Tanya dan Apakah Ada Jawabnya
Dalam ranah pencarian ilmu, kemampuan bertanya merupakan sebuah aspek penting. Ia adalah unsur yang membangun critical thinking skill. Sebab tanya ada pertanyaan yang menggeliat dalam benak, bagaimana bisa sebuah ilmu akan diterima dengan menyeluruh tanpa bias.
Dalam perkembangan anak-anak sebenarnya kemampuan bertanya ini merupakan hal yang natural. Anak-anak tumbuh dengan pertanyaan:
Apa itu?
Kenapa begitu?
Bisakah begini atau begitu?
Dan banyak pertanyaan lain yang dilontarkan anak-anak sepanjang waktu.
Ini sebenarnya jadi semacam hal yang mengganggu saya. Jika pada dasarnya anak senang bertanya, kenapa lalu saya berhenti bertanya ketika saya di usia remaja. Baru setelah dewasa ini, bisa berani stand up dan banyak bertanya.
Jadi.. berangkat dari pengalaman saya ini, saya kira kebiasaan suka bertanya ini perlu dijaga keberlangsungannya.
Pertama, dengan terus mengasah rasa ingin tahu. Balita memunculkan pertanyaan dari observasi lingkungan. Begitu ia melihat hal yang baru melintas di ruang matanya, melesak pula pertanyaan dalam benaknya. Kemudian bibir mungilnya tidak sanggup membendung tanya. Muncullah deretan tanya yang menuntut jawaban seketika. Nah jika kanak-kanak dapat rasa ingin tahu itu dari observasi, pada anak yang lebih besar, bisa ditumbuhkan dengan memberikan banyak pengalaman baru. Bisa melalui buku-buku, tayangan film atau video pendek, melalui sebuah perjalanan atau pengamatan pada keseharian dengan lebih intens. Segala hal baru yang diterima anak-anak akan menjadi kumpulan informasi, kelak ketika ada data yang tidak singkron, lahirlah sebuah tanya.
Langkah kedua adalah dengan mendirikan bangunan dialektika yang nyaman bagi anak-anak. Mereka perlu tahu bahwa orang tuanya adalah teman ngobrol yang aman bagi mereka. Ketika anak bertanya, orang tua perlu mengapresiasi hadirnya pertanyaan tersebut.
Bisa jadi mungkin orang tua tidak tahu jawabannya. Tapi tidak mengapa. Sampaikan kepada anak betapa kita tidak tahu dan kita senang mencari tahu bersama anak. Proses pencarian ilmu bersama-sama ini justru akan menjadi pengalaman menarik tersendiri.
Selain itu, bisa jadi juga kita tengah berada di situasi yang tidak asik buat ngobrol serius. Misalnya di tengah menggoreng ikan mas, dimana kecepatan minyak panas yang menciprati sekeliling berbanding terbalik dengan kecepatan kita untuk mencari tameng berupa tutup panci. Dalam kondisi gawat tersebut, tidak apa untuk bilang bahwa kita minta waktu menuntaskan urusan bersama ikan dalam wajan, dan akan menanggapinya nanti begitu hidangan telah aman di bawah tudung saji. Hanya perlu buat diingat sebenar-benarnya ingat, bahwa setiap janji pada anak, mesti ditepati.
Jangan sampai malah lanjut makan siang dulu sementara ada pertanyaan yang menggantung di langit-langit dapur. Berbaur bersama asap dan aroma ikan goreng.
Jadi, mari duduk bersama anak, dan tanyakan pada mereka, "Kira-kira menurutmu kenapa itu bisa terjadi?"
Percayalah, ini jenis obrolan yang membutuhkan secangkir teh dan beberapa biskuit, saking serunya dan tak terduga hasilnya.
Dan tentu saja, ini worth it buat dijalani.
Terakhir, berikan apresiasi pada anak. Bahwa ia telah memeluk ilmu dengan erat dan memunculkan pertanyaan yang memperkaya gagasannya.
Segala aktivitas ini sebenarnya adalah cinta dalam bentuk kalimat tanya.
Comments
Post a Comment