Kaya Wawasan

Berhubung tinggal di perantauan, dengan orang tua yang berada di kampung, mudik adalah sebuah keniscayaan. Kudu banget rasanya mudik minimal sekali setahun itu. Ya gimana engga. Segala apa yang terjadi di keseharian itu, mengingatkan pada kampung halaman. Entah itu azan di kala senja, makanan favorit, atau kenangan yang melintas dadakan kayak tahu itu. Apalagi jika bulan Ramadan datang. Sepanjang waktu, pikiran udah terbang aja ke kampung halaman. Kangen orang tua, kangen keluarga besar, dan juga suasana di kampung. Semua pokoknya. Ini sebabnya lebaran itu identik dengan mudik. Seingat saya baru dua kali kejadian menunda mudik saat lebaran. Pertama saat awal merantau dan ngga bisa cuti. Nah ini beneran gualaaau banget. Ngerasain lebaran sendirian di rumah kost tiga lantai nan sepi. Saya saking sedihnya sampai matiin tv, ngga sanggup melihat tayangan hari raya. Hiks.. sebagai gantinya saya menenggelamkan diri dalam buki fiksi fantasi. Saya bertekad pindah ke dunia lain dulu saking bapernya. Terus yang kedua itu pas pandemi, yang menyebabkan asn di Jakarta tidak boleh meninggalkan tempat. Ya sama aja sih sedihnya, tapi karena udah punya anak-anak, kesedihannya dilabur kesibukan ngurus anak-anak. 

Nah, mudik ini karena sebuah rutinintas, lalu menjadi bagian penting dari agenda keluarga. Anak-anak otomatis terlibat penuh. Mulai sejak mereka bayi, udah terlibat pastinya. Ada kegiatan harian yang berubah, terus ada juga banyak ketidaknyamanan. Pasti engga nyaman sih karena kita hampir selalu melintasi jalur darat yang butuh waktu dua hari perjalananan. 

Demikian pula ketika mereka beranjak besar, mulai makin terlibat dalam mudik. 

Anak-anak ikut menyiapkan kebutuhan mudik, dan menyusun itinerary, juga menyiapkan berbagai plan selama mudik. Pendek kata mereka terlibat penuh. 

Karena terlibat penuh ini, saya sering memikirkan apakah mudik ini punya makna dalam perkembangan anak-anak. 

Mestinya sih iya, menilik pepatah Minan yang berbunyi, "alam takambang jadi guru" bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini mengandung pembelajaran penting bagi diri kita. Terus ada lagi pepatah lain "banyak bajalan, banyak dilihek." Yang artinya makin banyak melakukan perjalanan, makin banyak juga hal baru yang ditemui dan pada akhirnya bisa mencerna berbagai hal baru. 

Balik ke mudik di keluarga kami, seriusan deh, mudik itu banyak belajarnya. 

1. Belajar pengetahuan umum

Ketika anak-anak di TK, saya tahu dari mereka bahwa kapal ferry penyeberangan itu namanya kapal roro, yang ada kepanjangannya pula: Roll on - Roll off. Pasalnya di sekolah mereka belajar berbagai macam jenis kapal, dan juga belajar saat menyeberang di pelabuhan Merak. Sementara saya, kapal yang melintasi selat, menyimpan makna romantika. Saya sibuk mengkhayalkan betapa satu pula sempurna ditinggalkan. Pun berikut segala kenangan. Uhuk. 


#bersambung... 


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga