Titik Bahagia
Dulu sekali saat masih di bangku kuliah, saya pernah ngobrolin tentang perkuliahan dengan mama. Tiba-tiba saya teringat pada seorang teman yang tidak melanjutkan kuliah lewat di depan rumah. Terus saya bilang ke mama bahwa saya menyayangkan karena teman saya itu tidak merasakan seperti apa dunia kuliah.
Mama terdiam sebentar dan berujar "Tapi kita kan ngga tahu beruntungnya orang atau tidak, siapa tahu dia adalah orang yang berbahagia dengan kondisinya, kalimat barusan malah bisa dikategorikan sombong."Saat itu saya tidak membantah mama, tapi di dalam hati saya teteup merasakan sejumput kadar jumawa sebagai anak kuliah.
Tahun-tahun berlalu, saya sudah bekerja di kota lain dan (masih) belum menikah. Saat saya pulang kampung saya bertemu dengan teman tadi dengan dua balita lucu menggemaskan. Teman saya tadi terlihat ceria, dia tampak lebih cantik sekarang dan jauh lebih teduh sikapnya. Di titik ini saya membatin bahwa dia lebih beruntung daripada saya.
Saat ini, ketika saya memiliki tiga putri berpipi bulat, saya hanya punya doa. Agar semua sahabat menemukan kebahagiaan.
Comments
Post a Comment