Cerita Asisten Rumah Tangga

Saya tidak berpengalaman tentang Asisten Rumah Tangga, karena orang tua saya tidak pernah memakai jasa art. Namun saat saya melahirkan putri pertama, kebutuhan art terasa mendesak, mengingat saya segera akan kembali bekerja dan kami sungguh amat jauh dari orang tua. Maka pencarian dimulai..
Alhamdulillah segera bertemu, beliau berusia 40an, punya dua orang putri yang sudah besar dan belum pernah bekerja sebagai art sebelumnya.

Saya dan suami berpendapat bahwa art yang tinggal di rumah adalah bagian dari keluarga, maka mengabaikan nasehat berbagai pihak yang menyarankan agar jangan terlalu dekat karena nanti bisa ngelunjak. Kami malahan memanggil beliau dengan panggilan "bude". Diharapkan putri kami kelak akan belajar menghargai beliau sebagai orang tua dan seseorang yang berperan dalam pengasuhannya.
Selanjutnya kami selalu memperlakukannya dengan baik, membiarkannya menemukan pola kerja sendiri, memberitahu hal-hal utama dengan baik, dan saya maupun suami tetap mengerjakan segala sesuatunya sendiri.


Apakah bude bagian sempurna dari keluarga kami?
Tentunya masing-masing orang ada kekurangan. Ada bagian yang membuat saya terharu, dan ada moment dimana saya ngelus dada dan menahan tangis.
Ada saat - saat saya pengen mencari penggantinya, tapi segera terpikir art baru akan hadir dengan cerita baru. Selama kondisinya masih bisa ditolerir dan masih bisa dicarikan solusinya, kayaknya rumah kami akan baik-baik saja.
Jadi ya... dijalani aja :)

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga