Komunikasi Tanpa Tangisan




Salah satu materi dari kurikulum Ibu Profesional yang bikin saya tertampar adalah materi dari pak Dodik tentang komunikasi produktif. Ini adalah satu dari banyak materi yang akan saya keep seumur hidup dan insya Allah akan diwariskan ke anak-anak. Materi ini yang membuat saya SWITCH dari satu pola komunikasi ke bentuk komunikasi yang pas bagi saya dan suami.

Teringat lagi pagi ini, saat saya dan Ifa melakukan diskusi kecil pagi ini. Setelah operasi kemaren selesai, Ifa memang menjadi lebih mudah dipahami karena Ifa sudah bisa melihat lebih baik tapi tetap saja putri 4 tahun ini masih lebih suka menangis dibandingkan mengutarakan perasaannya. Butuh setengah jam memeluk dan menguraikan perasaan, agar Ifa mau terbuka dan mau diajak sharing. Pagi ini sementara meredakan tangis Ifa, saya teringat dengan saya yang dulu hobi menangis :p

Dulu saat saya dan suami berseberangan paham, saya tidak bisa menahan tangis. Malangnya tangisan saya tidak memulihkan keadaan melainkan memperburuk hubungan.
Jadi tambah bete :(
Kesininya saya makin mengurangi tangis tak berguna tersebut dan mencoba membicarakan apa yang saya rasakan. Komunikasi kami pun membaik.
Begitu kenal dengan IIP dan menerima ilmu komunikasi produktif, saya sepenuhnya paham dengan perbedaan saya dan suami dan kemudian pelan-pelan menemukan pola komunikasi yang pas untuk kami berdua.
 
Kini, untuk putri bungsu 4 tahun yang menuruni kemampuan tangis bunda, saya perlu segera mengajarkan materi komunikasi #eh
Haha..
Engga ding, saya hanya perlu memeluk, membuatnya nyaman dan mulai menanyakan perasaannya.
Pelan-pelan saja.

Mau tahu apa sih materi komunikasi yang keren itu, next postingan yah :)

#ODOPfor99days
#day17

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga