Atya Mau Bertemu Atuk
Atya tidak berkesempatan bertemu ayah saya, karena papa meninggal tiga bulan setelah saya menikah. Beliau memang seringkali berdoa ketika sakit, agar dipanjangkan usia sampai anak perempuan satu-satunya menikah. Qodarullah papa memang tidak sampai bertemu cucu. padahal papa sayang sekali dengan anak kecil. Tidak terbilang banyaknya kebaikan papa pada anak kecil di sekitar rumah kami.
Seiring waktu, Atya makin paham tentang pohon keluarga. Atya pun menyadari kalau ayah memiliki ayah dan bunda yang Atya panggil dengan nenek dan atuk. Atya sudah sering bertanya kenapa bunda memiliki nenek tapi tidak ada kakek. Biasanya saya jawab apa adanya, kalau kakek sudah meninggal dan beristirahat di kampung.
Ketika mudik kemaren, saya berziarah ke makam papa, sendirian. Biasanya memang begini, saya tidak pernah membawa anak-anak ke makam papa karena saya tidak yakin bisa kuat bertahan tidak menangis. Jika saya sendiri saya bisa bertahan, dan hanya mendoakan papa.
Namun kali ini Atya meminta untuk dibawa bertemu atuk.
"Nda, Atuk bobok di belakang rumah kan Nda."
Papa memang dimakamkan dekat rumah.
Besoknya Atya menagih lagi untuk menemui Atuk. saya pun membimbing tangan Atya dan Ifa ke makam papa untuk pertama kalinya.
Kita lalu berlalu berlutut dan membaca al fatihah. saya juga mengajak anak-anak merapikan bunga-bunga di makam papa.
Untuk pertama kalinya anak-anak bertanya tentang kematian, akhirat, masa penantian dan doa-doa yang kita kirimkan. Ketika anak-anak terlihat enggan beranjak, saya sampaikan bahwa dimana pun kita berada, doa kita untuk atuk akan diterima. Anak-anak pun bangun dan beranjak sambil bilang "Dadah Atuk, sampai ketemu lebaran tahun depan."
Saya tidak menangis waktu itu, namun saya berlinang air mata saat menuliskan catatan ini.
Postingan ini disertakan pada project#ODOPfor99days #day78
Seiring waktu, Atya makin paham tentang pohon keluarga. Atya pun menyadari kalau ayah memiliki ayah dan bunda yang Atya panggil dengan nenek dan atuk. Atya sudah sering bertanya kenapa bunda memiliki nenek tapi tidak ada kakek. Biasanya saya jawab apa adanya, kalau kakek sudah meninggal dan beristirahat di kampung.
Ketika mudik kemaren, saya berziarah ke makam papa, sendirian. Biasanya memang begini, saya tidak pernah membawa anak-anak ke makam papa karena saya tidak yakin bisa kuat bertahan tidak menangis. Jika saya sendiri saya bisa bertahan, dan hanya mendoakan papa.
Namun kali ini Atya meminta untuk dibawa bertemu atuk.
"Nda, Atuk bobok di belakang rumah kan Nda."
Papa memang dimakamkan dekat rumah.
Besoknya Atya menagih lagi untuk menemui Atuk. saya pun membimbing tangan Atya dan Ifa ke makam papa untuk pertama kalinya.
Kita lalu berlalu berlutut dan membaca al fatihah. saya juga mengajak anak-anak merapikan bunga-bunga di makam papa.
Untuk pertama kalinya anak-anak bertanya tentang kematian, akhirat, masa penantian dan doa-doa yang kita kirimkan. Ketika anak-anak terlihat enggan beranjak, saya sampaikan bahwa dimana pun kita berada, doa kita untuk atuk akan diterima. Anak-anak pun bangun dan beranjak sambil bilang "Dadah Atuk, sampai ketemu lebaran tahun depan."
Saya tidak menangis waktu itu, namun saya berlinang air mata saat menuliskan catatan ini.
Postingan ini disertakan pada project#ODOPfor99days #day78
Comments
Post a Comment