Dialektika
Sebenarnya saya ngapain sih di rumah? Selain mengurus bayi, memasak, nyuci, beberes rumah tentunya yah. Sebab kegiatan rumah ini saja sudah menyita waktu. Mulai dari pagi hari menyapa tanaman, lalu mengurus cucian hingga rapi berjejer di jemuran. Lalu memikirkan menu berbuka, termasuk preparation buat masak nanti sore. Saya lalu mengelap meja, tempat tidur, rak buku dan segala hal lainnya di rumah. Lalu kemudian mencuci sepatu, menyikat kamar mandi dan menggosok kain-kain lap yang kotor. Segalanya dikerjakan berbarengan bersama mengasuh bayi.
Hectic.
Tentu saja demikian.
Ibu-ibu sejagat raya ini memang kelimpungan mengerjakan segala hal sebanyak mungkin.. hahaha..
Tapi saya kira pekerjaan utama saya bukanlah itu. Saya menganggap di rentang masa kali ini, tugas saya adalah tentang dialektika.
Kedua putri saya yang jelang usia remaja, telah mengadaptasi kebiasaan membaca buku dengan baik. Mereka menghabiskan banyak waktu dari balik buku. Bahkan di usia sekarang mereka tidak memainkan games apa-apa. Gadget pun hanya terpakai saat sedang belajar saja.
Mereka haus akan buku, dan petualangan seru yang ada di balik buku. Jika awalnya mereka membaca majalah anak-anak, kemudian mereka perlahan berpindah ke komik-komik. Puas sudah saya membelikan komik legendaris Herge yang lumayan mahal dan juga puluhan komik dalam negeri. Ini berlangsung selama beberapa saat, sampai mereka berpindah ke novel-novel petualangan dari Enyd Blyton. Kemudian bergeser lagi ke novel-novel dengan tema agak berat dan juga science fiction.
Mereka sudah bisa menemukan pengetahuan dengan cara mereka sendiri. Mereka terpana mengetahui sebab akibat suatu hal. Pun mereka terperangah saat tahu asal muasal suatu kisah.
Saya hanya kebagian nyengir saja.
Tapi saya punya pekerjaan penting selain menjejalkan ilmu pengetahuan pada mereka, yaitu melatih cara berpikir.
Cara berpikir tidak akan bisa mereka dapatkan dengan cara membaca ratusan buku. Karena seni berpikir ditemukan melalui diskusi-diskusi panjang, renungan, kontemplasi, telaah yang dalam dan tentu saja pembuktian statement.
Maka ketika salah satu dari mereka memunculkan sebuah pertanyaan, bagi saya itu adalah sebuah kesempatan emas. Tidak ada sebuah pertanyaan yang remeh atau gak berguna. Semuanya malahan adalah mutiara berharga syarat pembuka gerbang dialektika.
Keduanya pun tahu bahwa tidak ada yang sederhana ketika bertanya sesuatu ke saya. Karena ada bahasan konstruksi berpikir, critical thinking dan banyak aspek lainnya. Termasuk pula perkara adab. Panjang, sungguh panjang nian sebuah diskusi pasca sebuah pertanyaan dilontarkan.
Untunglah anak-anak menyenangkan aktivitas ngobrol semacam ini.
Jadi jika ada yang bertanya apa pekerjaan saya saat ini, saya akan menjawab, saya adalah kawan maota-ota bagi anak-anak.
Maota = ngobrol ringan ngalor ngidul dalam bahasa Minang.
Comments
Post a Comment