Tidak Apa Jika Salah

Saya menyukai segala yang bersifat teratur, well organized, ukuran yang sama dan warna yang senada. Rasanya segala yang tertib teratur itu bisa menenangkan hati yang riuh rendah.. cieee.. 

Etapi tentanh ini pastinya tiap orang akan berbeda persepsinya. Kadar kebahagiaan orang khan ngga sama. Jika saya bahagia dengan segala yang rapi berbaris, bisa aja ada yang ngga ngeh aja gitu. Simply karena beda cara pandang aja. Ini hal yang tentu saja mesti dibawa selow. Toh orang kan beda-beda maunya. 

Ini juga sebabnya saya belakangan suka mengoleksi botol detergen tertentu, untuk tempat cairan bebersih lainnya. Jadi seru aja gitu, ada botol yang sama, dengan isi cairan berbeda warn. Melihat deretan botol ini, saya merasa perlu mengingatkan putri pertama dan kedua tentang botol warna warni ini. Apa isinya dan peringatan tentang cairan tertentu yang rada mengandung bahaya. 

Saya pikir udah selesai aja. 

Toh anak-anak udah besar ini, mereka udah hafal dan akrab dengan segala bahan pembersih di kamar mandi.

Tapi radar keteraturan saya berdenging kencang demi melihat satu botol yang isinya berkurang sekian mili. 

Seharusnya ngga segitu. 

Seharusnya anak-anak gak butuh pakai cairan itu. 

Seharusnya ngga akan tumpah dengan sengaja. 

Saya yang kepikiran dengan sejumlah cairan yang hilang itu langsung menggelar rapat darurat. Eh engga gitu juga sih. Ngga serius-serius amat juga. 

"Apakah hari ini cairan pink muda pernah dipakai?"

Segera saja engga pakai lama, sebuah pengakuan muncul.

"Iya Nda, soalnya penasaran. Apa jadinya jika dituang ke lantai."

Saya, seorang yang tertib pemakaian produk dan tertib aturan, merasa ini adalah sebuah pelanggaran. Akan tetapi sebagai bunda yang suka berpetualang ke berbagai ranah pemikiran dan pelosok negeri, saya termasuk orang yang mendukung kata 'penasaran'.

Urusan keteraturan kamar mandi segera kalah suara oleh sebuah kata 'penasaran'.

Saya mendadak merasa perlu mengingatkan berapa sebenarnya kadar yang pas untuk unsur penasaran ini. Lalu bagaimana cara mengola rasa penasaran agar ia berada di jalur yang benar. 

"Apakah penasaran itu boleh dimiliki atau harus dihilangkan?"

Jawabannya sungguh bagai layang-layang ditiup angin badai. Berubah arah dalam sepersekian detik.

"Engga boleh."

"Eh boleh deh."

"Eh ngga papa kok kalau penasaran."

"Etapi bisa membahayakan."

Saya nyengir.

Happy.

Ini awalan diskusi yang menarik. Obrolan lalu melesat ke masa silam. Ke masa orang-orang terdahulu yang penasaran apakah manusia memungkinkan untuk terbang layaknya burung dengan sayap kokohnya. Lalu juga segala upaya coba-coba di dunia fisika dan kimia. Berapa banyak ledakan dan kegagalan yang perlu dibayar dengan mahal. Termasuk juga perihal makanan. Mengingat beberapa makanan enak berasal dari bahan mentah yang amat beracun. Yang bahkan bisa membuat pemakannya meninggal saat itu juga. Bayangkan betapa besar usaha menemukan jawaban atas misteri sesuatu. Dan segala itu berasal dari sebuah rasa penasaran. 

Lalu gimana caranya agar penasaran ini berada di jalan yang benar. Sebab belakangan ini banyak rasa penasaran yang destruktif.

Kedua anak perempuan yang ukuran sepatunya kini melampaui saya ini, segera sibuk berpendapat. 

"Ikut kata Bunda." 

Nah ini beneran anak patuh berbakti nan ingat pesan mama hihi..

"Apa ya, pokoknya jangan yang aneh-aneh deh."

Walah ini menarik. Tapi term aneh-aneh ini perlu di-elaborate lagi biar ngga ambigu.

"Ikut apa kata Rasulullah."

Masya Allah...  

Ini aslinya puanjanggg banget obrolannya. Tapi mari kita persingkat saja bahwa waktu itu saya mengingatkan mereka bahwa ada tiga panduan on track mereka. Ini sih versi keluarga kami. Keluarga lain tentunya bakal punya golden rules sendiri-sendiri. 

Hanya saja. 

Lama setelah obrolan ini usai, dan saya kembali sibuk main dengan bayi. Saya lantas menyadari bahwa andai tidak ada sebuah eksperimen random di kamar mandi. Saya tidak akan punya peluang membuka diskusi berharga ini. 

Lantas saya kepikiran, bahwa dalam skala tertentu, anak-anak perlu melakukan kesalahan.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga