Alam yang Menjadi Guru



Ada pepatah dari Minangkabau, alam takambang jadi guru. Bahwa segala sesuatu di alam semesta ini ada untuk kita jadikan pembelajaran. 

Tentang air yang mengalir dari pegunungan, hingga ke sela bebatuan, teruss melaju hingga muara sungai dan bersatu di lautan. Bersama dengan air dari sumber mata air lain yang berjauhan dari ujung ke ujung samudera. Sifat air demikian adalah sebuah pembelajaran.

Kita juga belajar dari burung yang melintas di kala senja, dari tangkai padi yang merunduk saat bulirnya makin berisi. Segala sesuatu yang berkesiur di sekitar kita adalah mata pelajaran yang penting.

Beberapa waktu ini saya belajar tentang daya resilience. Betapa daya tahan diperlukan ketika hidup udah bagai menaiki sampan mengharungi lautan dengan badai yang tidak kunjung reda. Ah ini agak-agak berlebihan sih.. sebab sebenarnya semua orang mah terguncang juga gegara ujian pandemi kali ini. Ga tanggung-tanggung, sejagat raya ini menempuh ujian di waktu bersamaan. Persis sama. Hanya materi ujiannya yang berbeda. Ada yang diuji dengan kehilangan usaha tempat mencari nafkah keluarga sehari-hari. Seperti halnya ibu-ibu di kantin sekolahan anak-anak, atau aki-aki tukang ojek yang suka mangkal di depan rumah. Karena sekolah dijalankan dengan online praktis mereka kehilangan pekerjaan. Ada yang diuji dengan kehilangan orang yang amat disayangi. Seperti mama saya yang kehilangan 4 krnag adik kandung di tahun yang sama. Ada yang kehilangan kesempatan, seperti kakak Atya yang tidak jadi menari di luar negeri seperti perkiraannya sebelum wabah covid melanda.

Banya hal terjadi di sekitar saya, di sekitar kita semua.

Namun sebagaimana mestinya hidup, segala dinamika itu perlu dihadapi dengan kepala tegak. Dengan menyingkirkan sikap playing victim dan mencari solusi dengan tegar. Yaa emang ga bisa juga sih playing victim sekarang ini... Hihi... Mau nyalahin siapa.. 



Kita hanya bisa menyimak alam, dan kemudian menyesuaikan diri. Mempelajari semesta kemudian memunculkan kekuatan agar bisa survive dalam segala gejolak tantangan alam. 

Betapa pandemi merupakan sebuah ulangan bagi kita, sebuah test tentang sikap dan keteguhan hati, juga tentang keberanian. Tidak hanya tentang menyikapi perubahan, namun juga terhadap segala kejadian yang menyertai pandemi. Vaksin misalnya, ia adalah ujian tentang logika.

Comments

Popular posts from this blog

Prau, Pendakian Pertama (Part #2)

Kala Sahur, dan Segelas Kopi yang Tidak Manjur

I am Small & Perfect