Mudik Bersama Anak

 *Tulisan ini dibuat bareng Atya. Ketika saya tengah menulis dan merasa lelah, Atya lanjut menulis. Jadi sebagian tulisan adalah buah pikiran Atya, tanpa diedit.


Kanak-kanak udah jelas punya definisi sendiri tentang level keseruan. Jika saya menemukan kegembiraan pada susunan baju yang terlipat rapi setelah disetrika, anak-anak jelas tidak punya pendapat yang sama. Pun juga mereka tidak akan bahagia jika saya suruh untuk membereskan kekacauan lemari. Anak-anak akan berbinar matanya jika saya ajak ke toko aksesoris remaja atau toko buku. Sementara kebahagiaan saya berbanding terbalik seiring banyaknya item belanjaan mereka.. eheu.. 


Demikian pula tentang mudik. Saya punya segudang cinta yang menguatkan badan, agar bisa menempuh perjalanan yang berat. Juga punya energi yang cukup untuk mengatasi segala tantangan yang terjadi dadakan. 

Anak-anak terlalu suka dengan suasana lapang dan nyaman penuh buku, sehingga akan sulit membuat mereka berada di mobil selama 2 hari. 

Anak- anak akan merasa nyaman saaat mudik adalah baca buku di perjalanan.

Tetapi saya tidak mengizinkan mereka membaca buku diperjalanan dengan alasan agar tidak mabuk darat. Tentu saja anak anak tidak menyukainya karena bagi mereka buku adalah segalanya. Dengan sabar saya menjelaskan kenapa mereka tidak boleh baca buku di mobil, akhirnya mereka mau mengerti.


Hal yang perlu diwaspadai selama mudik adalah anak anak yang tidak vit. Seperti  muntah, pusing, demam dan lain lain. Untuk itu sebelum kami mudik saya dan anak anak sudah menyiapkan kantong  P3K. Isinya adalah betadine, plester, kantong plastik, minyak kayu putih, minyak telon, koyo, termometer, obat penurun panas, paracetamol, Vicks Vaporub, dan lain lain. 


Terus anak anak juga paling seneng kalau sudah mendekati waktu berbuka. 

Sebenernya jika kita sedang mudik dan dalam kondisi berpuasa kita dibolehkan untuk tidak berpuasa selama diperjalanan, dengan syarat nanti harus berpuasa kembali di hari biasa sebanyak hari  yang puasa kita batal. Tapi ya karena semua puasa, mereka juga ikutan puasa. Ketika saat berbuka hampir datang, kami mulai menempelkan wajah di kaca mobil. Kami waspada pada restoran yang sekiranya akan asik buat berbuka di tengah perjalanan. 

Comments

Popular posts from this blog

I am Small & Perfect

Kala Sahur, dan Segelas Kopi yang Tidak Manjur

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga