Posts

Showing posts from June, 2014

Kebiasaan Sebelum Ramadhan

Dua hari menjelang lebaran ini mau review ah..apa aja kebiasaan saya menjelang lebaran. Soalnya tiba-tiba kepikiran kenapa kalo sekarang ngga ada kegiatan apa-apa.. Suami di kantornya menggelar acara munggahan, pengajian plus makan-makan di kantor. Saya di kantor ngga ada yang berubah. Ngga ngapa ngapain. Hiks.. Jadi mari saya ingat-ingat aja yaa kebiasaan yang sudah berlalu. Di kampung saya, satu hari sebelum puasa dinamakan hari balimau. Balimau ini kalau diartikan secara harfiah adalah keramas, maknanya adalah menyucikan diri sebelum bulan Ramadhan. Dulu sewaktu kecil, sebagian orang akan pergi ke tempat wisata air (entah itu air terjun atau kolam renang), sebagian hanya keramas di rumah. Setelah itu membaurkan kasai ke kepala. Nah talking about kasai.. Kasai adalah racikan daun pandan yang diiris halus dan dicampur dengan bunga-bunga. Biasanya dua hari sebelum balimau udah banyak aja yang menjual kasai ini di pasar. Kesininya, saat saya remaja, udah jarang banget yang benar-benar

Pertemanan dengan Toko Bumbu

Mama mengajari saya berbagai bumbu masakan sejak saya masih keciiiiiil sekali. Beliau mengajari berapa takaran yang pas untuk garam, berapa panjang ruas jahe yang diperlukan untuk membumbui suatu makanan. Atau kapan daun salam diikutsertakan dalam wajan. Kemudian karena saya tinggal di punggung gunung, dengan vegetasi luar biasa beragam di sekeliling rumah, saya juga belajar dari mama, dedaunan apa saja yang bisa dicampur ke makanan untuk menyeimbangkan rasa. Begitulah.. Perjalanan belajar masak sudah sedemikian panjangnya tapi yaaaa..karena pada dasarnya dulu itu saya jarang masak, jadinya ya masih kacau aja kalau masak, tetep ada momen-momen gagal yang bikin pengen menghilangkan makanan gagal itu seketika.

Jangan Main ke Rumah Tetangga

Saat saya kecil, papa melarang saya main ke rumah tetangga, dengan pemahaman bahwa keriangan saya mungkin saja mengganggu tetangga yang lagi istirahat. Jadilah saya anak rumahan, yang sehari-hari baca buku dan main didalam rumah aja. Untungnya kedua ortu mengizinkan saya mengajak teman untuk main ke rumah sehingga saya ngga kehilangan masa kecil yang seru bersama teman. Saat beranjak remaja, udah jadi kebiasaan aja kalo saya tidak ke tetangga jika tidak ada keperluan. Saya memperhatikan mama juga ngga pernah kelihatan duduk-duduk ngobrol dengan tetangga. Papa telah dengan tegas melarang ngobrol ngga penting, karenaaaaa segera saja obrolan bisa berubah menjadi ghibah.. Lagi ngomongin resep masakan eits tiba-tiba udah beralih aja jadi ngomongin orang. Apakah mama jadi kuper karena ngga ngegosip dengan ibu-ibu lain? Sungguh ngga demikian.. Mama justru sangat aktif di PKK, aktif di dewan ulama Nagari dan di pengajian ibu-ibu. Bahkan sekarang mama di masa pensiunnya m