Nasehat Yang Menyenangkan
Setelah saya melahirkan, banyak sekali wejangan yang
singgah, pokoknya yang mampir ke nengokin bayi meninggalkan nasehat macem-macem. Pada hari ketiga pasca melahirkan, mama
mengingatkan dengan kalimat yang ringan. “Kurangi makan cabe ya, ada kemungkinan perut Tya belum bisa
adaptasi” Saya menggangguk patuh dan saya mengingatnya. Pun ketika mama
mengingatkan saya untuk tidak minum air yang masih rada hangat, saya mengiyakan
tanpa komentar.
Hari keempat, saya baru saja
keluar dari kamar mandi menenteng pakaian yang kotor saat disambut omelan tamu yang datang menjenguk karena saya seharusnya
belum boleh membawa barang2, termasuk 2 potong pakaian yang menurut saya
ringan. Kayaknya ada dua puluhan kalimat deh yang diucapkan cepat saat saya nongol dari kamar mandi.
Saya speechles..
Bisa jadi nasehatnya benar, hanya saya tak bisa lagi menangkap pesannya karena tersamar dalam ratusan kata.
Saya speechles..
Bisa jadi nasehatnya benar, hanya saya tak bisa lagi menangkap pesannya karena tersamar dalam ratusan kata.
Andai beliau meringkasnya dalam satu kalimat sederhana dan
disampaikan dengan tutur yang lembut: semisal “Jangan bawa yang berat-berat dulu Nak…”
Maka saya akan menerimanya dengan mudah tanpa kesal.
Maka saya akan menerimanya dengan mudah tanpa kesal.
Saya lebih menyukai nasehat versi mama, karena dalam omelan
yang panjang, inti informasi jadi hilang tertutupi jengah, bahkan malah
menyisakan kesal di hati.
Tapi dalam prakteknya saya ternyata masih sering mengucapkan kalimat2 yang tidak penting dalam menyampaikan informasi.
Tapi dalam prakteknya saya ternyata masih sering mengucapkan kalimat2 yang tidak penting dalam menyampaikan informasi.
Saya harus belajar lagi.
Comments
Post a Comment