Posts

Showing posts from 2018

Stunning Holiday Day#2 - Makanan Halalan Thoyyiban (part 1)

Image
Hari kedua dimulai dengan implementasi hobi memasak Atya. Anak-anak sudah lama memahami bahwa semua kegitana produktif di rumah memiliki finish line: Berbagi untuk orang lain. Maka memasak pun dipahami sebagai sebuah kegiatan menghasilkan makanan untuk orang lain. Ada muatan shodaqoh setiap kali kita memasak. Setelah beberapa lama menemani saya memasak, kini Atya sudah siap untuk duduk sendiri di dapur. Saya cukup duduk dari jauh sambil sesekali menjawab pertanyaan Atya. Pagi ini Atya akan memasak risol untuk diberikan kepada abang ojek yang mangkal di depan rumah. Urusan yang simpel bagi saya dan mama, namun merupakan sebuah perjalanan yang penuh catatan bagi Atya. Pertama, Atya mencari resep risol dulu di youtube. Atya menonton berbagai video tutorial membuat risol berbagai versi. Setelah menemukan resep yang tepat, Atya menyalin resepnya ke dalam buku catatan. Saya yang duduk menemani Atya bisa menarik nafas lega, Atya telah menerapkan sikap kritis dan skeptis pada sumber inform

Stunning Holiday Day#1 - Mukmin yang Kuat

Image
Program  Stunning Holiday hari pertama diisi dengan sesuatu yang anak-anak suka banget, apalagi kalau bukaan... MAIN AIR 😍 Setelah kegiatan pagi, kami berangkat ke Taman Bunga Wiladatika Cibubur, kemudian masuk ke kolam renang Tirtateja yang berada di dalam taman bunga. Atya yang sudah lebih lancar berenang kemudian mengajari adek berenang, tentunya tidak lupa main perosotan 😊 Usai berenang dan mandi, anak-anak menjelajahi taman bunga dan mengelilingi air mancur. Untungnya saat ini bunga-bunga sedang bermekaran sehingga anak-anak bisa mengamati bunga dan serangga sekaligus. capek berkeliling, kami duduk di saung yang banyak terdapat di taman bunga.  Sambil minum dan makan cemilan, anak-anak bermain playrole dengan serunya. Materi kajian hadist hari ini adalah tentang Keutamaan Mukmin yang Kuat.  Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Al

Stunning Holiday

Image
Liburan telah tiba! Tapi Atya dan Ifa menyambutnya dengan biasa saja. Atya malah bercerita dengan sendu tentang teman-temannya yang berbagi rencana perjalanan liburan seru di sekolah. Sekolah masih ada beberapa hari lagi, tapi sendu makin menjadi-jadi dengan tingkat kemuraman anak yang kian bertambah setiap harinya. "Kalau kita hitung, kita sebenarnya berlibur banyak sekali tahun ini Kak, dua kali ke Jogja, dua kali ke Semarang, satu kali ke Padang dan tak terhitung entah berapa kali ke Bandung dan Bogor." saya memeluknya hangat di suatu sore dimana wajah murung makin tertekuk. "Wah iya ya Nda." sahut Atya Kemuraman sedikit terkuak. "Kalau kita nggak keluar kota, trus kita ngapain dong Nda, selama liburan ini?' tanya Ifa. Giliran saya yang terdiam. Saya kira, kita akan menghabiskan keseruan sepanjang hari seperti biasa. Pagi setelah mandi dan sarapan kita bisa membaca dan menulis cerita di blog. Kemudian kita bisa berkebun sambil menikmat

Mengenalimu duhai Anakku

Image
Lama perjalanan dari kota Padang dengan kota Payakumbuh jika ditempuh dengan bis kota dalah 3 jam, ditambah seperempat jam naik ojek. Biasanya saya akan pulang ke rumah pada hari Jumat di saat jam terakhir kuliah. Maka perkiraan waktu sampai di rumah berkisar anatara pukul 9 - 12 malam. Begitu sampai di rumah, saya akan menyapa orang tua terlebih dahulu, kemudian segera beberes rumah. Iya, beberes rumah meski semua sudah akan segera tidur 😀 Sebulan ditinggal, semua barang tentunya sudah berubah letak. Jendela dan pajangan di dinding tidak dilap seperti yang saya inginkan dan buku tidak ditaruh sesuai abjad. Selalu saja seperti ini. Entah selarut apapn, saya akan tetap memegang sapu dan lap sebelum beristirahat. Rasanya tidak akan bisa tertidur pulas jika tidak merapikan rumah sebelum tidur.  Setelah menikah dan memiliki anak, saya mendapatkan ujian berat. Bahwa memiliki dua anak yang rajin main masak-masakan membuat saya tidak bisa menata barang seperti yang saya inginkan.

Ke-Sembilan

Image
Ketel air di kompor membunyikan peluit keras pertanda air yang saya jerang telah mendidih. Saya lantas menyudahi beberes kertas lukisan anak-anak yang belum disimpan tadi malam. Untuk kesekian kalinya saya membangunkan suami. Kali ini dengan suara bernada mendesak. "Uda, ini sudah pukul setengah enam." Sekali lagi uda  membalikkan badan, seperti masih enggan bergerak dari bantal. Saya mendesak sekali lagi, dan uda pun beranjak duduk. Saya kemudian fokus mengurus anak-anak  yang akan berangkat ke sekolah. Beberapa menit berlalu  cepat, dan kini Atya sudah menuntaskan persiapan ke sekolah. Ifa masih menekuri mangkuk sereal, tapi tidak mengapa, masih ada cukup waktu untuk Ifa bersiap ke sekolah. Hanya saja, setelah semua kesibukan pagi ini, kenapa langit masih gelap saja kelihatannya. Seharusnya garis-garis cahaya fajar sudah menyirami ruang tamu. Dan herannya mama kok masih belum menuntaskan bacaan Al Quran subuh ini. Merasa ada yang tidak sesuai, saya melirik sekali

Perjalanan Komposting di rumah

Image
Di masa lalu, melakukan kompos terdengar menyulitkan. Bagi kami petani di desa, sudah pernah ada penyuluhan komposting. namun ada beberapa faktor yang menyebabkan kita tak kunjung melaksanakan komposting. Pertama, terasa ribet aja semua panduan komposting itu. lalu ada bahan yang perlu dibeli, ini tak mudah mengingat transportasi di kampung yang tidak seleluasa di kota. kemudian, terasa lebih mudah menumpuk sampah lalau membakarnya, selain cepat, abunya juga bisa jadi pupuk tanaman. Pastinya sih karena kurangnya niat dan merasa tidak butuh komposting. Ketika berada di Jakarta dan berhadapan dengan tantangan baru, maka kompos terasa dibutuhkan. Pertama sampah rumah tangga membutuhkan waktu untuk sampai ke tempat pembuangan akhir, dan terbayang sudah betapa tingginya sampah di sana. bayangkan untuk sayur singkong saja, lebih banyak yang dibuang dibanding yang dikonsumsi, dalam 3 ikat sayur daun singkong, hanya sepiring yang bisa diambil, sisanya masuk ke tempat sampah. Demikian juga de

Misi Hidup Atya

Butuh waktu lama bagi saya untuk menemukan apa misi hidup saya di muak bumi. Andai tidak bertemu berbagai materi di Ibu Profesional maka saya kira saya masih mengalir tak tentu arah. Bahakn setelah belajar sekian lama, perlu waktu juga bagi saya untuk benar-benar meresapi misi hidup dan membuatnya selaras dengan suami. Karena sejatinya misi pribadi, misi keluarga dan misi komunitas akan sejalan dengan indah. Maka ketika Atya yang sedang menenggelamkan kepalanya ke majalah Bobo tiba-tiba mendongak dan memberikan pernyataan bahwa sudah menemukan misi hidup, saya terperangah. Seriusan ini? Apa Atya paham apa makna misi hidup? Apakah saya kebanyakan bicara tentang misi, tentang pencapaian dan kebermanfaatan sehingga Atya lalu sudah memahami banyak hal? "Misi hidup Atya Nda, adalah meneruskan apa yang kita lakukan sehari-hari. Berkarya setiap hari dengan ide baru, memanfaatkan barang yang sudah ada dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat." Mata Atya berbinar, mata saya s

Perjalanan selalu membawa kisah baru

Image
Seperti perjalanan ke pulau kecil tempat suami menghabiskan masa kanak-kanaknya. Ke pulau itulah kami berlebaran Ied Adha tahun ini, setelah belasan tahun suami tidak pernah berkunjung ke sana. Bagi saya, menemani suami napak tilas ke ruang masa kecil merupakan keseruan tersendiri. Dengan cerita suami tentang masa kecilnya yang penuh keseruan, saya penasaran ingin melihat seperti apa pulau yang dimaksud. Perjalanan kami total menghabiskan waktu 5 hari. Pertama-tama kami akan naik pesawat menuju kota Jambi, kemudian lanjut naik travel sekitar 3 jam. Perjalanan berikutnya menuju pulau kami tempuh dengan naik boat yang berderak sepanjang jalan. Dengan membawa anak-anak, jelas sudah bawaan saya akan segambreng. Namanya juga bawa anak kecil, anyway berhubung bakal banyak memindahkan barang kali ini saya wajib menyiasati dengan memampatkan isi koper hingga sekecil mungkin. Mengatur bawaan hingga serapi mungkin dan melipat hingga sekecil yang saya bisa. Segera waktu packing saya teringat

Kisah Kantong Plastik dari Pasar

Image
Sejujurnya saya ini pemalu   suka merasa rendah diri loh, terutama ketika akan mengemukakan ide-ide baru kepada orang lain. Sepanjang sekolah menengah atau kuliah, saya tidak bisa ingat apakah pernah mengacungkan tangan untuk bertanya. Pun juga tidak pernah berpendapat apapun di sebuah forum. Saya kira saya tidak akan sanggup menahan situasi ketika saya menerima tanggapan di luar ekspektasi. Dalam komunitas Ibu Profesional juga demikian. Saya memerlukan waktu cukup lama untuk berdiam di pojokan, tidak berani muncul ke ruang chat bahkan untuk sekedar menyapa. Dan ketika saya berani mengungkapkan pikiran, saya pun memerlukan waktu lama untuk merangkai kata. Rasa inferior yang kadang kadarnya kebangetan ini entah kenapa tidak berhasil saya atasi. Perkara inferior ini yang mengemuka sebagai sebuah tantangan pekan ini bagi saya pribadi. Salah satu aksi terkait program Hijrah 0 Sampah adalah tindakan pencegahan sampah dengan mengurangi hadirnya sampah di rumah. Beberapa hal sud

Bertamu

Image
"Kenapa ngak bawa Atya?" Pertanyaan ini ditujukan pada iparku yang sedang bertamu. Iparku menjawab, "Uni nggak akan membolehkan bawa anak-anak." Penggalan cerita iparku sepulang main ke rumah temannya mengingatkanku pada kisah sedikit lama yang menghantarkan ke kisah yang sangat lama. Kisah lama yang membekas kuat dan mempengaruhi cerita hidup saya. Sebuah masa lalu yang baru saya pahami kini, setelah memiliki dua putri. Beberapa tahun lalu, tante dari pihak mama berkisah bahwa dulu semsa remaja, kerap merasa sedih karena papa tidak akan mengizinkannya membawa saya pergi bermain. Sebagai anak kecil berpipi bulat  dan berambut panjang, saya cukup menggemaskan untuk dibawa main kemana-mana, uhuk.. Heuheu.. Intinya sih tante sedih karena saya tidak bisa dibawa keluar rumah. Saat itu saya tidak bisa berpendapat, bahkan diam-diam merasa ikut sedih karena saya jadi kehilangan kesempatan untuk nongkrong manis bareng tante   bersama tante. Sejah memiliki Atya

Hijrah 0 Sampah, Mengukuhkan Niat - Meneguhkan Langkah

Image
Seperti pohon kacang menemukan tiang tempat merambat, kegiatan Hijrah 0 Sampah ini saya ibaratkan. Sebuah keniscayaan yang menemukan jalannya, serangkaian kegiatan sehari-hari yang menemukan landasannya. Hijrah 0 Sampah merupakan kegiatan menarik yang diinisiasi oleh Ibu Profesional Jakarta yang diikuti dengan antusias oleh banyak anggota komunitas Ibu Profesional. Pertama-tama, saya adalah anak petani yang terbiasa merawat tanaman sehingga paham sekali dengan urgensi merawat alam, menjaga lingkungan dan menghadirkan lingkungan yang sehat. Kedua, meskipun kami sekeluarga tinggal di griya mungil dengan halaman yang terbatas, namun dengan telaten kami membawa bebungaan dan aneka sayuran ke teras rumah. Halaman kecil pun menyediakan tak hanya bunga elok pelepas lelah, tapi juga sayuran segar bebas pestisida dan pupuk buatan. Perkara berkebun ini telah membawa kami pada kebiasaan komposting yang mengurangi hampir separuh sampah dapur. Biasanya semuanya masuk ke tempat sampah yang pa

Menjelajahi iPusnas

Image
 Seharian sibuk dengan berbagai urusan rumah tangga dalam meyambut tamu, rasanya lumayan lelah. maka sehabis bebersih rumah dan anak-anak tertidur, saya terpikir alangkah enaknya kalau sambil berbaring ini membaca buku. Tapi saat nyender begini dan hp sudah ditangan kok ya nggak pengen beranjak ke lemri buku.. hihi.. sudah terlanjur nyaman posisinya. Ini yang membawa saya ke apliksi yang satu ini, dan tetiba menyesal kenapa tidak ketemu aplikasi ini dari dahulu.