Petualangan Rasa
Salah seorang staf suami makan siang di rumah kami. Saat itu menu makannya biasa saja, gulai ikan nila dengan segenggam kacang panjang. Terhadap gulai ikan ini tidak ada bumbu aneh yang dimasukan. Hanya standar gulai ikan khas Padang pada umumnya. Yaitu cabe halus, bawang merah dan putih, dan kunyit, serta dedaunan semacam daun jeruk dan daun kunyit. Segala bumbu tersebut dimasukkan ke dalam kuah santan yang kental dan diaduk hingga santan dan bumbu mengeluarkan aroma harum. Baru kemudian potongan ikan dimasukan ke dalamnya. Habis itu udah ngga diaduk lagi, hanya sesekali diawasi.
"Bumbu ikan gulai kuningnya spesial." Ucap sang tamu. Saya hanya nyengir.
Beberapa hari kemudian tamu yang sama makan lagi di rumah. Ia terkesima dengan gulai ayam yang tengah dimakannya.
"Ini beda lagi rasanya!" Serunya senang. "Tapi sama enaknya." Lanjutnya dengan riang.
Saya nyengir sekali lagi.
Tetapi seusai makan, ia bertanya apa bumbunya. Saya mengatakan padanya, kalau kangen masakan khas Minang, datang saja ke rumah kami.
Ia tersenyum lebar.
Apa daya, bumbu dalam gulai ayam sekali lagi adalah bumbu standar belaka. Bawang merah, cabe, bawang putih, jahe, lengkuas ditumis hingga sempurna harum, kemudian dimasukan potongan ayam yang telah dicuci bersih. Aduk ayam dan bumbu hingga matang dan bumbu meresap, baru kemudian santan dimasukan ke wajan.
Sederhana.
Hanya saja saya teringat film korea tentang duel chef, sayang saya lupa judulnya. Kisahnya tentang dua orang chef yang bertanding masakan khas korea. Lalu dalam cerita minor di film tersebut, dikisahkan bahwa ada soerang mantan marinir yang bertemu dengan komandannya dulu. Komandan ini memasakan mie yang baginya terasa sangat berkesan. Menurutnya itu adalah mie terenak yang pernah dimakannya. Kelezatan yang ia tidak pernah temui lagi. Pas ketemu lagi sama komandannya, ia berujar, ia rela melakukan apa saja asal bisa nyicip mie yang lezat itu. Ia pun sibuk bertanya apa resepnya.
Sang komandan akhirya bilang, kalau mie itu dulunya terasa lezat, karena ia sedang lapar dan lama tidak merasakan masakan enak.
Entah kenapa, penggalan kisah itu tersimpan di kenangan saya bahkan saat judul filmnya menguap di ranah lupa.
Tapi mungkin memang demikian, masakan enak seringkali terbingkai dalam momen tempat dan waktu. Ia merupakan kesatuan yang utuh dalam kenangan kita.
Comments
Post a Comment