Posts

Showing posts from 2019

kartu Pos #4 Antisipasi Cucian Kala Hujan

Image
Jika di Turki sedang mengalami musim dingin, maka di Jakarta hujan tak henti menyiram bumi. Langit Turki bisa jadi cerah dengan matahari bersinar cemerlang namun udara terasa dingin menggigit. Sempurna sudah semua badan tertutup berlapis-lapis, itupun masih tetap mengigil merindukan udara tropis.  Di Jakarta anak-anak menyambut riang setiap derai hujan yang turun. Bagi Atya dan Ifa kehujanan sepulang sekolah adalah kegembiraan tak bertepi.  Tidak peduli jika tas dan sepatunya basah karena air hujan, atau genangan air yang sengaja dilompati dengan penuh semangat. Payung dan jas hujan tentu saja tidak pernah dibutuhkan. Meskiipun saya percaya anak-anak bahagia dengan hujan, namun kesehatan mereka semestinya tetap terjaga. Maka kartu pos kali ini berupa flyer tentang hujan yang saya buat cepat dalam perjalanan ke Bursa. Sejurus kemudian, voice call kami runtut berisi strategi Atya tentang menangani situasi hujan. Yang kemudian disambung dengan cerita nenek tentang Ifa yang

Kartu Pos #3 Seberapa Tegar Bunda?

Image
Chat via Whatsapp hari ini berisi berbagai laporan Atya tentang situasi di rumah. Atya menemukan bahwa ternyata ada banyak hal yang terjadi di dalam rumah. Ada galon air yang habis, ada tenggat waktu mengantarkan sampah ke depan agar bisa terangkut oleh tukang sampah. Kemudian ada bunga yang rutin disiram, ada kamar mandi yang perlu disikat. Mereka berdua menyadari bahwa selama ini ada bunda yang mengecek kelengkapan sekolah. Ada bunda yang memastikan bahwa semua unsur dalam rumah tangga berjalan baik. Maka saya pun menyemangati Atya dan Ifa. Kartu pos hari ini berbalas sebuah voice call mengharukan,  "Terima kasih bunda karena sudah mendidik kakak, kakak ingat semua pelajaran dari Bunda karena ekarang kakak sendiri." Voice call yang satu ini tidak berbalas, karena saya sibuk menyusut air mata. Entah dimana saya membaca bahwa yang ditinggalkan jauh lebih menahan sedih dibanding yang meninggalkan, tapi kok  kali ini rasanya Atya jauh lebih tegar dibandingkan say

Kartu pos #2 Kita akan Bangkit Ketika Jatuh

Image
Suhu 5 derajat celcius menyambut kami ketika keluar dari bandara Ataturk. Meskipun sudah memakai pakaian lengkap ala penduduk di negara musim dingin, tapi kulit tropis saya menolak untuk akrab. Hangatnya suhu udara di Jakarta terlalu lama saya nikmati, rasanya begitu menyakitkan ketika terpapar udara dingin. Begitu naik bis menuju hotel, angin dingin menampar wajah. Sungguh tidak menyenangkan di kulit Namun lama kelamaan anehnya saya menyadari bahwa saya tentram. Saya kira saya menemukan situasi yang kerap dideskripsikan pada buku-buku yang saya baca. Bangku taman yang dingin dan sendirian di kejauhan membawa saya pada suasana yang akrab dan hangat. Atya tiba-tiba menelpon pada saat yang melankolis itu. Berbeda dengan saya yang menyambut dengan senang suasana di luar, Atya dan Ifa sedikit kecewa dengan tayangan video call yang menunjukkan ketidakhadiran salju di luar. Well, saya lupa menyampaikan bahwa di kota Istanbul sendiri memang tidak bersalju, suhu di luar memang dingin

Kartu Pos #1 Menghadapi Tantangan dengan Tenang

Image
Sejauh ini Atya dan Ifa hanya mengikhlaskan saya bepergian untuk dua hal, perjalanan ibadah dan kegiatan komunitas Ibu Profesional. Pada perjalanan umroh kali ini, Atya dan Ifa oke dengan saya yang start dari Singapore, toh anak-anak sudah paham situasi di sana. Namun anak-anak sedikit manyun ketika melihat perjalanan ke Turki jelang ke Madinah. Apalagi dengan persiapan pakaian musim dingin yang saya masukkan ke dalam koper. Meski pada akhirnya anak-anak melepas kami dengan bahagia, tetap ada seberkas sedih. "Yaaah... Bunda bisa main salju dong." Hiks..

Jauah Bajalan Banyak Diliek

Image
Kami jarang meninggalkan anak-anak. Kalaupun ada yang pergi beberapa hari dari rumah, hanya salah satu saja antara saya dan suami. Salah satu akan tetap di rumah menemani anak-anak. Pada perjalanan umroh kami sebelumnya, saya dan uda memutuskan untuk berangkat bergantian agar Ifa yang baru selesai operasi bisa tetap dijaga dengan baik. Tapi kali ini, adalah pertama kalinya kami hendak meninggalkan anak dalam waktu agak lama. 14 hari tentunya akan terasa lama, baik bagi kami terlebih pula anak-anak. Tapi, baik juga dicoba untuk melihat apakah pembelajaran selama ini akan berjalan baik ketika kami tidak di rumah. Bismillah.. Saya kira kita akan saling menjaga jarak agar mudah move, dengan meminimalkan video call dan chat via whatsapp. Eh ternyata anak-anak tidak setuju. Mereka memilih untuk tetap menjaga kontak dan meminta kami terus bercerita di sepanjang perjalanan. Well, mari kita coba. Tulisan perjalanan umroh ini bukanlah review perjalanan umroh yang penuh foto. Toh suami