Perjalanan yang Nyaman



Menanggapi cerita teman yang berkeluh kesah tentang ribetnya perjalanan dengan mobil pribadi saat mudik ke arah timur Jawa, trus kemudian meminta saya membagikan tips mengatur perjalanan nyaman. Inilah catatan saya, khusus untuk teman berinisial D :p
Ini bukanlah tips perihal persiapan untuk perjalanan. Tapi adalah kisah saya tentang apa yang membuat perjalanan kami menyenangkan.

Apakah saya yang berhasil membuat perjalanan jadi seru?
Setelah dipikir dan direnungkan, ternyata bukan loh.

Haha..
Ternyata yang membuat perjalanan kami jadi nyaman dan seru adalah:

1. Mama
Mama menjaga saya agar tetap bersikap 'waras' saat mata mengantuk karena sudah berpuluh jam tidak tidur, jalanan berbelok-belok sementara kedua balita merengek minta ini itu. Mama biasanya mengingatkan agar kami menghargai perjalanan dan menikmati kebersamaan di jalan. jarang-jarang kan bisa duduk mais dalam satu tempat dan bisa fokus ke satu topik obrolan :)

2. Atya dan Ifa
Alhamdulillah... 

Saya bersyukur memiliki putri yang tangguh, dua balita ceria yang tidak mengeluh saat terlempar kesana kemari saat menempuh perjalanan berlobang. Juga tidak menjerit bosan saat seharian hanya melihat hamparan perkebunan, malahan anak-anak mau aja loh belajar mengenai tumbuhan yang terlihat di balik jendela. Saya senang anak-anak mau patuh pada prinsip menjaga kebugaran: meliputi makan yang cukup, berpakaian sesuai kondisi dan banyak minum air putih. Juga merasa kebantu banget karena anak-anak tidak panik meskipun mabok perjalanan, bahkan saat di Tanjung Enim mau berenang dulu di sungai sementara bunda mencuci tumpukan baju yang terkena huru hara.
Serta anak-anak yang bersabar meski rasanya 'kok gak nyampe-nyampe' :)

3. Mindset
Loh.. kenapa mindset perlu dibawa2..
Lha iya.. tanpa mindset positif, jalan sebentar aja bisa runyam. Untuk perjalanan mudik ke Padang setahun sekali, pulang ke Semarang setahun dua kali, saya memerlukan seluruh penumpang memikirkan bahwa perjalanan adalah sebuah petualangan hebat. Sehingga saat kita terjebak macet di pantura kemudian parkir total nggak bisa kemana-mana barang semeter pun, berarti kita bisa keluar dulu dan ngobrol sama penumpang di kendaraan sebelah. Atau kejadian lain, saat tengah malam melintas di jalan yang sepi lintas Sumatera kemudian tiba-tiba melihat di depan ada keramaiaan pada tenda2 kecil. Otak mendadak memberikan sinyal lapar, serta merta kita jadi menginginkan gorengan hangat, namun ternyata saudara... batu akiklah yang dijajakan disana!

Kalau udah begini, segeralah tertawa untuk meledek persepsi kita tadi.
Lalu kembali manyun #eh :p

Saya mau tidak mau teringat pada kisah di jaman saya masih SD. Saat kembali dari rumah nenek, kami sekeluarga terdampar akibat motor tua papa mogok. Saat itu sudah jam 11 malam. Rumah kami yang di punggung gunung masih 4 km lagi jauhnya dengan kondisi jalanan yang menanjak terus. Keadaan sepi sekali, dan kami hanya akan bertemu rumah penduduk beberapa kali saja. Itu pun bisa dipastikan penghuninya sudah lelap.
Apa yang dikatakan papa ke kami saat itu membuat saya mengubah cara pandang terhadap masalah apapun yang nantinya saya hadapi.
Papa bilang: kita akan berolahraga, mari bersemangat!
Bayangkan seorang kepala keluarga yang membawa istri dan dua anak usia 10 tahun dan 8 tahun, sambil menuntun sepeda motor yang mogok di jalanan mendaki yang tidak rata. Beliau juga harus menjaga kami dari  segala marabahaya di tengah malam di yang amat sepi. Papa tidak mengeluh saat itu.
Malam itu, kami berjalan sambil mengobrol pelan-pelan. Kami bersyukur akan anugrah langit terang dan taburan bintang. Angin pun tidak terlalu kencang saat itu. 


Sejak itu saya berjanji akan melakukan perjalanan apapun dengan hati riang.

So, jika ditanya apa tips perjalanan yang nyaman, saya akan jawab: sebuah hati yang lapang dan pikiran yang tenang.



tulisan ini disertakan dalam project #ODOPfor99days #day29

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga