Kalimat Tanya yang Tidak Baik Ditanyakan

 Biasanya jam sembilan pagi adalah jam yang paling asik di rumah. Yang ke sekolah dan yang kerja di luar, sudah berangkat. Tanaman sudah selesai diurus, dalam artian disiram, dipupuk, trimming, atau sekedar diperiksa apakah bebas hama. Andai pagi itu sempat belanja keperluan dapur, bahan-bahannya juga selesai disiapkan. Tinggal menunggu dimasak saja jelang waktu makan siang nanti. Jam segini, segala cucian sudah menempati jemuran. Pun alat makan tadi pagi juga telah rapi bersih di rak cuci piring. Intinya, ini adalah jam bebas sesaat. 

Saya biasanya mengaduk kopi di cangkir, pada jam segini. Lalu mengunyah sebungkus kecil biskuit, atau ngemil jagung rebus. Di saat inilah seringnya ketemu mama di meja makan. Karena mama akan istirahat usai jalan pagi, sebelum nanti lanjut sholat dhuha.

Di sinilah berbagai topik random bermanfaat muncul dan dibahas dengan seru. Kadang engga jelas, kadang malah serius banget. 

Nah hari ini kami membahas tentang arisan dan pertanyaan-pertanyaan yang sebaiknya dihindari saat bertemu. Arisan sebagai bentuk ajang ketemuan orang-orang yang lama tidak bertemu, memang berpeluang menciptakan obrolan yang seru atau sebaliknya krik krik mati gaya. Saya berpendapat bahwa sebenarnya yang memulai obrolan garing itu ya engga salah-salah amat. Toh niatnya baik, pengen ngajak ngobrol biar tambah akrab. Sayangnya ya gitu, keliru memilih topik obrolan yang tepat. 

Salah satu dari pertanyaan yang sering bikin suasana auto runyam adalah tentang status pernikahan atau anak. Terhadap yang belum menikah, akan hadir pertanyaan kapan nikah. Jika sudah menikah, lalu akan dikejar dengan kapan punya anak. Terus jika udah ada anakpun, jangan dikira bakalan aman tentram tanpa gugatan. Tetap ada pertanyaan yang ga asik ini. 

Kapan nih ada adiknya.

Eh ini baru anak laki-laki, kapan nih ada anak perempuan. 

Huwaaa... Engga kelar-kelar. 

Iya kalau yang ditanya adalah orang yang selow. Yang engga baperan saat ditanya hal personal. Gimana kalau ditanya pada pasangan yang telah lelah mencoba berbagai metode kehamilan namun masih gagal. Hiks.. 

Betapa susah merespon pada gugatan, kenapa masih belum dapat anak.

Saya dan mama sepakat bahwa pertanyaan jenis ini mesti dihilangkan dari setiap pertemuan. 

Mama lalu punya contoh lain yang menarik.

"Kapan pulang kampung?"

Sepintas ini adalah jenis pertanyaan yang aman khan ya. Toh memang perantau ini senang membahas negeri asalnya. Didorong oleh rasa kangen, mata akan berbinar-binar mengenang keindahan kampung halaman, kebaikan tetangga dan sanak saudara dan segala hal nostalgia di masa kecil dulu. 

Pada suatu ketika, mama naik angkot yang memutar lagu dari tanah kampung halaman kami. Mama menyapa ramah dan bertanya dimana kampung kecil asal pak sopir angkot. Segera saja obrolan menjadi seru. Banyak hal menyenangkan seputar kampung halaman. Juga membahas hal-hal menarik tentang apa yang terjadi di kampung saat ini. 

Lalu mama mengeluarkan pertanyaan itu. Reaksinya sungguh membuat mama menyesal telah mengajukan tanya. Sebab pak sopir belum pernah pulang sekalipun setelah merantau. Dan itu sudah 60 tahun lamanya. Alasan utamanya adalah kesulitan ekonomi. Ia lalu bertutur tentang kangennya pada kampung. Semuanya dengan kata yang tercekat dari kerongkongan yang menahan tangis. Di sebelah pak sopir, mama menuai sesal yang tiada berguna. Apa lagi yang hendak di kata. Pertanyaan yang tidak sepatutnya diluncurkan, malah disodorkan dengan telak. 

Mama mengenang kisah obrolan yang berakhir kurang elok itu. 

Lalu kita sepakat bahwa yang aman dibahas itu ya memang cuaca, atau segala sesuatu yang kita clear bahwa lawan bicara memang suka banget topik itu. Misal jika status whatsapp nya tentang baju anak. Karena ia jualan baju anak, nah boleh tuh kita tanya seputaran bisnisnya. Nah tapi hati-hati juga sebab batas antara topik umum dan hal personal itu, agak sulit dibedakan. 


Kayak mama tadi. Kiranya masih aman aja ngebahas soal kampung, tapi saat masuk ke ranah personal seseorang. Segalanya visa berputar arah. 

Lalu kami berdua sepakat lagi. Bahwa perlu ada yang memberikan panduan tentang ini. Mungkin sebuah seminar bertajuk, daftar pertanyaan yang aman saat reunian atau arisan. Hahaha.. obrolansaya dan mama kadang emang bisa se random ini. 


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga