Atya dan Ifa yang Ceria
Setelah postingan saya di facebook tentang musibah yang kami
alami, banyak yang bertanya bagaimana dengan anak-anak? Apakah Atya dan iIa baik-baik saja?
Demikian juga saat kami sudah sampai di kampung, setiap tetangga, keluarga dan kerabat yang datang pun menanyakan kondisi anak-anak saat dan pasca kejadian.
Ini adalah Atya dan Ifa di lapaangan seberang RSUD Ibnu Sutowo Baturaja. Untunglah di lapangan tersebut ada banyak permainan anak-anak, semoga dengan ini Atya dan Ifa menyimpan kenangan indah di Baturaja.
Bisa saya sampaikan anak-anak dalam kondisi baik. Anak-anak berhasil sabar dan menerima kenyataan saat di TKP. Kemudian juga bersikap tenang dan kooperatif ketika saya sibuk mengurus keluarga yang sakit. Juga sangat baik dan penuh perhatian saat saya gantian menyerah kalah karena kelelahan dan kekurangan darah di H+5 lebaran.
Saya kira mereka bertahan karena selama ini terbiasa curhat :)
Anak-anak selama ini memang dibiasakan menyampaikan perasaan, entah rasa takut, kecewa, sedih ataupun gembira. Dulu-dulu sih kadang berasa lebay aja kalau anak-anak bilang "kalau bunda begini, Ifa merasa sedih Nda."
Tapi dalam kondisi kemaren, saya bersyukur anak-anak mampu menyatakan perasaannya hingga tuntas. Saya pun jadi bisa menemani dan membantu anak-anak menemukan penyelesaian untuk perasaannya.
Jawaban apa adanya juga membantu anak-anak menerima keadaan. Ketika mereka bertanya apakah mobil kita sanggup pulang ke kampung. Saya melirik mobil dengan sedih dan terbayang ratusan km yang perlu kami tempuh untuk mencapai kampung. Saya menyatakan mobil kita akan segera masuk bengkel dan kita akan mengusahakan mobil pengganti. Juga demikian halnya saat di IGD, ketika muncul pertanyaan tentang tiga orang tersayang apakah bisa pulih. Juga saat ada pertanyaan tentang kecelakaan, tentang apa saja yang membuat kita bisa kena musibah, dan tentang apakah kita bisa menghindar dari kecelakaan.
Saya juga bersyukur anak-anak mau melihat segala sesuatunya sebagai petualangan. Saat di perjalanan pulang ketika mobil satunya rusak koplingnya dan perlu diperbaiki, saya sudah mulai mem-briefing anak-anak perihal kemungkinan kita ditinggal dulu di SPBU antah berantah ini sementara suami melaju pulang membawa keluarga yang luka dan kedua orang tua. Anak-anak pun siap dengan kemungkinan tidur dan makan seadanya dulu di area ini.
Well... untungnya keadaan tersebut tidak perlu terjadi namun saya senang anak-anak bisa menanggapinya dengan baik.
Pernah saya bertanya apakah nanda berdua mau kalau lebaran tahun depan kita kembali mudik via jalan darat, Atya mengangguk setuju dengan catatan kita memilih naik ferry yang ada ayunannya.. haha..
Ini akibat kemaren itu kita berpapasan dengan ferry ber-ayunan. Hmm... kita perlu cari tahu dulu ya.. bagaimana caranya kita bisa menyeberang dengan ferry yang ada playground-nya itu. Semoga aja tahun depan semua ferry sudah punya taman bermain.. Aamiin..
Saat ini anak-anak baik-baik aja, seceria biasa. Asyik berlarian ke seluruh penjuru rumah, tetap bermain pasir di halaman, menggunakan cangkir nenek untuk main masak-masakan (sejauh ini sudah pecah dua cangkir.. ups..), menyiram bunga-bunga dan memberi makan ikan di kolam.
Jejak kesedihan anak-anak hanya terlihat dalam doa sebelum makan dan sebelum tidur yang kini ditambah dengan kalimat lirih "Ya Allah, mohon sembuhkanlah nenek, mamak, dan om Ari ya Allah."
Di samping mereka, saya mengamini dengan mata berkaca.
Postingan ini disertakan pada project#ODOPfor99days #day73
Demikian juga saat kami sudah sampai di kampung, setiap tetangga, keluarga dan kerabat yang datang pun menanyakan kondisi anak-anak saat dan pasca kejadian.
Ini adalah Atya dan Ifa di lapaangan seberang RSUD Ibnu Sutowo Baturaja. Untunglah di lapangan tersebut ada banyak permainan anak-anak, semoga dengan ini Atya dan Ifa menyimpan kenangan indah di Baturaja.

Bisa saya sampaikan anak-anak dalam kondisi baik. Anak-anak berhasil sabar dan menerima kenyataan saat di TKP. Kemudian juga bersikap tenang dan kooperatif ketika saya sibuk mengurus keluarga yang sakit. Juga sangat baik dan penuh perhatian saat saya gantian menyerah kalah karena kelelahan dan kekurangan darah di H+5 lebaran.
Saya kira mereka bertahan karena selama ini terbiasa curhat :)
Anak-anak selama ini memang dibiasakan menyampaikan perasaan, entah rasa takut, kecewa, sedih ataupun gembira. Dulu-dulu sih kadang berasa lebay aja kalau anak-anak bilang "kalau bunda begini, Ifa merasa sedih Nda."
Tapi dalam kondisi kemaren, saya bersyukur anak-anak mampu menyatakan perasaannya hingga tuntas. Saya pun jadi bisa menemani dan membantu anak-anak menemukan penyelesaian untuk perasaannya.
Jawaban apa adanya juga membantu anak-anak menerima keadaan. Ketika mereka bertanya apakah mobil kita sanggup pulang ke kampung. Saya melirik mobil dengan sedih dan terbayang ratusan km yang perlu kami tempuh untuk mencapai kampung. Saya menyatakan mobil kita akan segera masuk bengkel dan kita akan mengusahakan mobil pengganti. Juga demikian halnya saat di IGD, ketika muncul pertanyaan tentang tiga orang tersayang apakah bisa pulih. Juga saat ada pertanyaan tentang kecelakaan, tentang apa saja yang membuat kita bisa kena musibah, dan tentang apakah kita bisa menghindar dari kecelakaan.
Saya juga bersyukur anak-anak mau melihat segala sesuatunya sebagai petualangan. Saat di perjalanan pulang ketika mobil satunya rusak koplingnya dan perlu diperbaiki, saya sudah mulai mem-briefing anak-anak perihal kemungkinan kita ditinggal dulu di SPBU antah berantah ini sementara suami melaju pulang membawa keluarga yang luka dan kedua orang tua. Anak-anak pun siap dengan kemungkinan tidur dan makan seadanya dulu di area ini.
Well... untungnya keadaan tersebut tidak perlu terjadi namun saya senang anak-anak bisa menanggapinya dengan baik.
Pernah saya bertanya apakah nanda berdua mau kalau lebaran tahun depan kita kembali mudik via jalan darat, Atya mengangguk setuju dengan catatan kita memilih naik ferry yang ada ayunannya.. haha..
Ini akibat kemaren itu kita berpapasan dengan ferry ber-ayunan. Hmm... kita perlu cari tahu dulu ya.. bagaimana caranya kita bisa menyeberang dengan ferry yang ada playground-nya itu. Semoga aja tahun depan semua ferry sudah punya taman bermain.. Aamiin..
Saat ini anak-anak baik-baik aja, seceria biasa. Asyik berlarian ke seluruh penjuru rumah, tetap bermain pasir di halaman, menggunakan cangkir nenek untuk main masak-masakan (sejauh ini sudah pecah dua cangkir.. ups..), menyiram bunga-bunga dan memberi makan ikan di kolam.
Jejak kesedihan anak-anak hanya terlihat dalam doa sebelum makan dan sebelum tidur yang kini ditambah dengan kalimat lirih "Ya Allah, mohon sembuhkanlah nenek, mamak, dan om Ari ya Allah."
Di samping mereka, saya mengamini dengan mata berkaca.
Postingan ini disertakan pada project#ODOPfor99days #day73
Comments
Post a Comment