Ketika Tengah Berjalan Sendirian


Sebuah perubahan berawal dari rasa empati. Ketika melihat ke lingkungan sekitar lalu melihat sesuatu yang dirasa tidak benar, kurang pas, atau sesuatu yang butuh dikembangkan menjadi lebih baik. Lalu timbul pemikiran ingin berbuat sesuatu untuk mengubah kondisi. Pertanyaannya, kita rasanya tengah berjalan sendirian.

Hiks.. 
terlihat menggalaukan.
Tapi ini beneran seringkali terjadi. 

Saat kita sudah bebikinan agenda perubahan, eh ternyata tidak ada yang mau diajak seseruan bareng. 
Setelah di cek agenda yang dirancang itu sangatlah luar biasa. Ia telah mencakup segala unsur problematika, sudah ada analisa permasalahan dan telah mencantumkan tujuan perubahan serta langkah-langkahnya. Analisa SWOT yang menyeluruh telah dibuat, pemetaan kekuatan dan strategi eksekusi juga sudah sedemikian rapi.  Sungguh sebuah grand design yang nyaris sempurna telah rampung dibuat. 

Masalahnya.. itu tadi. 
Sendirian.
Tidak ada yang mau ikutan kerja bareng.
Saat diceritakan ke orang-orang terdekat atau tim kerja atau keluarga. Responnya krik..krikk  belaka. Alias no comment ajah. Padahal lebih baik jika rencana adikarya kita itu dibantai habis-habisan. Itu jelas menunjukkan adanya perhatian. Bahkan dukungan yang keren. Buktinya kritikan selalu mengundang langkah perbaikan. Tapi kali ini tidak. 
Tidak ada yang menyanggah.
Tidak ada kritikan.
Apalagi dukungan dan masukan konstruktif. 
Zonder perhatian. 
Hiks.. 

Dalam kondisi begini, apa jadinya. 
Sayang banget jika rencana yang amat baik itu dilipat rapi lalu disimpan di lemari. Jauh di belakang plakat-plakat berdebu.
Tapi jika mau dilaksanakan, rasanya kok ya teramat sunyi. 

Benar adanya, bahwa jalan para pemimpin adalah jalan yang sunyi. Tapi ya ngga gitu-gitu amat. 
Pemimpin juga berhak bahagia. 
Yeayyy... 

Apabila enggan menyurukkan bundelan rencana perubahan jauh nun ke belakang lemari. Ada baiknya meninjau ulang plan perubahan tadi. 
Pertama, sebuah niat perubahan mestilah punya tujuan yang baik. Yaitu perubahan itu, bukan mencari nama beken atau biar viral di jagat sosmed. 
Kedua, ambil langkah perubahan sesuai kekuatan yang kita miliki. Ini memungkinkan kita mandiri. Kita tidak tergantung pada sokongan pihak lain dan juga tidak terpengaruh pada pasang surutnya atensi orang lain.
Ketiga, lakukan dengan cara yang paling membahagiakan diri. Karena hanya orang yang bahagia yang bisa mengajak orang lain untuk turut bahagia. 

Terus gimana kalau ketiga step itu bikin kita tetap sendirian?
Ya ngga papa.. 
Ahaha.. 
Toh jalan para pemimpin adalah jalan yang sunyi.
Sunyi karena banyak pilihan yang perlu diambil tanpa orang tahu betapa ruwetnya pemikiran kita. 

Tapi tidak apa, asal kita bahagia. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga