Mengupayakan Senyum



Sudah sebelas tahun ini, menit-menit di pengujung tahun menjadi rentang waktu yang menyakitkan. Karena dulu, sebelas tahun yang lalu, saya bergegas mudik ke kampung halaman. Di sepanjang perjalanan, saya menghitung detik dan menit. Seraya membubuhinya dengan harapan, bahwa saya sempat berjumpa Apa buat terakhir kali. Menit berlalu dengan perih terasa nyata. Bahkan hingga saat ini terasa sakit jika dikenangkan.

Tahun 2021, keluarga besar kami diwarnai nuansa getir. Mama kehilangan 4 orang adiknya. Adik laki-laki bungsu mama meninggal di bulan Februari, setelah berjuang beberapa hari di ICU. Kemudian di bulan Agustus, hanya berjarak sepekan, dua adik perempuan berpulang. Setelah sebelumnya kami berkumpul dengan hangat di momen lebaran Idul Adha. Lalu tanggal 25 Desember kemarin, satu lagi adik perempuan mama pergi mendahului kami. 

Tanpa ada yang pergi pun, akhir tahun bagi saya sudah sedemikian suram. Apalagi kini, dengan bayangan kesedihan dan kerinduan. Seringkali saya terbangun tengah malam, setelah memimpikan keluarga yang telah pergi. Rasanya sedemikian nyata. Senyum yang mereka berikan terasa begitu menyentuh. Kadang jika terlalu kangen, saya membangunkan suami, dan minta ditemani sejenak. Kadang air mata meleleh begitu saja tanpa terasa. Apabila terkenang dengan almarhum dan almarhumah yang banyak menginspirasi hidup saya.  Karena mama adalah anak tertua, mama telah mengayomi adik-adiknya sejak diangkat menjadi guru selepas sekolah SPG. Adik mama bergantian tinggal bersama mama, bahkan setelah mama menikah dan punya anak. Ini sebabnya saya sangat terhubung dengan adik-adik mama.
Dan sekarang rasa kehilangan itu tidak mau pergi. 

Tahun baru kini datang, sementara senyum masih belum bisa muncul. Mungkin karena saya terikat dengan tahun lampau.

Kabar baiknya, ada beberapa hal yang terus memantik harapan. Pertama bahwa saya dan suami terus bergerak menjadi lebih baik dalam banyak hal. Kami jadi lebih baik komunikasinya, lebih menghargai dan mendukung. Kemudian Mama dan anak-anak juga sudah vaksin Covid-19. Dengan vaksin + taat prosedur kesehatan, semoga jadi lebih banyak ruang aktivitas yang bisa dijelajahi. Sebentuk senyum mungkin bukan untuk hari ini, tapi esok hari. Mungkin.


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga