Posts

Showing posts from 2017

life is never flat

Ternyata tantangan kali ini tidak mulus larena ada perjalanan ke Kuala Lumpur. Selama di sana, kita bertemu dengan keluarga sahabat yang menetap di sana dan serta merta topik pembicaraam tak jauh-jauh dari seputar lepas kangen sahabat lama. Perkara mendongeng pun kita tunda dulu. Setelah kembali ke rumah, saatnya kita lanjut mendongeng. Karena sebelumnya sudah bertekad akan menyempurnakan dongeng yang sudah dibuat sebelumnya. review dari perjalanan mendongeng sejauh ini adalah mendongeng itu menyenangkan. Karena ini aktivitas yang idenya bisa muncul dari mana saja dan bisa langsung dieksekusi.  Berbeda dengan craft yang perlu banyak persiapan, mendongeng hanya perlu ide yang  mengalir bebas. Kita juga menemukan bahwa mendongeng membuat saya, atya dan ifa bisa berkolaborasi secara setara. ketika mengerjakan kegiatan lain, kita punya perbedaan kecakapan terkait kemampuan motorik yang berbeda. Namun saat mendongeng, ide kita mengalir sama cepatmya. ini merupakan latihan kerjasam

Amanat dalam Dongeng

Mendongeng sejauh ini sudah menjadi aktivitas menyenangkan bagi anak-anak. hanya saja sejauh ini dalam peran sebagai penyampaian nasehat, anak-anak tidak merasa fun. Dongeng sejauh ini menjadi kisah yang seru yang tidak penting bagaimana pesan yang disampaikan. Terutama Atya yang senang merangkai adegan-adegan dan senang mereka tokoh. Keseuan dalam cerita yang menjadi fokus perhatian. Sekali lagi ketemu tantangan dalam Mendongeng, saya perlu berpikir kreatif agar ada amanat yang disampaikan dalam sebuah cerita. Lalu bagaimana anak-anak belajar berbagai hikmah? well sejauh ini penyampaian kisah masa lalau masih menjadi sarana paling efektif. #day9 #Tantangan10hari

Mendongenglah dengan Buruk

Saya terinspirasi dengan bagian awal dari buku AS Laksana, Creative Writing, menulislah dengan buruk. Di sana ada kutipan dari seorang diplomat dan ahli hukum Amerika, Edward John Plelps. "Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan biasanya tidak memghasilkan apa-apa. Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk, daripada tidak ada sama sekali. Dalam sebuah tulisan ada draft. draft yang buruk jauh lebih baik daripada kertas kosong bukan. Draft burk bisa diperbaiki di kesempatan lainnya. Apa bedanya dengan mendongeng. Dengan pemikiran ini, beberapa hari ini saya dan anak-anak sudah memiliki dongeng yang jauh dari sempurna. Tidak hanya satu, namun beberapa. Saya kira ini saatnya memperlakukannya sebagai draft. semoga di akhir perjalanan ini kami berhasil membuat satu dongeng yang indah. #day8

Belajar alur Cerita

Image
Siang ini saya menceritakan tentang kisah kupu-kupu yang tinggal di pinggir danau. Seekor kupu-kupu yang berwajah muram. sayang cerita itu terputus begitu saja karena kita tetiba ada yang perlu dikerjakan. Cerita yang awalnya penuh hikmah buyar sudah. Malam harinya, Atya mencoba membuat cerita. "Tapi kenapa begini saja ceritanya Kak?" "Karena Bunda tadinya juga begitu." Atya pun mencoba sekali lagi.  Demikianlah dongeng Atya: #latepost #day7

Aku Membaca karena Aku Ingin Tahu

Dulu niat nyicil-nyicil beli buku, selain karena memang membutuhkan ilmunya, juga ada niat untuk menyiapkan bacaan untuk adik-adik remaja yang suka main ke rumah. Selain harapan bahwa kelak anak-anak begitu lahir nanti sudah bertemu dengan buku-buku keren. Mulailah saya hunting berbagai genre buku namun tetap sesuatu yang saya suka. Lah iya, khan tidak mau rugi 😀 Tapi ide membuka perpustakaan bagi keluarga ini tidaklah berjalan mulus. Adik-adik di rumah ternyata tidak tertarik pada lemari buku. Saya padahal sudah mengganti berbagai judul buku agar eye ctching, juga kadang sengaja menaruh buku tergeletak di dekat mereka. Setelah menyodorkan berbagai jenis buku, fiksi sejarah, sci-fi, komik, berbagai majalah, tetap saja tidak ada yang menyentuh buku-buku. Ini sungguh menggemaskan. Sayangnya belum berhasil juga,hiks. Dari semua genre buku masak sih tidak ada satupun yang disukai. Daripada sibuk bertanya-tanya sendiri, saya pun pakai jurus andalan seorang kakak. Tanya langsung ta

Malapehan Gambuang Paruik

Suatu sore yang nyaman di rumah mami, waktu itu adik sepupu saya baru datang dari kampung waktu itu. Sehingga sesorean itu kami isi dengan membahas berbagai topik. Obrolan kita lalu sampai pada bahasan kenapa kita yang bersaudara ini kok ya suka berselisih dan saling menyakiti dnegan kata-kata yang tidak baik. Mami lalu menyimpulkan : "Yah kalau demikian, kita harusnya bisa menahan diri dulu supaya nggak marah-marah. Rasulullah melarang kita marah agar bahasa kita terkontrol." Saya manggut-manggut setuju. Namun ekspresi adik sepupu justru sebaliknya. "Kok baitu ntu ndak dapek awak malapehan gambuang paruik wak Mi." Mami geleng-geleng kepala. "Apa emang perlu mengumbar emosi ke orang saat kita marah?"  "Yo tapi parolu tuh mi." Kali ini saya ikut nimpalin, "Apa emang perlu marahin orang kalau nggak sepaham?" Saya dan mami tergelak, namun segera serius lagi. Karena ini sesungguhnya memang perkara serius. Mami lantas berusaha menje

Resume Diskusi "Editing Naskah/Tulisan "

Diskusi mengenai Editing Naskah/Tulisan bersama Darma Eka Saputra, tanggal 8 November 2017 ini dilakukan di kelas Enrichment Bunda Sayang. Pada diskusi ini, pembicara menyampaikan bahwa editor atau penyunting naskah, tugasnya adalah memastikan agar sebuah naskah layal dibaca. Kriteria layak dibaca itu adalah: 1. Sesuai dengan kaidah EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) kalau dulu namanya EYD 2. Kalimat-kalimatnya efektif dan enak dibaca. Wah ini tugas yang menantang menurut saya, narasumber pun mengakui bahwa editor harus teliti dan sabar. Tuh kan benar, tapi tentunya langsung semangat mengikuti diskusi, mengingat materi ini akan selalu diperlukan bagi fasilitator. Di awal tanya jawab, pak Darma menanggapi pertanyaan: Apakah boleh mengedit tanpa persetujuan penulis bila Ada editan yg dpt mengubah tujuan tulisan? Pak Darma menjawab bahwa biasanya kalau editan diusahakan tidak mengubah makna atau tujuan tulisan. Oleh karena itu, biasanya kalau untuk buku, editor akan berko

Mata Indah Berbinar Milik Ifa

"Ifa belum pernah merasa begini Nda." Ungkap Ifa saat saya tengah meraih hp untuk membuat catatan hari ini. Belum sempat saya menjawab, keburu teralihkan oleh Kirana, sepupunya Atya dan Ifa yang hari ini berkunjung ke rumah. Kami sesunguhnya sedang berdempetan di bangku belakang, di perjalanan ke Bogor. Beberapa lama kemudian, saat kita sudah di exit tol, Ifa mengulang lagi obrolannya. "Ifa baru kali ini merasa bahagia Nda." "Alhamdulillah, apa yang bikin adek bahagia hari ini." "Ifa senang kita kedatangan om joko dan dek Kiran dan dek Hanum. Ifa bahagia bisa main sama-sama. Dan Ifa bahagia bisa jemput teman dan kampung dan tante dari kampung di kemah Cibubur." Saya menangis tersedu. Air mata berlinangan. Karena ini bagian dari misi keluarga, maka saat Ifa menyatakan kebahagiaannya menjadi tuan rumah, saya tak kuasa menahan tangis. Dulu sekali, saya sempat khawatir dengan kondisi calon suami. Jika kelak menikah, sanggupkah suami mene

Proses Tawar Menawar yang hilang

 Beberapa barang di rumah mulai menghilang. Sabun mandi dalam botol menghilang nyaris semuanya, minyak goreng tinggal sisa0sisa di dasar botolnya. Lemari berisi makanan anak-anak sudah terlihat lega. Saat saya mau mencuci, deterjen dalam kota sudah sempurna lenyap. Jelas sudah kita perlu belanja. Malam itu pun kita pergi ke tempat belanja barang sehari-hari. Ambil troli kemudian memasukan barang-barang yang diperlukan. Sebenarnya tidak butuh waktu lama, tinggal ambil barang yang biasa dibeli kemudia dibawa ke kasir. Sampai di kasir, satu per satu belanjaan discan. Kemudian saya tinggal membayar sejumlah total yang muncul di layar. Belanja yang singakt dan mudah namun ada yang hilang. Anak-anak tidak mengalami proses belanja yang melibatkan tawar menawar. Selama belanja tidak sekalipun anak-anak mendengar saya atau kasir menyebutkan nominal suatu barang. Sayangnya saya juga punya kebiasaan belanja gerak cepat, mengambil seperlunya lalu segera kabur. Hihihi.. rasanya kok nggak bet

Banyak Berbagi, Sedikit Berbagi

Latepost tanggal 27 Juli 2017 Suatu siang terik, ibu-ibu yang menunggui anak-anak pulang sekolah berbagi sekantung donat. Jumlah donat dan jumlah bunda tidak sebanding.. donatnya hanya separuh jumlah para bunda. Alhamdulillah bunda Atya dan Ifa kebagian satu donat. Ya nggak mungkinlah dapat dua.. bisa dilirik manis sama ibu-ibu lain 😁 Maka saat bertemu kedua ananda, saya menyimpan donat dulu hingga sampai di rumah. Setelah anak-anak kelar ganti baju, saya menceritakan kisah satu donat bermandikan coklat itu.  Anak-anak setuju membagi donat tersebut. Satu donat dibagi dua. Lalu masing-masing potongan dibagi tiga. "Jadi kita dapat berapa donat Nak?" "Tigaaa..." "Apa yang bunda lakukan tadi?" Atya : bunda membagi satu donat jadi enam Ifa: bunda mau bilang kalau sedikit berbagi, banyak juga harus berbagi. #Tantangan10hari #Level6 #ILoveMath #KuliahBunsayIIP #Day4 

Silaturrahim, Mengunjungi Dek Kirana dan Dek Hanum

Hari ini libur, yeayyy..... Dan ayah nggak punya jadwal mc di hari libur ini... yeayyyy.... Ini termasuk hari-hari langka yang perlu dimanfaatkan dengan bijak. Planning kegiatan hari ini dicetuskan oleh nenek. Yang kangen bertemu cucu yang lain. Salah satu keponakan papa ada yang tinggal di Jakarta. Tapi ya... karena sama-sama sibuk jadi jarang ketemuan. Perjalanan seharian belum pernah dijadikan project keluarga. Biasanya selalu saya yang mengurus semuanya. Menyiapkan oleh-oleh, menyiapkan baju ganti untuk anak-anak, mukena, air minum, memeriksa rumah agar aman ditinggal, dan terakhir mengunci pagar sebelum berangkat. Fiuuuh... Serunya family project ya begini ini. Dengan keseruannya berbagi peran, bunda jadi lebih nyantai.. horeee.... :) Nah kali ini, Ifa yang mengurus air minum, Atya yang menyiapkan baju ganti dan bantal untuk di perjalanan, bunda menyiapkan oleh-oleh. Senangnya... Review kegiatan hari ini belum dilakukan karena kedua putri sudah terlelap kelelahan berma

Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Usai lulus kuliah, saya kehilangan arah. Bingung mau ngapain. Rumah kami yang di tengan sawah lah yang menyibukkan saya. Setelah selesai masak sarapan dan beberes rumah, saya pun pindah mengurus kebun bunga dan tanaman di sekeliling rumah. Tapi kebun kami yang kecil tidak cukup menyibukkan saya. Menjelang siang, saya sudah kehabisan pekerjaan. Saya pun berpindah ke jendela, duduk menunggu mama pulang mengajar. Rasanya waktu melambat, merangkak amat pelan. Sedikit gusar pun singgah. Padahal sebenarnya kalaupun mama pulang, juga nggak ada apa-apa. Tapi saya merasa lega aja kalau semua anggota keluarga lengkap berkumpul di rumah. Begitu mama terlihat nun jauh di sana, berjalan pelan meniti pematang sawah. Sebongkah lega pun hadir. Kenangan ini yang sungguh mengkhawatirkan saya saat memutuskan resign. Kecemasan ini sudah berulang kali dibahas sama suami. Jawaban suami yang lugas sungguh nggak melegakan saya. "Nggak lah, bunda nggak akan seperti itu." Suami mah yakin se

Private Discussion

Seringkali obrolan jadi menjurus ke nada-nada tinggi, disertai kalimat pembelaan diri, defensif. Ini biasanya terjadi kalau udah saling menyalahkan, atau saat kakak menasehati adek. Hari ini saya banyak menahan lidah dari berkomentar spontan, atau tetiba menasehati. Hari ini banyak kejadian yang perlu di-follow up. Perlu banget malah. Hanya saja dari pengalaman sebelumnya, mengingatkan adek di saat bersama kakak akan menbuat adek berkelit dan mundur defensif. Namun jika kita ngobrol asik berdua,  pembicaraan lebih smooth dan Ifa mudah sekali menerima berbagai masukan. Tapi hari iniii.. kok ya buanyak banget sih yang jadi catatan... Huwooo.... Dua diantaranya saya mesti menggigit bibir dalam artian sesunguhnya.. saking gemesnya pengen segera diingatkan. Sayang saat saya udah kelas beberes, duo krucils sudah bobok manis. Mari ini jadi peer untuk besok.. #komprod_T10H_day9_YesiDwiFitria_Jakarta #day9 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayIIP

Mendengarkan Bunda

Hari ini masih berkutat soal mendengarkan. "Nda, karet gelang ada di mana Nda? Saya yang lagi nyuci menoleh "Ada di kotak..." Atya udah kabur entah kemana... Sebentar kemudian, Atya nongol lagi.. "Dimana Nda?" Saya menata nafas. "Ada di kotak kardus barengan sama plastik bungkus, kardusnya ada di..." Atya lagi-lagi melesat pergi. Saya menunggu hingga si pipi bulet kembali. Tidak lama kemudian beneran balik lagi dan nyengir. Saya ikutan nyengir... daripada ngomel-ngomel kan yaa.. Saya menyelesaikan cucian yang tinggal sedikit, dan kemudian mengajak Atya melihat lagi kejadian barusan. Semoga besok-besok pelajaran dari pengalaman hari ini membekas ya Nak.. #komprod_T10H_day8_YesiDwiFitria_Jakarta #day8 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayIIP

Karena Bunda Pun Demikian

Akhirnya baru bisa menuliskan cerita kemaren, demam Atya sudah mereda dan sakit telinga juga sudah jauh berkurang. Dua hari yang lalu, Atya membantu saya nyuci sekalian mandi. Atya memang suka menolong semua pekerjaan yang berhubungan dengan air. Alasannya biar abis itu baju jadi basah dan sekalian main air 😄. Kemaren, saat saya tinggal mengambil detergen, Atya melakukan uji coba berbahaya. Saya memergokinya saat sudah terlambat.. hiks.. Atya terlanjur menyiramkan segayung air ke lobang telinga.. huwaaaa.... Cucian diabaikan total, pertolongan pertama pun diberikan. Khawatir plus gemes-gemes kok ya bisa tiba-tiba kepikiran masukin air ke telinga. Tapi masih waras untuk pakai kalimat tanya. "Tadi kakak ceritanya lagi apa kok menyiram telinga?" "Kakak hanya ingin ngetes aja Nda." Wheww.... Etapi kalau diingat di masa lalu, saya pernah kemasukan air juga di telinga. Lupa detilnya gimana.. tapi sepertinya sih karena iseng-iseng juga.. hihihi... Perkara ini ng

Belajar berbicara

Rumah jadi suka rame kalau dua balita sudah belajar menyampaikan pemikiran dan permintaannya. Adek suka mendesak kakak, kakak suka nggak sabaran.. jadinya ya rusuh sesaat. Secara teori, adik dan kakak bepipi bulet ini sudah belajar cara menyampaikan kata-kata. Atya apalagi sudah hafal banget apa kata-kata yang ampuh untuk adek. Tapi prakteknya sih gak selalu mulus-mulus aja. Kadang nada meninggi trus saling ngotot. Biasanya kalau saya menoleh, nada bicara seketika merendah trus lanjut deh ngomong berdua. 'Kerusuhan' kerap muncul kalau sudah ada topik yang kakak sudah paham tapi adek bergaya lebih ngerti.. haha.. Ini biasanya bisa abis 5 menit sendiri. Maka peer saya beberapa hari ke depan adalah mendampingi Atya dan Ifa mengatasi konflik berdua, terutama belajar menyampaikan pendapat dengan manis. #komprod_T10H_day6_YesiDwiFitria_Jakarta #day6 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayIIP

Mendengar Dengan Hati

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pemberi ke penerima pesan. Komunikasi dinyatakan berhasil ji ke ka inti pembicaraan sampai penerima dengan utuh. Siang ini tema belajar saya dan anak-anak adalah mendengar dengan hati. Bersama anak-anak kita latihan gimana kalau mendengar skalian mengerjakan hal lain-lain dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Segmen belajarnya mulai dari kisah-kisah, adab mendengarkan orangtua dan untuk Atya juga menuliskan kata "mendengar dengan hati". Hari ini menyenangkan, hingga sore saya mendadak manyun pengen ngomelin diri sendiri. Ceritanya sore ini pas lagi merendam cucian, kakak nongol di pintu, "Nda, kakak boleh bantuin Bunda sambil main air?" Saya mengangguk. Si pipi bulet langsung bersorak senang. Yeaaayyyyy.... 5 menit kemudian dua tangan mungil ikut bergabung di laundry area. "Kakak maunya main pakai bak ini, bukan yang hijau ini. Kata Atya sambil menunjuk baskom gede yang saya siapkan "Kalau begit

Catatan komunikasi akhir pekan

Postingan kali ini masih tantangan mengatasi komunikasi bersama suami tercinta. Berkomunikasi di akhir pekan rada menantang buat suami, saya dan anak-anak. Di hari kerja, saya dan anak-anak sudah bisa bertemu suami di sore hari, namun di akhir pekan jadwal mc resepsi malam membuat suami pulang di atas jam 10. Anak-anak kadang terbangun hanya untuk menyapa ayah lalu tertidur kembali. Jadi praktis anak-anak tidak ada kegiatan bersama ayah. Lalu bagaimana menyiasati akhir pekan agar kita tetap punya waktu berkualitas. Strategi kita untuk akhir pekan yang asik, pertama manfaatkan waktu yang tersedia. Pagi hari kita bertiga akan melepas ayah dengan cium peluk dan doa. Plus dadah-dadah cantik sebelum menutup pagar. Kemudian di sela jadwal mc ayah, kita bisa telpon sebentar. 1 kali call ayah nggak angkat berarti beliau masih cuap-cuap atau lagi istirahat sebentar. Kita cukup kirim sepotong whatsapp untuk menanyakan kabar dan menyemangati. Kadang ayah bisa pulang sebentar di antara jadw

Choose The Right Time, The Right Place

Bulan-bulan kemaren, saya dan suami punya waktu berdua yang cocok untuk membahas rencana, mengalirkan rasa atau ngobrol-ngobrol ringan saja. Waktunya terasa pas, satu jam sampai satu setengah jam, cukuplah untuk bahas ini itu sampai tuntas. Tempatnya juga pas nggak akan ada yg nimbrung atau nguping :) Iyalah ya, secara kita bicaranya di mobil saat perjalanan ke kantor. Yang perlu dihindari dari sesi pagi begini adalah obrolan sensitif yang bisa mancing-mancing emosi. Bahaya kalau di jalan begini ngebahas yang riskan dan memancing manyun yang nggak perlu. Obrolan pagi ini sukses dijalankan selama bertahun-tahun. Kita bisa punya momen khusus berdua tanpa intervensi siapapun dan kita berdua juga bisa fokus berbincang. Begitu sampai di rumah, kita tinggal mengimplementasikan hasil pembicaraan sebelumnya. Challenge-nya... kini setelah nggak kerja, saya kehilangan momen khusus bersama suami. Pagi hari, sudah dadah-dadah cantik ke suami. Sore hari saat suami pulang, adalah momen fami

KOMUNIKASI PRODUKTIF

Pasangan suami istri wajar punya pendapat yang berbeda, karena Frame of Reference dan Frame of experience berbeda. Duluuu banget, waktu menerima materi Komunikasi Produktif yang disampaikan pak Dodik bertahun-tahun yang lalu, saya menghela nafas panjang. FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, buku bacaan, pergaulan, indoktrinasi dll. FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang. FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya. Saya dan suami rasanya kok ya bedanya jauh sekali. Saya dibesarkan dalam sunyi senyap pegunungan, keriuhan yang ada hanyalah kepak burung kala sore pulang ke sarang. Atau senandung burung hantu malam hari yang beku. Sementara suami dibesarkan di tengah suara debur ombak, waktu main kala kanak-kanak adalah menyelami lautan. Kedua orang tua kita sama dermawan dan kepedul

Jilbab Merah Kakak

"Kakak nggak mau lagi pakai jilbab putih Nda, semua teman pakai jilbab merah." Hari ini adalah jadwal baju olahraga, jilbab pasangan untuk baju seragam Atya rusak tak tertolong karena kegilas dan nyangkut di roda sepeda. "Jilbab Atya besok-besok yang ini aja Nda." Ujar Atya saat kejadian itu seraya menyodorkan jilbab merah yang lain. Memang bukan seragam sekolah tapi masih berwarna senada. Kejadian itu sudah lama berlalu, saya menerima kesimpulan cerita ini karena Atya tidak mau cerita lebih lanjut. Semua berjalan normal sejak hari itu hingga jilbab merah Atya itu ketinggalan di angkot. Saat itu, kita dalam satu perjalanan, Atya melepas jilbab kegerahan lalu ujung-ujungnya tertinggal di angkot. Pagi ini pun jadi penuh drama. Saya mengingatkan Atya perihal konsekuensi dari kemaren pakai seragam saat main sepeda di rumah. Saat mengajak Atya mencari jalan keluar, Atya masih diam saja. Saya menata nafas. Kita sudah terlambat ke sekolah. Setelah lima menit.