Akar yang Menghunjam ke Tanah

Tulisan 4 dari 10. Belajar menulis fiksi.


Kukira anak penjual sandal di sebelah adalah anak yang menjadi favoritku di sepenjuru terminal ini. Awalnya ia kerap main ke tokoku untuk mengisi TTS bersama.

Ia kubiarkan duduk di meja kopiku. Kubiarkan juga ia mengambil cemilan yang kubeli tiap pagi. Tapi ia juga mengambil jajanan pasar yang paling aku sukai. Yaitu roti dengan selai berwarna kuning tua. Meski demikian, kubiarkan saja.

Sama seperti halnya kubiarkan ia mengambil permen mint yang kumaksudkan untuk para pembeli. Lama-lama bahkan aku yang mengajaknya unuk tiduran di karpet sambil membaca buku. Terutama pada hari Senin. Ketika terminal dan pasar lengang sejadinya.

Aku yang membiarkan hatiku menerimanya. Lama-lama kubiarkan ia mengambil seluruh hidupku. Ia yang menentukan kami akan main catur ataukah main congklak. Kadang ia mengatur kami akan makan siang di warung siapa. Ia juga yang membuat jam tidur siangku. 

Namanya Andrea.

Ia kini memiliki pengaruh atas situasi keuanganku. Betapa tidak, aku sangat menghemat gaji pensiunanku yang tidak seberapa. Tapi aku bisa membelikannya biola, atau membawanya menonton pacuan kuda.


Kupikir tidak apa. 

Karena ia adalah pohon yang akarnya tumbuh menuju kedalaman bumi. 


#POHON

#WRITOBER2021

#RBMIPJAKARTA

#IBUPROFESIONAL

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga