Mudik dan Hal-hal yang kita pelajari

 Kakak Atya dan Uni Ifa sudah kenyang dengan perkara mudik. Sebab sejak bayi mereka telah ikut kami mudik melintasi Jalan Lintas Sumatera. Berbagai pengalaman telah mereka lewati. Mereka tahu bagaimana jalanan berbelok naik turun bagai roller coaster. Juga merasakan terangguk-angguk begitu kami melewati jalanan yang tidak rata. Pun mereka pernah ketiban barang-barang yang disusun di belakang. Saking kencangnya sebuah goncangan. 

Anak-anak juga menikmati dinamika di perjalanan. Adakalanya kita punya banyak makanan, kadang kita sibuk nyari-nyari tempat makan. Kadang mendadak singgah di sebuah pondok kayu yang menjual durian. Pernah juga di suatu tengah malam, saat kami berada di situasi lapar yang nanggung. Sementara makanan di mobil sudah menipis stoknya. Suasana malam yang dingin membuat kami merindukan mie goreng atau gorengan apa saja. Saat itulah kami melihat banyak tenda dari kejauhan. Cahayanya terang dan suasananya ramai. Ekspektasi sudah menebal bahwa di depan sana akan ada jualan makanan. Setidaknya gorengan kudu ada nih. Pokoknya udah still yakin banget. Eh ternyata saat mendekat, itu adalah deretan penjual batu akik. Saat itu memang lagi demam batu akik dimana-mana. 

Berasa rada kecewa, tapi pada akhirnya kami ketawa ngakak. 

Segitu tingginya ekspektasi yang tetiba diturunkan ke tanah dengan kejam oleh sebongkah kecil batu warna warni. 

Perjalanan mudik sejatinya adalah sebuah pembelajaran hidup. 

Pertama, bahwa sebuah perjalanan perlu sebuah perencanaan yang matang. Mudik sebenarnya penuh dengan rencana yang rapi. Mau mudik pake apa, tanggal berapa, jam berapa dan butuh bekal apa saja. Lanjut kemudian, mau melewati jalur apa dan apa antisipasi yang diperlukan. Sebab sebuan perjalanan panjang memiliki banyak hal yang tidak terduga. Anak-anak belajar, bahwa sesiap apapun bunda sebelum meninggalkan rumah, selalu ada saja barang yang tertinggal. Entah itu tissu basah, baju buat tetangga atau seplastik bawang goreng. 

Ini membawa kita pada pembelajaran kedua, bahwa kita perlu cepat tanggap menyesuaikan diri pada perubahan. Jangan terlalu cemas pada hal-hal yang diluar kontrol diri namun menyiapkan mental pada kondisi tak terduga. 


Lalu ketiga, penting memiliki pengetahuan yang cukup. Mencakup update akan informasi yang terjadi di sekitar perjalanan mudik. Apakah jalanan yang ditempuh sedang dalam perbaikan? Ataukah memang rusak parah jauh dari agenda perbaikan jalan? Apakah pada tanggal rencana mudik kita itu, diprediksi menjadi puncak arus mudik? Seberapa banyak rest area di jalur yang dilewati? 

Nah informasi semacam ini penting dipahami sebelum mengunci pintu pagar dan meluncur ke jalan raya. 

Saya berharap segala aksi well prepared dan well informed akan menjadi teladan yang dilihat anak-anak. Dan kemudian mereka bisa terapkan pada kondisi yang berbeda.

Comments

Popular posts from this blog

Prau, Pendakian Pertama (Part #2)

Kala Sahur, dan Segelas Kopi yang Tidak Manjur

I am Small & Perfect