Tamu

 Putriku tersayang, 

Rumah kita adalah rumah yang senantiasa ramai. Dalam tiap pekan adaaa saja tamu yang singgah di rumah kita. 

Sedari ananda semua belia, senantiasa Bunda ajarkan bahwa Rasulullah menganjurkan kita memuliakan tamu. Bahwa besar kebaikannya apabila kita menerima tamu dan kita menjamunya dengan baik. Maka putri-putri Bunda lalu terbiasa dengan segala kesibukan seputar menerima. 

Mulai dari kita beberes rumah sehingga bisa nyaman bagi tamu yang akan datang. Lalu menyiapkan makanan dan minuman untuk tamu. Setelah tamu datang, ananda semua juga perlu ikut menyambut tamu dengan senyum riang. Ikut pula ngobrol bareng, dan menjawab segala pertanyaan dengan baik dan santun. Segala kesibukan akan bertambah apabila tamu yang datang berniat menginap di rumah. Ananda akan ikut terpengaruh ritme mainnya, juga ikut capek karena membantu Bunda. Bunda sangat berterima kasih dan bersyukur memiliki putri yang sangat sensible. 

Kesibukan menerima tamu tidak hanya usai setelah tamu pamitan. Karena ada piring dan gelas yang perlu dirapikan dan dikembalikan ke lemari. Ada yang butuh dilap, dicuci dan digosok agar bisa disimpan. Ini semua butuh kerjasama keluarga. Dan sekali lagi anak-anak turun tangan dengan semangat. 

Sore ini ada soalan baru yang muncul. Anak Bunda tiba-tiba menghadapi situasi yang baru. Jika dulu tamu yang datang adalah tamunya Ayah dan Bunda, kini akan datang tamunya ananda sendiri. Ini ternyata jadi sebuah tantangan tersendiri. 

Bunda lupa bilang Nak... 

Betapa meskipun wajah Bunda riang gembira saat kedatangan tamu, ada rasa deg-degan yang disembunyikan. 

Ada rasa galau, apakah tamu kita ini akan nyaman? Apakah udara di rumah kita cukup sejuk? Apakah makanannya sesuai? Apakah segala sesuatu berlangsung sesuai harapan?

Banyak Nak,

Banyak hal yang berputar di kepala saat menerima tamu. Bahkan termasuk hal sederhana, semisal apakah nasinya cukup keras/cukup lembek sesuai kebutuhan tamu.

Bunda dan Ayah tidak pernah bercerita. 

Jadinya ya wajar jika sekarang ananda tiba-tiba galau saat menerima tamu sendiri. Bahkan meskipun Bunda telah berjanji bahwa bunda akan setia menemani. 

Bunda paham.

Bahkan Bunda bersyukur karena itu berarti anak Bunda adalah anak yang bertanggung jawab. 

Tapi anakku, tidak usah terlalu risau. Menerima tamu sejatinya hanya butuh satu hal saja, yaitu hati yang tulus.


Salam sayang Bunda 

Comments

Popular posts from this blog

Prau, Pendakian Pertama (Part #2)

Kala Sahur, dan Segelas Kopi yang Tidak Manjur

I am Small & Perfect