1 Bulan Saja Waktu Tersisa

 

Saya tidak bisa mencegah datangnya para tamu. Pertama kami merupakan sebuah keluarga besar, yang memiliki pendapat yang sama. Bahwa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Entah apa yang terjadi, susah atau bahagia, namun yang namanya keluarga tetap kudu kumpul. Apalagi dalam momen kelahiran yang membawa nuansa gembira tiada tara. Sudah tentu dua keluarga besar akan bertemu di rumah sakit, dan nanti bakala berlanjut di rumah. 

Selain keluarga, saya dan suami memiliki banyak teman dan relasi. Sebagian ya karena hubungan pekerjaan atau kesamaan aktivitas, tapi lainnya merupakan sahabat kami bercerita ngalor ngidur dan tertawa riang bersama. Sudah tentu pula mereka tidak akan tinggal diam, ketika bayi perempuan berpipi bulat lahir ke dunia. 

Maka tak ayal lagi, ruang kamar Aisyah, segera dipenuhi pengunjung. Saya baik-baik saja dengan jumlah tamu yang banyak. Karena saya berpendapat, kesembuhan datang dari mata berbinar dan senyum yang mengembang. Akan tetapi, saya memerlukan waktu spesial berdua bayi saja. Tamu boleh terus berdatangan, selama saya bisa sesekali berduaan dengan bayi tanpa gangguan. Waktu spesial yang dimaksud adalah masa menyusui. Sejak hari pertama, ketika bayi merengek minta ASI, suami akan menutup tirai dan membiarkan saya menyusui dengan tenang. Siapapun tamu tidak akan mengusik saya.

Mengenang ini, saya jadi sangat berterima kasih, karena suami, keluarga besar dan sahabat telah menjadi support system dalam perkara menyusui. Sejatinya ibu menyusui perlu memiliki kenyamanan dan ketenangan agar bisa memberi ASI dengan baik.

2 tahun kurang satu bulan lamanya, saya dan baby Ara memiliki waktu spesial itu. Masa-masa dimana ruang dan waktu hanya milik kami berdua. 
Apabila kini masa itu akan berakhir, bukan hanya bayi yang tertegun kaget. 

Saya juga akan merasa kehilangan masa spesial, saat bayi tersenyum dalam pelukan.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga