Posts

Showing posts from September, 2016

Ujian Sesuai Keadaan

Berhubung saya adalah emak-emak yang gampang menangis, jika menghadapi ujian keadaan yang tidak menyenangkan, saya memilih untuk mengabaikan perasaan. Ketika Ifa didiagnosa menderita katarak bawaan, saya punya dua pilihan, menangis di depan dokternya atau menanyakan apa yang bisa kami lakukan dalam pengobatan Ifa. Saya memilih yang kedua. Menjelang operasi pengangkatan lensa mata Ifa, saya menyibukkan diri bersama Ifa. Mengurus persiapan operasi dan menyiapkan kondisi mental Ifa agar tenang mengikuti proses pengobatan ini. Saya juga menghindar dari keluarga besar dan teman, tugas mengabari keluarga saya titipkan pada suami dan mama. Saya melakukan ini agar bisa menjaga kewarasan. Saya sudah rapuh dengan kondisi ini, satu tangisan saja sudah cukup membuat saya tumbang. Jadi ketika salah satu tante bertangis-tangisan bersama mama, saya memilih kabur jauh-jauh. Saya memang lemah dalam urusan perasaan. Suami sih udah paham banget dengan saya, soalnya kadang di jalan ke kantor, saya

Atya Bertanya dan Bunda tidak Mampu Menjawab

Makin lama, seiring Atya tumbuh besar, daftar pertanyaan Atya yang ditunda jawabannya makin banyak aja. Pertanda bundanya Atya dan Ifa perlu banyak-banyak membaca nih. Kisah Pittacus Lore sementara diabaikan saja dulu ya.. padahal emang belum datang aja bukunya ke Indonesia.. hehe.. Salah satu pertanyaan Atya yang tidak terjawab adalah tentang cahaya laser. Atya sebenarnya sudah paham dengan istilah laser. Dr. Michael yang menyebut istilah ini di depan Atya, saat kita membahas tentang laser sebagai alternatif reposisi mata Ifa. Waktu itu, karena saya diskusinya sangat serius sama dokter, Atya jadi tidak punya kesempatan bertanya. Akibatnya, sepulang dari JTEC kita duduk dulu makan kebab dan ngobrol panjang banget mengulik segala hal tentang laser. Atya puas karena paham istilah baru dan senang karena bisa makan kebab. Obrolan laser yang kedualah yang membuat saya speechless. Ceritanya kita lagi jalan-jalan malam sama ayah, anak-anak makan es krim sementara bunda dan ayah ngopi sa

Kisah Gigi Atya

Saya dan suami jelas bukan panutan hebat untuk urusan gigi geligi. Sejauh ini baik saya maupun suami sudah kehilangan beberapa gigi.. hiks  Alhamdulillah, kami beruntung memiliki duo putri yang rajin menggosok gigi. Dengan cara yang sesuai anjuran dokter gigi pula. Keren kan.. :p Kami lagi-lagi beruntung karena kedua putri juga paham banget bahwa coklat dan permen menyumbang masalah untuk gigi anak-anak, jika lupa menggosok gigi sesudahnya. Well, sebenarnya Atya dan Ifa hanya bertemu permen 3 atau 4 kali saja dalam setahun. Itupun kalau ada yang ngasih ke mereka :) Karena kondisi gigi yang baik-baik saja, kisah dua baris gigi rapi anak-anak tidak pernah ada dalam portofolio mereka.  Kecuali dua hari yang lalu. Ketka Atya melaporkan bahwa Atya kini punya gigi baru trus kemudian Atya membuka mulut lebar-lebar. Eh bener dong, ada satu gigi mungil muncul di balik gigi seri. "Kakak sakit nggak giginya?" "Kalau dipegang terasa goyah nggak?" "Kalau gigit

SATE SUPER

Ketika saya dan suami sedang menunggui operasi mata Ifa yang kedua, pas kita lagi manyun berdua menatap pintu ruang operasi, suami membuka smartphone dan menemukan chat seorang teman yang tanya kenapa saya tidak update blog lagi. Teman ini juga menyampaikan usulan agar saya menulis topik lain selain kisah duo pipi bulat. Tuturan ini sedikit mengalihkan perhatian saya dari pintu ruang operasi. Tapi ya karena sesudah operasi langsung fokus merawat Ifa, pemikiran tentang blog jadi minggir dulu. Baru sekarang nih bisa meninjau lagi topik-topik apa saja yang sudah saya tulis. Ternyata tulisan saya di blog sebagian besar adalah cerita tentang keseharian Atya dan Ifa, kemudian juga ada kisah-kisah masa lalu saya, juga catatan-catatan perihal kegiatan Institut Ibu Profesional. Tidak ada sesuatu yang keren dan informatif seperti halnya tulisan teman-teman blogger yang kerap saya singgahi. Saya juga pengen menulis sesuatu yang lain itu. Namun mentok mulu, paling banyak satu paragraph lalu say

NHW#9 dan NHW#10 : MENGUNCI ILMU DENGAN AMAL

Image
MENGUNCI ILMU DENGAN AMAL a.   Benang merah dari program matrikulasi kita dari materi #1-materi #10 :  Seorang ibu perlu memiliki kemampuan mengenali potensi diri sendiri, suami dan juga potensi anak. Juga perlu merenungkan apa hubungan kekuatan kita dengan peranan dalam keluarga dan masyarakat.  Setelah potensi dan peranan tersebut dipahami, diperlukan kurikulum belajar yang sesuai dan milestone pembelajaran. Ketika proses pengembangan dan penyempurnaan sudah berkesinambungan, seorang ibu bisa menjadi agen perubahan di kelaurga dan di masyarakat.   b. Mind map untuk materi #1 s/d #8 c. Hal-hal yang perlu saya siapkan apabila ingin memandu program matrikulasi:  1. Menyiapkan diri sendiri agar tetap konsisten menjalankan materi matrikulasi, mengatur waktu, bersikap melayani dan berbagi terhadap peserta kelas matrikulasi. 2. Ijin suami. 3. Sosialisasi program matrikulasi kepada peserta.  

Kisah Akhir Minggu Atya dan Ifa

Image
Akhir pekan kemaren Atya dan Ifa bersemangat sekali saat saya bilang mau ada acara  Sharing UKM Ibu Profesional di TMII. "Atya boleh ikut Nda?" "Apa Ifa boleh main di taman yang ada komidi putarnya Nda?" :) Hari Minggu, jam 7 pagi kita sudah rapi, kemudian beberes bekal untuk perjalanan seharian, sigap naik ojek dan lanjut naik taksi ke TMII. Sebenarnya acara ini mulai jam sembilan pagi namun kita datang lebih awal untuk membantu mbak Dian Anggraini yang jadi PJ single fighter acara kita hari ini. Atya dan Ifa yang sudah terbiasa ikut saya kemana-mana untuk acara IIP, sudah paham situasi yang akan dialami.  Seperti biasa Atya dan Ifa akan bertemu teman-teman bunda, main bersama anak-anak lainnya, trus duduk di samping bunda mendengarkan materi. Namun kali ini ternyata berbeda, keadaan menjadi sedikit menantang saat bunda jadi MC sekaligus ngasih sambutan di sharing UKM ini. Hwaaa... gimana tuh jadinya. Nggak ada pilihan lain karena kita memang kurang pan