Strong Why for Kids - Kenapa Kita Harus Mandiri


Circa usia 8 tahunan, saya pernah kesal sejadinya, karena Apa tidak mengijinkan saya menginap di rumah teman. Satu kata TIDAK tanpa penjelasan apa-apa sesudahnya.
Ing toin menggugat tapi tentunya tidak berani. Akhirnya saya menghabiskan sisa waktu hari itu dalam diam. Dalam suasana mangkel itu, saya punya banyak pertanyaan tak terucap. 
Salah satunya, kenapa tidak boleh sih?
Toh itu sohib akrab yang mana keluarga kita sudah akrab sekali. Lagian rumahnya juga nggak jauh, literally 200 meter saja. Kemangkelan itu menguap tidak lama kemudian, saya menerima situasi bahwa orang tua pastilah melakukan yang terbaik. Namun kenangan tidak jadi menginap itu telah membekas kuat.
Bahwa saya pernah kebingungan akan alasan dari sebuah keputusan. 

Inilah kenapa di kemudian hari saya lantas bertekad untuk memberikan  a very clear background kepada Atya dan Ifa untuk semua tindakan saya dan ayahnya. 
Dulunya saya melakukan ini hanya agar anak-anak menjalani kisahnya dengan selow, tidak bingung layaknya saya jaman dulu. Juga agar mereka merasa nyaman dengan semua kesepakatan yang kita buat. 
akan tetapi kesininya saya menyadari bahwa adanya strong why membuat anak-anak lebih percaya diri. 

Kenapa Kita Harus Mandiri
Pada saat Atya berusia 4 tahun, sesi mendongeng kami adalah di depan peta dunia. Saya mengisahkan tentang negeri-negeri yang elok di belahan benua lain.  Saya kabarkan kepadanya tentang kepulauan Canary yang elok dan lincahnya zebra berlaran di padang rumput Serengeti. Dan juga tentang bagaimana orang-orang di negara empat musim mengawetkan makanan. Atya memandang dengan berbinar, menunggu keseruan yang akan saya utarakan. Tak kurang saya pun juga menggambarkan kepadanya bagaimana Marcopolo menempuh perjalanan jauh di masa silam. Dan bagaimana backpacker masa kini menyelesaikan misi menempuh satu per satu negara yang tidak dikenali budayanya.
Atya sempurna terinspirasi. 
Jika dalam stand up comedy ada punchline-nya, maka dalam obrolan dengan kedua putri saya juga punya semacam inti percakapan. 

"Apakah kakak akan menempuh perjalanan baru yang seru atau mau selamanya bareng bunda di rumah ini?"

Atya memandang dengan wajah teguh. 
"Atya ingin pergi yang jauh dan punya banyak pengalaman."

Obrolan ini menggiring kita ke latihan kemandirian. Atya paham sekali bahwa semua latihan ini berujung pada keluwesan bertindak di masa nanti.
Agar bisa berbuat hal banyak.
Agar tidak selalu bergantung kepada bunda.

Bayangan helaian salju dan riuhnya pabrik pengolahan keju di benua lain itu yang membuat cuci piring jadi terasa ringan, mengepel bisa selesai dengan singkat, dan membereskan kamar menjadi salah satu kompetensi dasar. Apabila strong why ini sudah kuat, orangtua kebagian berdoa saja, semoga ananda yang punya impian besar ini bisa menggapai semuanya. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga