Memeluk Senja (final story)

Mama punya impian yang lalu menemukan titik ideal dalam mewujudkannya. Saya sempat memyinggung tentang tipping ppin. Yang tentunya engga sehebat kisah-kisah yang disebut di buku Tipping Point. Bahkan mungkin engga ada apa-apanya. Akan tetapi bagi saya tetap saja itu luar biasa. 

Sampai sekarang saya masih sering merinding memikirkan betapa ada masa ajaib tersebut. Mama telah memikirkan bagaimana cara agar impiannya bisa terwujud. Mama bingung bagaimana cara memulainya. Lalu booom... tetiba ada aja momen keajaiban. Momen di mana semesta memberikan ruang agar kita mengambil kesempatan baik itu. Betapa menakjubkan momen itu. 

Lalu kemudian setelah berjalan, Mama lalu dihinggapi kegelisahan baru. Mama memikirkan kurangnya dukungan pada pekerjaan mama. Untungnya saya udah duluan berkecimpung dengan orang-orang yang beragam cara pandang dan karakternya. Oh ya tentu saja mama telah lebih duluan akrab dalam masyarakat. Namun ada pola yang berbeda. Mama hadir di masyarakat selalu dalam posisi yang spesial. Begitu mama masuk ke sebuah desa sebagai guru, segenap penduduk desa seketika mencintai mama. Di tahun-tahun 70an itu, kedatangan guru di desa terpencil, adalah sesuatu yang spesial. Demikian juga saat mama jadi pengurus PKK. Mama terjun ke semua lapisan masyarakat di semua nagari di kabupaten kami. Tapi status mama adalah sebagai tim kabupaten. Segala arahan mama adalah panduan baku bagi segenap perempuan di nagari tersebut. 

Namun kini, mama adalah warga yang tengah memberikan kontribusinya dengan cara berbeda.
Saya merasa ini akan jadi petualangan menarik bagi mama. 

Saya lalu berbagi insight. Bahwa penting bagi kita untuk menyusun strategi. Segala yang dilakukan saat ini adalah demi mencapai sebuah visi. Hanya saja kali ini, visi kita belum tentu dipahami orang lain. Karena ya emang bukan prioritasnya saja. Maka terhadap semua yang tidak pas dengan visi kita, segera balik ke pemahaman awal. Bisa jadi kita yang kurang clear dengan statement kita, atau memang kita perlu mengubah cara pandang. 
Maka amat penting untuk terus fokus pada tujuan, dan kuatkan komunikasi produktif. 

Mama puas dengan masukan saya ini. Semangatnya kembali membuncah. Dan sebenarnya mama tidak kekurangan support system. Malah jadi banyak punya teman baru, dan terbuka juga berbagai kesempatan baru. 

Hanya saja sejurus kemudian, mama kembali dihinggapi gelisah. Mama merasa banyak hal lain yang perlu dilakukan.  Terus juga pengen belajar hal baru dan mewujudkan impian baru. Urusan maggot sempat disebut-sebut. 
Sebagai anggota Darmawanita Persatuan Dinas Lingkungan Hidup, saya paham sekali tentang maggot. Sebab dua hari lamanya saya mengikuti workshop tentang budidaya maggot. Saya setuju bahwa maggot bosa jadi solusi yang amat keren dan ramah lingkungan.
Saya membayangkan di tiap rumah, akan ada dua tong sampah. Yaitu tong Sampah Organik dan Anorganik. Sampah organik sekampung akan dibawa ke sentra maggot. Ia akan menjadi makana bagi larva maggot. Jika kita memasang kamera pengawas. Kita akan bisa melihat betapa tumpukan sampah lenyap dalam semalam. Lalu keesokan pagi berganti dengan larva yang kekenyangan. Selain bisa mengatasi masalah sampah, maggot juga bisa menghasilkan pupuk yang baik mutunya. Sungguh double action yang perlu diterapkan di banyak tempat. 

Saya bangga, tentu saja. 

Kali ini mama ke Jakarta. Bukan hanya demi menuntaskan rasa kangen belaka. Namun juga demi belajar hal baru. Kelak ilmu itu akan dibawa pulang dan dimaksudkan untuk kebaikan kampung halaman. 
Tapi, oalah, kok sekarang saya yang disergap gelisah. Jika mama sedemikian bertekad membangun kampung, apa kabarnya saya yang tidak melakukan apa-apa. Hiks.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga