Why we should understand ourself

Ajakan mengenali karakter diri pada anak, rada-rada syusah.. hiks.. 

Tidak semudah ngajak mereka menghayal besok mau jadi apa, atau bermimpi setinggi-tingginya. Pun lebih mudah mengajak mereka melongok ke masa silam alias menapak tilas sejarah. Perkara meninjau diri ini mungkin beyond their calculation. Yaaa.. mungkin karena mereka masih kanak-kanak sih yaa.. ini memang topik yang agak next level bagi mereka. Hanya saya ingin agar sedikit-sedikit mereka belajar mengenali emosi dengan lebih dalam. Engga hanya sekedar labelling jenis emosi dan bentuk ekspresinya. Tapi saya ingin ajak jalan lebih jauh. Saya mengambil cara yang paling akrab dengan mereka, yaitu ngobrol bareng. 


Saya mengisahkan bahwa ibundanya ini dulu adalah seorang yang suka banget bebersih.. etapi sekarang masih tetep suka sih. Tapi dulu jauh lebih parah. Saya dulu tidak bisa tidur sebelum memastikan semua bersih. Saya akan menyeka debu-debu, membenahi letak barang-barang, dan tentu saja menyapu. Nah bagian ini saya (yang kemudian baru disadari) jadi nyebelin bagi orang serumah. Sebab saya tidak peduli siapapun yang lagi duduk atau istirahat. Kalau saya mau beberes yaudah diberesin aja. Jadinya engga jarang Apa menutup hidung karena saya nyapu di depan beliau yang sedang nonton tv. Kalau sekarang diingat-ingat, kok ya durhaka banget yah. Hiks..  

Ini salah satu sebabnya saya jadi pengen mengisahkan ini ke anak-anak. 


Bahwa karakter yang kita miliki bisa jadi sangat nyusahin orang lain di sekitar kita. Terus malangnya, kita sendiri ngga ngeh betapa nyebelinnya diri kita itu. Saya kira ini adalah poin yang sulit disadari. Kalaupun sadar, ya sulit ngakuinnya, kadang... Tentu saja ada banyak yang tulus dan  rendah hati sehingga cepat memahami dirinya dan mengelola karakternya dengan baik. 


Balik ke obrolan saya ke anak-anak. Saya  belum sampai jauh sih ngobrolnya. Hanya baru sebatas kulit belaka. Sejauh ini sih mereka manggut-manggut. Semoga karena paham yah. 

Ini baru permulaan saja. Baru tentang strong why kita perlu bahas detil tentang topik ini.

Comments

Popular posts from this blog

Prau, Pendakian Pertama (Part #2)

Kala Sahur, dan Segelas Kopi yang Tidak Manjur

I am Small & Perfect