Baralek dan Budaya Gotong Royong

Ada alasan kenapa dari sejak belia dulu saya senang menemani mama masak, alasan yang bukan saja karena saya memang suka memasak. Tapi karena saat memasak itu, mama suka menceritakan berbagai kenangan masa lalu.
Saay kisahkan kembali di sini obrolan saya dengan mama kemaren ya..
Ini adalah kenangan tentang mempersiapkan pernikahan. Cerita kali ini bukan tentang mempersiapkan mental untuk menikah tapi persiapan printilan menjelang acara pernikahan.

Mama mengenang, dulu seorang gadis perlu waktu lama untuk mempersiapkan pernikahannya. Bukan karena bolak balik galau #eh :p
tapi karena berbulan-bulan sebelum tanggal pernikahan, sang gadis perlu menjahit kelambu dan seprai dulu, sebagian menggunakan mesin jahit sebagian menjahit dengan tangan. Bahkan ada yang menyulam sendiri rendanya. Usai menuntaskan kelambu, sang gadis lalu beralih mengerjakan bunga keranjang dari kertas atau kain. kemudian membuat kue kering untuk mengisi toples-toples.

Persiapan pernikahan ini seringnya tidak dikerjakan sendiri oleh si gadis, melainkan dibantu teman-temannya. Jadi mama juga mengenang masa-masa beliau ikut rame-rame ngumpul di rumah seorang teman dan membantu membuat bunga kertas. Melihat binar mata mama, saya yakin, pastilah itu salah satu dari kenangan yang seru.

Kemudian masa berubah, kesininya semua barang-barang sudah siap beli. Kelambu, bunga, kue-kue, baju pengantin, tersedia dengan ragam pilihan menggoda. Lama kelamaan mama pun kehilangan momen mengerjakan printilan pra pernikahan.

Obrolan kita berlanjut seiring masakan yang hampir rampung, kali ini berpilin dengan ingatan saya sendiri. Kita melesat ke masa saya kecil, saat remaja-remaja berkumpul di rumah seorang teman menjelang pernikahan. Satu kelompok menghias loteng rumah dari kertas krep, lengkap dengan beberapa lampion dari kertas mengkilat. Sekelompok pemuda lain di pojok sana membuat ucapan selamat datang dan mohon doa restu lengkap dengan gambar carano. Ada juga yang melipat kertas tisu. Seolah keriuhan dalam rumah belum cukup, di belakang rumah, ibu-ibu malah sudah berhari-hari sebelumnya sibuk di dapur. Bersama-sama mempersiapkan makanan untuk perhelatan yang ditunggu.

Saya masih belum menginjak usia remaja kala itu, masih anak kecil yang bisanya hanya ngintilin kakak-kakak. Namun saya suka mengenangnya, melihat atmosfer penuh kekerabatan dan gotong royong dari wajah-wajah pemuda yang kreatif.
Kini kebiasaan itu berangsur hilang. Sebagian dekorasi pesta pernikahan lalu berganti dengan dekorasi profesional, makanan yang disiapkan bersama mulai pelan-pelan digantikan jasa catering.

Ketika saya akan menikah, saya ingin kembali membangkitkan momen mendekorasi rumah rame-rame bersama teman-teman dan tentunya sambil ngobrol-ngobrol mengenang masa lalu. Tapi sayang beribu sayang tidak kesampaian.. hiks..
Mengingat kerepotan saat acara lamaran di rumah lama yang di tengah sawah, ortu banting rencana untuk pindah ke rumah baru yang belum selesai. Disinilah semua rencana untuk nostalgia buyar. Kami ternyata perlu menggunakan kain pelaminan untuk menutupi setiap inci rumah, menutup kondisi ketiadaan loteng dan dinding yang belum diplester. Dekorasi tambahan sudah tidak lagi diperlukan :(

Kini, saat melirik saudara satu-satunya yang belum menikah, saya punya rencana khusus :)
Mama, saya yakin, bakal setuju.

Tulisan ini diikutsertakan dalan #ODOPfor99days #day1

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga