Sisi Romantis

Saya ingat ada obrolan singkat mengenai bunga yang entah kenapa terlintas aja di kepala saat melewati deretan kios penjual bunga.
"Ayah, maukah belikan bunga sesekali"
"Untuk apa?"
"Ya belikan aja setangkai bunga."
"Iya, boleh aja sih kalo mau bunga, tapi bunganya untuk apa?"
Arrrgh....
*langsung manyun*
"Ngga jadi deh, ngga usah belikan bunga."
*ngambek critanya : ))*


Beberapa hari berlalu, dan obrolan singkat itu terlupakan sudah.
Suatu sore suami pulang dari pekerjaan mc wedding dengan sepelukan besar bunga Casablanca pink yang wanginya segera memenuhi seisi rumah.
"Lihat ini udah dibawakan bunga yang banyak."
"Bunga yang diambil dari acara yang sudah selesai di gedung?"
"Iya, bagus kan.. katanya mau bunga."
"Ngg...iya..."

Jelaslah bahwa kami berada di tengah obrolan dengan sudut pandang berbeda. Tentu saja suami tercinta sudah berusaha memenuhi permintaan saya, dan tentu saja saya suka dengan bunga-bunga memenuhi rumah. Tapi saya kehilangan romantisme didalamnya.

Tapi bagaimana bisa saya mengemukakan isu romantisme ini. Sejauh ini semua hal-hal yang saya utarakan selalu ditanggapi dengan baik, dan bukankah semenjak bertemu beliau, saya berhenti merasa resah ngga jelas, karena saya tahu ada pendamping tempat bersandar.
Maka saya cintai Mr.Tidak Romantis ini penuh terima kasih.

Kalau dipikirkan lagi sekarang...setelah waktu lama berjalan tanpa ada kejutan-kejutan romantis dari suami, saya sebenarnya tidak merasa kehilangan. Urusan setangkai bunga tiada artinya dibanding penjagaan dan perlindungan suami selama ini.
Bahwa ada seseorang yang selalu ada di segala situasi, itulah romantis yang keren itu,

Tentang bunga...
Suami masih sering bawakan bunga, dan saya masih selalu tersenyum saat menata bunga-bunga tersebut.
Bahkan saya menuliskan postingan ini dengan senyuman :)

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga