Respek

Setidaknya lima belas kali dalam sehari, diskusi perihal tokoh negeri itu beredar di keseharian saya. Terutama di televisi. Sepanjang hari ada diskusi, obrolan dnegan tokoh politik tertentu hingga film dokumenter yang mengupas tuntas segala laku perjalanan sang tokoh. Bahkan buku catatan dosanya pun sampai diterbitkan. Di sekolah juga tidak luput dari obrolan tentangnya. Termasuk sahabat-sahabat saya, yang juga ikutan menilai sepak terjang, dan menyayangkan manuver tertentu dan tidak kurang ikut pula memberikan masukan bak pakar hukum tata negara yang handal.

Kami anak kelas tiga SMA yang secara ilmu sangat kurang, tapi semangat berkelimpahan. Kami ikut terbakar semangat perubahan yang mengalir dari tayangan ke tayangan di televisi nasional. 

Dalam kecamuk opini itulah Apa berkata, "Milikilah respek, kepada siapapun itu. Andai perilakunya semuanya menyiratkan kegagalan, setidaknya hargai ia karena usianya yang lebih tua."

Saya sulit menerima nasehat yang mulia ini. 

Tapi Apa masih melanjutkan,

"Panggil ia dengan sebutan bapak, karena ia bahkan lebih tua dari Apa, jangan sampai semua opini yang beredar ini membuatmu kehilangan rasa hormat." 

Itu adalah petuah yang benar. Tidak melenceng sedikitpun. Saya tidak memiliki hal lain selain mengangguk patuh. 

Maka ketika itu, saya terus menyematkan panggilan bapak untuknya, betapapun saya tidak setuju pada kinerja beliau. Betapapun rekan-rekan saya begitu bersemangat mengikuti perkembangan politik tanah air, dan bahwa buku 50 dosa beliau sudah saya baca. Tapi saya menjaga respek dengan terus mengingat bahwa ia punya andil jasa, atau setidaknya ia lebih tua. 

Meskipun saat itu Apa mengacu pada tokoh tertentu, tapi sejatinya tidak hanya  memberikan panduan sesaat. Nasehat Apa adalah panduan yang berlaku di segala zaman. Kelak ketika saya berpetualang jauh dan bepergian entah kemana. Pesan Apa senantiasa terngiang. Bahwa berseberangan ide bukan berarti kita bebas menghina, menyepelekan dan menghujat seseorang. 

Belakangan saya menyadari bahwa perkara respek bukanlah sesuatu yang diletakan di depan sosok seseorang, namun sesuatu yang menempel pada diri kita.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga