jaman dahulu, dimana transportasi tidak semudah sekarang, beliau tidak sungkan mengunjungi putra putri nya yang berada di provinsi berbeda-beda untuk mengambil suatu keputusan yang penting. Saya paling hafal kalau kakek sudah sampai di rumah, akan ada kata-kata: "Baa nyo kau Mar?" Sebuah pertanyaan yang menanyakan pendapat mama selaku anak tertua. Kakek kemudian akan melanjutkan ke rumah anak yang lain. H

Surat-surat Yang Tak Terbalas

Ikut melambung bersama semangat Atya berkorespondensi , saya pun menuliskan surat untuk sahabat saya Rika, yang suratnya telat saya balas. Alasan menunda ini sungguh sederhana, Rika mengirimkan kepada saya sebuat craft keren hasil karyanya bersama surat tersebut. Ini yang membuat saya terpikir untuk mengirimkan sesuatu barang handmade juga untuk Rika. Satu hari menunda balasan surat, dua hari menunda.. Seminggu sudah.. Sebulan sudah.. Begitulah tabiat dari orang yang suka menunda. Bahkan hingga sekarang, balasan untuk Rika belum terkirim. Aargh... *toyorkepalasendiri Kini semangat Atya membuat saya tersadarkan. Thanks so much duhai putri berpipi bulet. Selain penyesalan mengenai balasan surat untuk Rika, saya merasa tertekan untuk satu hal lain, satu hal yang membuat saya sedih sekali dan bertekad menyelesaikannya segera. Begini loh, setelah saya kabarkan bahwa saya sudah mendapatkan alamat Bu Ida dan no contact Mbak Luluk kepada Atya, Atya sungguh amat gembira, wajahnya ber

Kiriman Pos Atya

Image
  Tadi malam, pada sesi ngobrol-ngobrol malam saya bersama Atya, terungkap cerita Atya tentang pelajaran profesi pak pos di sekolah bersama Bu Ros tadi siang. Saya dengan antusias menggali segala sesuatu tentang pos bersama Atya. Mulai dari apa saja pekerjaan pak Pos, apa saja yang bisa dikirimkan via pos dan prosedur pengirimannya. Atya terlihat senang sekali selama obrolan ini berlangsung. Segala aspek perihal pos sudah dibahas, obrolan berakhir dan Atya pun melanjutkan lompat-lompat di kasur :p Tapi beberapa menit kemudian Atya memeluk saya dengan sedih. Atya : "Atya belum bisa menulis Nda.. bagaimana bisa kakak mengirimkan surat?" Bunda : "Atya ingin kirimkan surat pada siapa?" Tya berucap tanpa ragu. Atya : " Mami, Kak Rima, Ibu Ida dan Mbak Lulu." Senyum saya mengembang sempurna, senang dengan nama-nama yang dipilih Atya. Mami adalah tante saya yang tinggal di kampung, kak Rima adalah putri berusia 8 tahun, anak dari teman mama, sementara

Mari Berbagi

Image
Tadi malam, saat saya mengeloni Atya yang sudah setengah mengantuk di kamar, sayup-sayup terdengar obrolan Ifa bersama ayah dan neneknya di luar. Beberapa saat kemudian, wajah bulat Ifa muncul dari balik pintu, kemudian berseru riang.. "Bunda, nanti kalau Bunda sudah tidak bekerja, Ifa yang akan memberikan uang untuk semua kebutuhan Bunda." Belum sempat ngomong apa-apa, eh Ifa udah kabur aja dari kamar. Kejadian singkat itu luput saya tanyakan, karena saya keburu ikut terlelap bersama Atya :p Sebuah momen menarik terkait celotehan Ifa semalam pun terungkap keesokan paginya. Saat di perjalanan ke kantor bersama suami, saya diceritakan sebuah kisah mengharukan. Suami : "Semalam mama nangis. Karena Ifa" Saya : "Oh ya.." Suami : "Ifa bilang kalau nanti uang Ifa habis, ayah tambah ya ayah, trus uda iyain aja. Eh berikutnya Ifa bilang lagi kalau nanti Ifa sudah besar,  Ifa yang akan ngasih uang ke ayah, ayah tidak perlu cari uang lagi. Ifa juga y

Perjalanan yang Nyaman

Image
Menanggapi cerita teman yang berkeluh kesah tentang ribetnya perjalanan dengan mobil pribadi saat mudik ke arah timur Jawa, trus kemudian meminta saya membagikan tips mengatur perjalanan nyaman. Inilah catatan saya, khusus untuk teman berinisial D :p Ini bukanlah tips perihal persiapan untuk perjalanan. Tapi adalah kisah saya tentang apa yang membuat perjalanan kami menyenangkan. Apakah saya yang berhasil membuat perjalanan jadi seru? Setelah dipikir dan direnungkan, ternyata bukan loh. Haha.. Ternyata yang membuat perjalanan kami jadi nyaman dan seru adalah: 1. Mama Mama menjaga saya agar tetap bersikap 'waras' saat mata mengantuk karena sudah berpuluh jam tidak tidur, jalanan berbelok-belok sementara kedua balita merengek minta ini itu. Mama biasanya mengingatkan agar kami menghargai perjalanan dan menikmati kebersamaan di jalan. jarang-jarang kan bisa duduk mais dalam satu tempat dan bisa fokus ke satu topik obrolan :) 2. Atya dan Ifa Alhamdulillah...  Say

Bagaimana Kabar Ifa?

Kata orang, teman sejati bisa diketahui saat kita menjalani masa-masa sulit. Saya tidak tahu, bisa jadi ada benarnya, bisa juga kurang tepat. Karena kita pun tidak bisa tahu kan ya.. seperti apa keadaan teman kita satu persatu. Bisa saja saat kita mendapatkan ujian, teman kita menjalani ujian yang jauh lebih berat dari kita, bisa jadi. Saat kita tengah sedih dan repot dengan keadaan kita, bisa jadi teman kita jauuuuh lebih kesusahan lagi. Oleh karena itu, ketika  operasi mata Ifa , saya berterima kasih untuk semua sahabat yng mendoakan saya, baik yang bisa ikut mendampingi saat operasi, yang datang ke rumah sakit pasca operasi, yang kirim ucapan via telpon, whatsapp, bbm ataupun medsos, dan juga pada sahabat yang mendoakan saya diam-diam. Demikian juga pada berbagai ujian kehidupan lainnya. Saya merasa tidak berhak menilai teman sejati berdasarkan siapa yang hadir saat saya kesusahan. Khususnya terkait Ifa, ternyata saya menemukan teman-teman terbaik. Teman yang meskipun sudah be

Sholat Isya Ifa

Image
Rumah sunyi senyap saat saya pulang senja itu. Lampu depan sudah menyala tapi tidak terdengar suara anak-anak. Atya jelas tidak di rumah karena masih dalam perjalanan pulang dari field trip sekolahnya, masih setengah atau satu jam lagi baru sampai kembali di sekolah, tapi di mana Ifa? Ketika saya membuka pintu kamar, terpampang pemandangan haru. Ayah masih terpejam, dzikir di sajadah, sementara Ifa melipat mukena. Melihat wajah saya nongol di balik pintu, Ifa berseru riang.. "Bundaaaa!" Saya pun memeluknya hangat. "Nanti Ifa sholat isya bersama bunda ya Nda.." Saya mengangguk mengiyakan, sambil tersenyum bangga. abaikan coretan di dinding dan fakta Ifa sholat di kasur yak :p   Setelah menyelesaikan berbagai urusan rumah. Saya dan suami kemudian mengajak Ifa hang out sebentar keluar, sambil menunggu kak Atya sampai di parkiran sekolahnya nanti. Sesanpai Atya di rumah, saya memandikannya sigap, membuatkan susu tergesa karena khawatir Atya keburu n

TfF IIP & Talent Mapping - Dont Teach Me I Love to Learn #part3 Kisah Atya

Image
Ini adalah postingan khusus request Atya, agar kelak saat Atya bisa membaca, Atya bisa recall memory berdasarkan catatan ini: Yang Atya cintai dari acara TfF IIP adalah : Ibu Ida Sayang saya dan Atya tidak foto bareng Bu Ida.. Bu Ida adalah teman koordiantor IIP Malang. Beliau sungguh baik sekali, sabar dan sayang sekali pada Atya. Saat saya membangunkan Atya pagi hari untuk berenang, Ibu Ida akan memeluk Atya, menggendong dengan penuh sayang. Kemudian beliau membuatkan teh hangat untuk Atya agar tidak kedinginan saat berenang nanti. Atya memang tidak bilang trimakasih saat itu, tapi saat kembali ke Jakarta, selama berhari-hari Atya menceritakan tenatang kebaikan ibu Ida ke neneknya. dan secara khusus meminta saya menghubungi Bu Ida karena Atya tidak sempat berpamitan sebelum pulang. Semoga kelak saya berkesempatan mengajak Atya main ke Malang. Mbak Lulu Kepada mbak Lulu yang sabar inilah Atya mengabarkan segala macam hal selama 3 hari. Mbak Lulu yang membuat saya bisa be

TfF IIP & Talent Mapping - Dont Teach Me I Love to Learn #part2

Image
Melanjutkan catatan perjalanan #part1 Selain belajar menjadi fasilitator handal dan smart management class, kita di Salatiga kemaren belajar apa lagi? Lanjutkan ceritanya ya.. Pada kegiatan TfF And Talent Mapping kemaren, kita juga ngebahas soal passion. Tentang bagaimana cara ibu meningkatkan passion..

Pelajaran dari Atya, Ifa dan Ubi Manis Kuning Muda

Atya dan Ifa sudah terbiasa membantu saya di dapur sejak beberapa tahun yang lalu, awalnya iseng-iseng bantuin bunda menaburkan tepung ke seluruh penjuru dapur memasak. Kesininya, sudah saya biarkan memegang pisau dan peralatan dapur tajam lainnya karena rasa ingin tahu mereka tidak bisa saya alihkan lagi. Jika saya terlalu membatasi takutnya kelak beneran anti dapur, repot kan kalau kelak saya butuh asisten masak #eh :p Tugas saya hanya bertambah sedikit saja, yaitu memastikan teknik memegang pisau atau membolak balik masakan di wajan sudah benar. Kemaren saat sore-sore saya pengen ngemil :)  saya teringat pada secangkir teh hangat dan ubi rebus :p Ketika mengupas ubi dengan menggunakan alat yang sama dengan pengupas wortel manual itu, Atya dan Ifa datang menghampiri. Setelah beberapa saat memperhatikan pekerjaan saya, Atya tertarik mencoba. Atya kemudian meminta saya untuk menyerahkan urusan memotong ubi ini pada mereka berdua.  Ubi manis pun beralih tangan  dan saya beralih

Teruntuk : Adek Atya

Image
Barang-barang yang menyimpan unsur nostalgia dan sarat makna, maunya saya sih disimpen rapi semua. Biar kelak Atya dan Ifa akan mendapati kenangan bahwa masa kecilnya penuh keseruan. Hanya saja karena saat ini ada tantangan keterbatasan ruang, saya menyimpan segalanya di dalam laci-laci atau box kontainer.  Di dalam salah satu laci inilah Atya menemukan kartu-kartu ucapan untuk ulang tahun ultah pertamanya. Saya simpan kartu-kartu ini agar kelak saat Atya bisa baca, Atya akan bisa merasakan kenangan ultahnya yang pertama. Tapi sekarang Atya keburu menemukan kartu tersebut saat masih belum bisa baca.   "Ini apa Nda?"   Saya pun membacakan kartu itu. Adek Atya Semoga panjang umur... Bla... Bla... Dari mas Fauzan   Fyi... Mas Fauzan ini adalah putra tetangga kita. Atya tersenyum lebar. See... Nggak salah kan ya kalau saya menyimpan kartu ini, usia segini aja Atya sudah bisa mengenang ultah pertamanya dengan gembira #caripembenaran Haha.. Beberapa s

Hobby

Image
Obrolan anak-anak saat sedang bermain kadang membuat saya gemes pengen nimbrung, tapi saya suka menahan diri alias nyimak aja. Kecuali jika ada hal mendasar yang perlu diluruskan. Kali ini saat anak-anak sedang main masak-masakan, Atya melempar bahan diskusi. Atya: "Hobby adek apa dek?" Ifa : "Elsa." Atya : " Hobby loh Dek." Ifa : "Iya kak.. dibeli dulu bahannya." Atya : "Bukan gitu Dek.. misalnya kakak hobby nya memasak dan melukis." Ifa : "Beli dulu kak karakter Elsa-nya trus diaduk-aduk bahannya sama bunda." Sampai sini saya nangkep maksud adek kemungkinan besar adalah membuat kue bertema frozen :) Beberapa menit kemudian, Atya sibuk menjelaskan arti hobby dan contoh hobby ke adeknya. Saya makin membenamkan kepala lebih dalam ke buku. Ingin sekali membantu Atya tapi saya ingat juga kalau saya telah menjadikan Atya cikgu kecil yang bertugas transfer ilmu ke adek. Semoga Atya tabah.. haha.. Seperti kebi

Am I A Speaker or A Facilitator?

Image
Ketika saya belajar Training for Facilitators   di Salatiga kemaren, saya berasa ditampar bolak balik, kemudian galau segalaunya..hiks.. Ini enggak berlebihan, rasanya memang kacau sekali. Kemaren itu disampaikan bahwa kita terlebih dahulu menjadi fasilitator untuk anak-anak, sebelum melangkah keluar. Menjadi fasilitator bagi anak artinya menggugah/membangkitkan potensi anak, kemudian memfasilitasi dan mendampingi perkembangan anak. Bukan menitipkan impian kita yang tidak tercapai pada anak.  Dalam prakteknya sebagai fasilitator orang tua membantu anak menggali nilai-nilai dan mengarahkannya. Misalnya saat kita selesai melakukan sebuah kegiataan outdoor, ortu bisa diskusikan ke anak mengenai kegiatan yang baru saja dilakukannya: Apa hal yang sudah baik dari kegiatan kita tadi? Apa hal-hal yang bisa dikembangkan lebih jauh lagi kalau nanti mau adakan kegiatan, seperti apa bagusnya kegiatan tersebut. Tentu saja bentuk obrolan ini bisa disesuaikan dengan usia anak ya.

TfF IIP dan Talent Mapping - Dont Teach Me I Love to Learn #Part1

Image
Perjalanan belajar ke Salatiga adalah perjalanan yang paling seru, seru ilmu yang didapatkan di setiap sesi materi, dan seru sekali persahabatan yang terjalin selama acara berlangsung. Pertemuan tiga hari kemaren di Salatiga 22 - 24 Januari terasa kurang, mestinya satu bulan inih :) Dari awal perjalanan, alhamdulillah saya sangat terbantu dengan mbak Sukeng, teman koordinator IIP Salatiga dan Mbak Diyah koordinator IIP Jakarta 01yang mengatur perjalanan ke menuju Salatiga. Saya udah tinggal menuju ke stasiun Senen aja pada hari Kamis malam. Di Stasiun ini saya bertemu kembali dengan Mbak Diyah sekeluarga, berkenalan dengan Mbak Yuni koordinator IIP  Bogor dan juga Mbak Nares IIP Bogor dan juga bertemu uni Farida koordinator IIP Jakarta setelah selama ini hanya komunikasi via whatsapp. Perjalanan menuju Semarang dengan kereta adalah pengalaman pertama bagi saya. Selama ini kita terbiasa lewat pantura. Naik kereta ekonomi ac ini aman, hanya tidak senyaman kelas bisnis pastinya ya :p