Posts

Showing posts from March, 2022

Mentari Dalam Rumah

Seiring matahari sempurna muncul setelah lelah bersembunyi di punggung gunung, kebosanan pun terasa mulai mendera. Padahal ada dua baris pohon murbei yang membentuk terowongan rimbun. Semestinya keberadaanya cukup untuk menenangkan gelisah. Sebab daunnya yang hijau muda lembut akan meneduhkan pandangan mata. Lalu dedauan itu juga akan menciptakan harmoni cahaya di tanah lembab di bawahnya. Ketika sinar mentari pagi menyiramnya, dedaunan murbei sibuk membuat pola sendiri. Gerak cahaya di tanah coklat, adalah tarian cahaya yang melenakan. Apabila pohon murbei tidak cukup, masih ada lagi belasan rumpun dahlia aneka varietas. Mulai dari dahlia versi lama yang merupakan warisan dari nenek moyang kami, atau pokok dahlia impor yang bunganya tebal bagai beludru.  Ataukah jambu air yang jenisnya langka itu kurang memikat, apakah aromanya yang bak parfum itu tidak membuat betah berjam-jam.  Semestinya sih begitu, puluhan jenis tanaman menarik di sepanjang halamani depan, adalah segala yang saya

Kisah Kersen

Saya berhutang masa kecil yang seru pada pohon kersen yang tumbuh di depan rumah. Pohon yang dahannya banyak itu tumbuh di pematang sawah kami yang sengaja dibentuk lebih lebar. Sengaja karena salah satu petak sawah di bawahnya digunakan sebagai tempat pemijahan ikan mas varian Majalaya. Pohon kersen itu dengan baik hati merendahkan setiap dahannya sehingga pas untuk pijakan. Ini membuatnya jadi mudah untuk dipanjat. Bahkan bagi anak-anak yang belum lihai memanjat sekalipun. Ia juga sangat murah hati berbuat. Setiap hari puluhan buah kersen muncul di ujung dahan, pun buah remaja segera merona merah dan menggoda anak kecil yang tiap hari melewatinya.  Anak kecil itu tiada lain adalah saya sendiri.  Seingat saya, ia tidak ditanam dengan sengaja. Melainkan tumbuh sendiri, entah karena benihnya tertiup angin atau kebawa oleh burung yang kebetulan melintas. Untung bagi benih kersen itu, karena ia jatuh di tanah yang ekstra subur.  Sebab sepetak tanah di pematang itu afalaj gundukan dasar ko

Sepiring Nasi Hangat di Tengah Badai

Angin kencang menerpa dinding rumah dinas yang asing terasa. Hujan yang datang bersama kesiur angin menambahkan rasa tidak nyaman di senja itu. Itu adalah hari pertama keluarga kami sampai di desa yang gelap gulita itu. Desa yang belum dialiri listrik dan jalanannya berbatu-batu kasar. Perjalanan karir membuat Mama mutasi ke desa ini sebagai kepala sekolah SD. Masalahnya kami sekeluarga telah terbiasa tinggal di rumah dinas yang terang benderang oleh cahaya bohlam lampu berwarna kuning. Serta ruang tengah yang ramai dengan suara tv yang menyiarkan Dunia Dalam Berita. Kami tidak siap untuk bermalam di desa zonder listrik yang jauh lebih dingin, karena memang desanya jauh berada di punggung gunung. Di antara desau angin itulah, Apa bersusah payah menyalakan lampu petromaks yang berdebu sebab lama tidak dipakai. Rumah dinas kepsek itu, masih saja sempurna gulita meski magrib telah berlalu.  Pada saat itulah uwo Radinas, tetangga di belakang rumah kami datang mengetuk pintu. Ia mengajak ka

Her First Book

Image
Dalam dunia literasi yang luas ini, saya ngga memberikan tips apa-apa pada anak selain jadi panutan. Saya percaya anak-anak akan mengamati tiap perilaku dan kebiasaan saya sehari-hari. Saya juga berdoa agar anak-anak akan mengambil hal baik dari saya dan kemudian tumbuh menjadi anak yang lebih baik, lebih tangguh dan lebih keren lagi dari bundanya ini.  Dalam hal membaca, anak-anak paham banget betapa saya sangat mencintai buku. Mereka tahu bahwa saya rela bekerja keras dan menabung agar dapat membeli buku yang diinginkan. Juga mereka tahu saya membaca buku dalam jumlah yang banyak, demi menuntaskan rasa penasaran yang berkejaran. Dan mereka tahu banget saat saya panik ketika buku-buku yang disimpan sementara renovasi rumah, terancam dimamam tikus...  Huwoo...  Itu sih asli saya sudah membayangkan yang engga engga. Kebayang buku yang digerogoti dan tidak bisa dibaca lagi. Terus kebayang betapa susahnya mencari lagi buku- buku yang merupakan panduan, semacam buku fiqih, buku hadist, dan

Setelah Badai Usai

Dua hari kemaren hujan angin menerpa kota. Angin berkesiur membawa serta air hujan yang banyak tak terkira. Air hujan yang lantas berhamburan di atas genteng, kusut karena angin yang sibuk berbalik arah dalam waktu singkat. Rooftop rumah kami yang belum sempat dipasang jendela, biasanya hanya membawa kesejukan hembusan angin. Tapi kali ini, air bersimbah turun menuruni tangga. Mengalir sudah air hujan di seluruh lantai 2, lalu menganak sungai menuju lantai 1. Saya yang tengah pilek dan tak kunjung henti bersin, menatap genangan tanpa berdaya.  Saya balik badan, masuk kamar karena tahu tidak bakalan sanggup mengurusi air hujan yang menyerbu rumah. Niatnya sih mau selimutan.. hahah. Tapi ternyata ruang wardrobe juga tersiram hujan..  huwoooo...  Saya mengadukan perihal hujan yang tetiba bertamu itu pada suami, lalu lanjut menarik selimut. Sebab serius beneran tidak punya tenaga, bahkan untuk sekadar merasa cemas. Dulu hujan semacam ini akan menimbulkan kecemasan yang bertubi-tubi. Jika s

Memasak dengan Cinta

Saya masih ingat dooong komentar Apa ke saya kalau saya lagi masak. Pas bagian masak cabe goreng, Apa pasti nyuruh Mama gantiin saya. Jadi saya masak lauknya doang, tapi pas goreng cabe giling, itu giliran mama. Waktu kecil itu pokoknya cabe yang digoreng mama terasa lebih enak. Saya ngga juga mikirin kenapanya. Pun saya juga ngga pernah mengupayakan agar saya bisa memiliki kemampuan kayak mama. Memasak bagi saya di masa kecil adalah tugas sehari-hari. Sehingga masakan saya adalah hasil dari penyelesaian tugas belaka.  Baru setelah besar ini saya paham bahwa memasak adalah menghadirkan cinta dalam sepiring masakan. Segenap prosesnya melibatkan pemikiran yang menyeluruh dan juga niat tulus demi menghadirkan masakan yang terbaik bagi keluarga tersayang.  Mulai dari memikirkan menu. Ini saja sudah merupakan langkah penuh pertimbangan. Saya teringat adegan di serian Jewel in Palace, drama korea tentang tim masak di istana. Diceritakan bahwa mereka dilatih memasak sesuai keadaan raja atau k

Momentum Kebaikan

Beberapa bulan silam, Mama melihat saya mengemasi kertas-kertas yang berisikan random idea tentang komunitas Ibu Profesional. Lalu mama berujar, "Mama terinspirasi dari Esi yang terus bermanfaat bagi orang banyak. Mama juga ingin bisa bermanfaat, tapi belum tahu gimana caranya."  Saya tercekat, antara bangga dan haru menjadi satu. Tapi betapapun saya bangga, saya tidak bisa memikirkan jawaban atas pertanyaan mama. Tentang bagaimana mama berkontribusi bagi masyarakat. Sebab bagi saya Mama sudah cukup banyak berbuat. Sepanjang periode pengabdian menjadi guru, Mama telah menjadi pengasuh aktivitas  anak-anak di masjid, menjadi pengurus PKK, tim kesenian, menjadi bagian dari majelis ulama nagari, mendirikan koperasi simpan pinjam bagi kaum ibu di nagari kami, dan seabrek kegiatan lainnya. Kemudian begitu pensiun mama telah membaktikan dirinya di PKK dengan seutuhnya. Mama begitu aktif di PKK Kabupaten 50 Kota dengan mengunjungi nagari-nagari terpencil, memberikan materi dan membi

Ikan Padang

Tadi pagi, saya jalan sama mama dan anak-anak. Jalan pagi sembari berkunjung ke tukang sayur dan bude penjual kue-kue basah. Di tukang sayur kami menjumpai tiga jenis ikan, ikan lele, salmon dan ikan kembung. Setelah menilik dan mempertimbangkan berbagai hal, kami memutuskan beli ikan kembung.  Pas pulangnya, saya kepikiran tentang ikan ini. Saya dulu hanya kenal dengan satu.jenis ikan saja, yaitu ikan padang.  "Ikan Padang"  ini adalah satu-satunya ikan laut yang saya kenal sejak lahir sampai selesai masa kuliah. Hahaha..  Kasian yah..  Untuk urusan ini saya paling senang menyalahkan kondisi geografis kampung saya dan salahnya penjual ikan.. hah... kok bisa. Iya dong... Secara saya tinggal di gunung dimana penjual ikan laut hanya membawa satu jenis ikan saja sepanjang masa. Si ikan tunggal ini, karena berasal dari laut di kota Padang, lantas dikenal dengan nama ikan Padang.. :) Sungguh jadi misteri sampai sekarang, kenapa bisa penjual ikannya hanya bawa ikan ini aja dari dul

Suara yang Kelak Akan Dirindukan

Image
Tetiba kangen menulis kegiatan sehari-hari.. perasaan belakangan nulisnya yang rada berat-berat terus. Saya juga sudah lama banget tidak menceritakan kegiatan anak-anak di rumah.  Jadi keingat menulis harian, dengan awalan "dear diary" hahaha.. 

Pada Hari Rabu, Jumat dan Minggu

Saya menyukai hari Rabu, Jumat dan Minggu, dengan alasan tertentu. Pada ketiga hari favorit tersebut, saya akan keluar kamar lebih awal. Apabila di hari biasa saya kerap menunggu terang sembari gegulingan dengan buku di tangan. Maka pada ketiga hari tersebut, saya akan segera sibuk di area dapur dan ruang tengah. Jika pada hari lain, saya tidak ada beban apa-apa selain melewatkan pagi yang nyaman, pada tiga hari tersebut, saya bergegas mengemasi sampah-sampah di rumah kami.  Rabu, Jumat dan Minggu adalah jadwal pengambilan sampah di RT kami. Setiap warga akan membawa keluar kantong-kantong sampah dan menaruhnya di depan rumah. Keluarga besar bisa menaruh dua kantong sampah besar. Akibat banyaknya residu pemakaian rumah tangga. Namun keluarga kecil bisa jadi hanya punya sekantong kecil sampah. Demikian juga bagi keluarga yang sudah mengelola sampah dengan baik di rumah. Sampah kardus, plastik, dan logam bisa dipisahkan untuk dibawa ke bank sampah. Lebih keren lagi jika bisa dimanfaatkan

Perempuan dan Hal-hal yang disimpan rapi

Pandemi di negeri membawa budaya baru pada banyak aspek. Ada hal-hal yang ditinggalkan sama sekali dan ada yang perlu dimodifikasi. Semuanya itu demi membentuk keseimbangan. Seperti sama diketahui bahwa virus Corona ini mengubah banyak hal. Saya sendiri dulu meyakini bahwa ada dua bisnis di Jakarta khususnya yang tidak akan pernah oleng, yaitu travel umroh dan wedding package. Sebuah travel umroh memiliki banyak rekanan seperti halnya sebuah tim pelaksana pernikahan. Jika pada travel umroh ada bentuk kerjasama dengan pembuat koper atau pengusaha tekstil. Maka di wedding organizer, ada rekanan katering, dekorasi, bunga, musik, dan banyak lagi pihak lain yang terlibat.  Nyatanya saya salah duga.  Ya siapa juga sih saya yang bukanlah pengamat yang sejatinya pengamat. Ini hanyalah selintas pikiran belaka. Alibat saya amazed sama orang-orang yang selalu ada yang berangkat umroh dan menikah di sepanjang tahun.  Pandemi lalu menghentikan itu semua.  Selama beberapa bulan, praktis tidak ada ya

Perempuan Galau dan Perempuan Cemas

Entah itu di tahun berapa, tapi yang jelas itu terjadi di masa saya lagi semangat baca-baca segala hal. Yang sayangnya berbentur dengan situasi kekurangan bacaan. Bahkan kertas pembungkus ikan asin saja, bisa jadi bahan bacaan yang menarik. Untunglah di rumah kami saat itu ada beberapa buah majalah intisari. Dulu dibeli Apa, karena Apa juga sangat gemar membaca.  Buku intisari itulah yang saya baca berulangkali hingga saya hafal segenap isinya. Salah satu artikel di majalah tersebut bercerita tentang dua orang perempuan yang seharusnya bisa saja menjalani hidup normal. Diceritakan bahwa mereka memiliki keluarga yang baik, serta kondisi keuangan dan kesehatan yang baik pula. Akan tetapi dua perempuan tersebut memiliki kesusahan pikiran setiap harinya.  Perempuan pertama, adalah seorang yang galau dengan segala hal terjadi di sekitarnya. Ia menyusahkan hatinya dengan pemikirannya yang berkelana jauh. Kerap ia menggenggam teko teh dengan mata menerawang cemas. Lambat laun wajahnya yang ca

Perempuan dan Pikiran yang Ruwet

Sepupu Dianne, bukan nama sebenarnya tentunya, pada senja ini tersiar kabar bahwa ia pergi jalan-jalan.  Lagi. Pada senja ini jua, kenalan dekat bernama Anggita, sekali lagi pakai nama samaran ternyata punya tetangga yang kepo abis. Dimana segala hal perihal rumah tangga bisa dikulik mendalam, hingga tuntas diobrolin segenap lorong di RW setempat.  Kedua kejadian ini menetap di kepala bersamaan dengan tugas anak tentang membuat es krim tanpa kulkas, tentang cabe merah keriting yang harganya naik 50% dja juga bisakah kami liburan keluar pulau di akhir pekan ini. Belum lagi peer bikin video yang belum selesai. Hiks..  Sebenarnya ada belasan pemikiran yang menghuni pemikiran bahkan sesaat menjelang mata terlelap. Ia tetap ada di sudut benak, menunggu fajar datang dan kembali untuk dijadikan bahan renungan. Aduhai. Saya kira, tak patutlah sepupu tersayang pergi jalan-jalan di situasi tidak baik seperti sekarang. Tidakkah ia belajar manajemen prioritas. Ataukah tiada yang mengingatkannya be