Posts

Showing posts from April, 2015

Berbelanja di Pasar Tradisional

Secara urusan belanja sayur ke pasar tradisional udah menjadi kegiatan rutin seminggu sekali, kali ini bolehlah yaa saya bagikan kisah pengalaman belenji sayur di pasar.. Boleh ga.. Boleh dong.. :p *disambit Here we go.. Jika pertama kali ke pasar, jangan ragu untuk keliling-keliling dulu liat suasana, supaya bisa mengamati sayur yang lebih segar atau ayam atau ikan yang lebih bagus kualitasnya, amati juga kalo ada jajanan pasar yang terlihat menggiurkan.   Seringkali tempat yang rame pembeli adalah tempat yang menjual barang terbaik.. Biasanya nih ya.. but gada salahnya di cek. Jangan ragu bertanya jika tidak menemukan barang yang dicari.  Jika dalam beberapa kali belanja, sudah menemukan satu tempat sayur atau tempat jual ikan atau ayam yang bagus, usahakan tetap belanja di tempat yang sama. Ini ada untungnya loh kalau belanja di tempat langganan. Karena udah kenal...ngobrolnya lebih enak, bisa dapat potongan harga tanpa diminta, kadang ada sayur gratisan yang ditambahkan ke

Sejenak ke Garut

Image
Weekend kemaren alhamdulillah ada kesempatan ke Garut, hepi luar biasaaaa!!!. Soalnya jalan-jalan Garut udah lama jadi cita-cita, tapi selama ini belum terwujud. Pada saat suami bilang tentang rencana ke Garut beberapa minggu yang lalu, saya senenggg banget. Meski sebenarnya ini adalah acara gathering kantor suami sih, dan nantinya saya dan anak-anak akan misah hotel. Tapi kan slama ini belum pernah ke Garut, so ini bakal seru perjalanannya. Karena pengen banget ke Garut, saya mulai jadi senewen.. tiap berapa hari menanyakan ke suami jadi enggaknya jalan ke Garut. "Ayah, acara kantor ke Garut jadi ga? "Ayah, jadwal mc di hari Sabtu Minggu sudah disesuaikan?" "Ayah, untuk perjalanan ke Garut sejauh ini ga ada masalah kan?" "Ayah, penginapan di Garut.." Huahahaha... untunglah suami sabar-sabar aja ngejawabnya. Sabtu pagi, suami ada jadwal mc dulu, jadi ga bisa ikut rombongan kantor. Rencananya kelar mc, kami akan nyusul ke Garut. Anak-anak bar

Baju Kembaran Untuk Atya dan Zifa

Image
Duo pipi bulet seringkali dikira kembar mengingat besar badannya nyaris sama. Emang sih, s ejauh ini tubuh adik hampir menyamai besar tubuh kakak, untunglah kakak masih lebih tinggi. Hal ini ditambah lagi dengan kebiasaan saya dan suami yang suka beli baju samaan atau yang senada warna dan motifnya. Sebenarnya, kritikan untuk tidak memberikan baju kembaran ke anak, sudah kerap sih saya dengar.  Tapi kali ini saya punya pendapat lain... Kedua putri saya totally berbeda, penampilan fisik, cara bersikap, pola makan, pola komunikasi, golongan darah, kecendrungan tangan kiri atau kanan, apapun itu... segalanya beda. Milestone pertumbuhan mereka berdua pun jauh berbeda. So.. ketika saya menyamakan baju untuk mereka tidak berarti saya memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Cara bicara saya ke Atya beda sekali dengan gaya ngobrol ke Zifa, pun demikian dengan segala urusan lainnya.

Kotak Popcorn Untuk Atya dan Zifa

Image
Semakin lama, semakin susah aja mikirin ide craft apa lagi yang mau dikerjakan bareng krucils. Gimana ga keabisan ide kalo tiap malam membuat kerajinan tangan terus.. Hiks.. Niat awalnya.. maunya saya selaku emak-emak pencinta kerajinan tangan.. project yang dilakukan bareng ini mestilah sesuatu menarik, bermanfaat, dan  sebagain besar prosesnya bisa dikerjakan sendiri oleh Atya dan Zifa. Tapi lama-lama jadi keteteran ide. Pernah saking mati idenya, saya hanya ngajak anak-anak membungkus kardus dengan kertas kado, ditempelin minni mouse, lalu dijadikan kotak boneka. Sungguh sangat kreatif..  :( Ide kerajinan tangan ini suka muncul kalau lagi di jalan sepulang kantor, tapi kesininya malah saya seringnya ketiduran saat lagi melamun memikirkan ide craft.. hihi... Mulai deh cari-cari ide di buku atau majalah, atau googling. Ide yang terkumpul tinggal dipilah aja, yang rada ribet kerjakan di weekend, tapi craft sederhana bisa dikerjakan malam sepulang kantor sebagai satu sesi kegiatan

Belajar Bersama, Nyamuk dan TV Series Dynasty

Saat saya berusia 5 tahun, mama dipromosikan menjadi kepala sekolah di sebuah desa sunyi senyap. Dinamakan sunyi karena ya emang sepi, gimana nggak sepi karena tv hanya ada di dua rumah, bahkan listrik aja yang nggak lewat di kampung kami. Ini saya gak inget gimana awalnya, tapi banyak aja kakak-kakak yang belajar bersama mama di rumah kami, ini beda dengan belajar privat ala sekarang yah.. Waktu itu mama mengajar ekstra tanpa dibayar, udah gitu anak didiknya nginep bareng di rumah. Biasanya mereka belajar dengan tekun sekali, ga ada yang melirik smartphone, sungguh heibat . Urusan belajar bersama ini menjadi semakin serius menjelang ujian kenaikan kelas, dan menjadi kasak kusuk menjelang EBTANAS.