Setrika Kayu

Konon, ketika saya adalah bayi yang tiduran di lengan Apa, saya tidak akan tidur kecuali Apa sudah menyanyikan nyaris semua lagu India yang diketahui Apa. Mungkin ini sebabnya, kata 'zendegi' kadang melintas lambat-lambat di kepala ketika saya lagi gabut. Betapapun saya menyimak "Scorpion" di sepanjang masa remaja, tapi alam bawah sadar sudah kadung punya rekaman lagu lain. Lagu bawah sadar saya kadung dibentuk oleh lagu India.

Demikianlah, saya besar di pelukan Apa yang bersenandung perlahan. Saya bisa memperkirakan betapa saya sebagai bayi sangat merepotkan jika mesti diayun dulu berjam-jam sebelum tidur. Tapi segala kenangan saya tentang main bersama Apa menggambarkan momen main yang seru. Berpatokan pada situasi rumah, kenangan pertama saya mestinya berkisar saat saya berusia 3.5 - 4 tahun. Dimana Apa menaruh saya dalam ember besar berisikan air berwarna merah. Apa telah menuang pewarna kue ke dalam seember air. Saya dapat dipastikan girang bukan kepalang saat main air sementara Apa mengerjakan banyak hal lain. Kenangan lainnya adalah saat Apa membuatkan rumah dari kain panjang. Saya paling suka momen itu. Rumah tenda sederhana dari kain-kain yang disampirkan di antara temali ternyata adalah istana yang meluapkan kebahagiaan. Padahal saat itu kami tengah tinggal di pondok kayu sederhana yang tiap bagiannya dibuat sendiri oleh Apa. Apa juga sering membawakan saya berbagai bunga dari hutan. Agar saya bisa main dan menyimpan bunga itu hingga mengering sempurna.

Ketika musim panen berakhir, dan setiap sawah mengering dan angin bertiup dengan tertib. Anak-anak di kampung kami akan bermain layangan di sawah. Apa akan membuatkan saya layangan yang indah, berwarna hijau dan kuning dengan bentuk kupu-kupu. Saya mencintai layangan menakjubkan itu, dan jadi lebih mencintai Apa.

Namun yang paling epic dari segala aktivitas main bersama Apa adalah setrika kayu. Saat itu belum ada mainan anak yang merepresentasikan peralatan rumah tangga. Setrika pun waktu itu masihlah setrika ayam jago yang memakai arang kayu sebagai sumber panasnya. Namun Apa, yang tangkas dalam bidang pertukangan, membuatkan saya sebuah setrika kecil yang pas di tangan mungil saya. Itu adalah mainan yang tidak dimiliki oleh sesiapa, namun hanya saya. Seorang putri kesayangan Apa. 

Itu adalah token cinta yang pertama dari Apa. Saya kira setiap ayah akan bersikap demikian pada putrinya. Ia akan terbang memetik bulan andaikata putrinya menatap rembulan beberapa detik lebih lama dari seharusnya. Ia juga akan bertahan pada derita asalkan ia bisa melihat senyum riang di wajah cemerlang. Sebuah cinta yang indah. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga