Roncean Melati di tengah Pagebluk

 


Dengan pengalaman saya yang tentu saja terbatas, saya menetapkan bahwa ada dua jenis usaha yang tidak akan pernah terhenti. Apabila dikelola dengan baik, maka ia akan berkembang dengan pesat dan membantu banyak pihak. 

Bidang yang pertama adalah usaha perjalanan umroh dan haji. Mengingat banyaknya warga negara yang bepergian ke tanah suci dengan niat ibadah, maka ini adalah usaha yang langgeng. Jika dikerjakan dengan amanah maka tidak hanya beroleh untung namun juga berkah yang tak ternilai. Bayangkan seorang yang menabung sedikit demi sedikit setiap harinya, seraya membayangkan bisa mengunjungi Kabah. Apabila kelak tabungannya cukup, lalu diserahkan ke sebuah biro perjalanan umroh. Iala pastilah akan sangat bersyukur jika mendapati bahwa ia sangat dibantu dan dimudahkan ibadahnya. Belum lagi bahwa kini perjalanan ke tanah suci juga bisa dirangkai dengan kunjungan ke tempat lain yang prestisius. Misalnya kunjungan ke masjid Aqso atau berlayar di selat Bhosporus yang terletak di antara dua benua.

Ada banyak bidang yang terkait dengan bisnis satu ini. Selain yang terkait dengan akomodasi seperti penginapan, transportasi, kebutuhan mutawwif dan keperluan lainnya di tanah suci, juga ada hal-hal yang lainnya. Pembuat koper dan tas umroh misalnya. Bayangkan jika satu travel umroh memberangkatkan 1.000 orang per bulan, mak akan ada seribu pula koper yang dibuat. Juga ada batik seragaman, syal, topi dan pernak pernik lain. Jangan lupakan juga penjual oleh-oleh di Tanah Abang. Berhubung bawaan dari tanah suci bisa melebihi kuota beban, maka kita juga bisa membeli tambahan oleh-oleh di sana. 

See, ada banyak yang terlibat di sini. 

Tak hanya itu, sebagian orang tak cukup sekali ber-umroh. Rasa rindu pada kedamaian tanah suci sedemikian kuat memanggil. Maka saya mengira bisnis di bidang ini akan langgeng seterusnya. Hingga akhir nanti.


Bisnis kedua adalah terkait dunia pernikahan. Adakah masa di mana orang berhenti menikah? 

Sejauh ini belum ada.

Bahkan sejarah mencatat bahkan di keadaan perang nan genting di masa silam, tetap saja ada pernikahan meski dilaksanakan dengan sederhana. 


Menilik situasi wedding reception masa kini, saya  tidak bisa tidak takjub. Pertama-tama ada yang namanya wedding organizer. Bahkan jika seorang teramat sibuk memikirkan printilan pernikahan, dont worry ada tim elit trengginas yang siap merancang pesta pernikahan sesuai yang diharapkan. Oh tentu saja tetap sesuai budget yang sudah ditetapkan. Kalaunpun mau dikerjakan sendiri, juga tetap bisa. Datangi saja wedding expo yang sering diadakan di kota-kota besar. Segera terpampang di depan mata semua vendor pernikahan yang sigap membantu. 


Pandemi melanda.

Pagebluk hadir begitu saja. 


Semua segmen lalu terkena imbas. Bahkan dua sektor usaha yang saya ceritakan di atas. Usaha yang saya kira bakalan langgeng sepanjang masa. 


Pandemi mengubah tatanan, siapa yang pernah mengira ada suatu masa saat ibadah pun hanya bisa di dalam rumah. Bahwa kabah tidak dikunjungi dalam rentang waktu yang tak tentu. 

Penjual bunga melati di pasar Mester Jatinegara tidak akan pernah menduga bahwa di suatu akhir pekan, tidak ada yang membeli melati. Karena tak ada pengantin yang membutuhkan roncean melati. Saya membayangkan kini tidak ada lagi yang membeli melati dan irisan daun pandan untuk sanggul.

Tim wedding organizer, pembawa acara, dekorasi gedung, pemain musik, pengusaha catering, dan pemilik gedung terdiam sejenak. Karena para pengantin sekarang hanya bisa menikah di KUA, dihadiri oleh lima orang saja. 

Bunga dan pernak pernik lainnya tidak lagi diperlukan. Maka termenunglah para perias penganten yang biasanya sibuk merangkai melati. 

Ini sungguh masa yang tidak mudah. 

Bahkan suatu rangkaian bisnis yang saya anggap ajeg, bisa stop begitu saja. Layu bagaikan roncean melati yang tak terbeli, di lapak-lapak Mester.

Semua mesti segera kembali, pada keteguhan hati dan kegigihan bahwa pandemi tak akan selamanya mencengkeram bumi. 

Andai ini sekuntum melati, di tengah kesepian, mesti tetap mewangi. Entah dengan cara apa. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga