Passion For the Job
Hari ini klik random di YouTube channel dmembawa saya ke Norland Nanny. Lalu selanjutnya saya menghabiskan bermenit-menit untuk terperangah kagum. Saya baru tahu kalau ada sekolah profesional untuk pengasuh anak. So, Norland College diceritakan adalah tempat belajar calon pengasuh anak. Para pelajar berlatih segala aspek tentang mengasuh anak. Mulai dari mengenal kereta bayi, bagaimana cara kerjanya, cara merapikan dan menjaganya tetap chic. Terus mereka belajar memasak dengan serius, belajar menjahit dan membuat berbagai DIY dan juga belajar ilmu tentang pengasuhan anak. Tidak hanya itu yang membuat saya terpana, mereka belajar bermain dengan anak. Bahkan mo main aja perlu belajar dulu.. kereeen banget ngga tuh
Lebih mantap lagi, mereka belajar bela diri, agar bisa menjaga anak yang diasuh jika mengalami penculikan atau kejadian mengancam jiwa lainnya.
Lebih terperangah lagi saya pas tahu bahwa pelajaran profesional ini sudah berlangsung lamaaaa banget.
Duh betapa banyak yang saya engga tahu.. hiks..
Betapa kurang wawasannya saya ini..
Huhuhu..
Balik ke nanny terlatih ini. Saya membayangkan betapa para calon pengasuh ini adalah orang yang tahu banget dengan diri dan passion-nya. Sebab pendidikan 4 tahun mengasuh anak, bukanlah hal main-main. Mereka engga kayak saya yang kebingungan pas selesai kuliah, akutu mau kemana. Mereka adalah orang yang datang belajar dengan mata berbinar, dan lulus kelak dengan sorot berbuncah riang penuh semangat.
Alangkah kerennya orang-orang semacam itu. Dan betapa bahagianya menapaki hidup penuh kesadaran akan passion diri.
Pendidikan menjadi nanny, sekolah tata boga, sekolah tata busana atau pertukangan, adalah sekolah yang menghendaki kesadaran semacam itu. Bahwa kita tahu apa yang akan kita tuju, dan kita tahu pasti apa yang membuat kita berbinar gembira.
Sore ini, putri kedua saya mendapati saya yang tengah membaca di meja makan. Ia bertanya apakah kesukaannya menggambar akan membawanya ke suatu hal yang berarti, karena ia sangat suka pada aspek seni rupa.
Saya menaruh buku, dan memperbaiki posisi duduk. Apapun yang terjadi di sekitaran 45 menit berikutnya, saya tidak akan ambil peduli. Karena saya tengah menghadapi anak yang punya pendar di matanya.
Comments
Post a Comment