Jus Alpukat, Mengalah dan Menghargai
Dalam khasanah minuman favorit saya, jus alpukat menempati posisi penting. Bagi saya rasa alpukat yang rich, tidak terlalu manis,.merupakan sebuah harmoni raasa yang paling juara. Kemanapun alpukat ini disertakan, ia akan menjadi sesuatu yang menonjol. Apalagi jika alpukat yang dihancurkan lalu dimasukan irisan halus gula aren. Whoaaa.. perfect.
Juga kalau dijadikan jus dan ditambahkan krim kental manis. Mantap sekali rasanya.
Bukan kebetulan pula, dalam konteks keluarga kecil saya, ada hubungan yang erat antara jus alpukat dan saling menghargai.
Sehubungan dengan pernikahan dengan suami tidak diawali dengan masa perkenalan yang cukup, saya mengenali banyak hal tentang suami justru setelah menikah.
Segera saya mengetahui bahwa beliau ternyata membenci jus alpukat. Berbanding terbalik dengan saya yang mencintai jus yang satu ini, Tapi kan ga mungkin menaruh jus alpukat sebagai satu poin perbedaan kami, meskipun memang ini adalah perbedaan.
Jadinya saya mengalah, dengan hanya menikmati alpukat saat ada di kantor, atau ketika suami sedang tidak di rumah.
Suatu ketika, saya pernah bertamu ke rumah saudara dekat, tanpa suami. Dan saudara tersebut menyiapkan jus alpukat, yang tentu saja saya nikmati sepenuh hati. Terus saya keceplosan kalau saya sudah lama tidak minum jus alpukat, yang ujung-ujungnya kebongkar kalau suami tidak suka dengan jus alpukat. Obrolan berakhir dengan saya yang diomeli karena saya terlalu bodoh, bahwa semestinya suami yang mengalah, menerima bahwa saya yang suka pada jus alpukat.
Pulang dari sana kok ya malah overthinking. Saya mikirnya begini.
Menghargai itu kalau suami / istri mengalah pada sesuatu yang disukai pasangan. Atau mengalah pada sesuatu yang dibenci pasangan
Dalam pemikiran saya yang bukan mahasiswi psikologi dan juga belum lama menikah ini, perkara 'sesuatu yang disukai' belum tentu berarti sesuatu yang konstruktif hingga perlu selalu dibela. Jadi sifatnya debatable.
Sementara perkara 'sesuatu yang dibenci' sudah jelas merupakan poin destruktif yang menciptakan kekacauan dalam rumah.
Ketika saya menjaga rumah jauh dari jus alpukat, maka saya berharap bisa menjauh juga dari tindakan-tindakan lain yang tidak disukai suami, seperti halnya suami yang belajar meninggalkan hal-hal yang tidak saya sukai.
Sungguh, rumah aman tentram jauh lebih berarti dari sekedar segelas jus alpukat yang enak.
Comments
Post a Comment