Kaya Imajinasi




Sore itu, saya bersama Lina dan Rita sibuk bermain di bawah perdu. Kami membuat lorong masuk dari rerimbunan daun, dan kemudian membuat benteng yang kokoh. Sejurus kemudian terciptalah istana yang sempurna terlindungi dari segala marabahaya. Lina pun telah mengenakan mahkota yang terbuat dari jalinan akar dan bunga. Perfect. Sore itu, seraya matahari merendah, kami merangkai cerita yang apik. Tentang kerajaan yang semarak oleh bunga dan dedaunan.

Lalu masa beranjak ketika saya tidak lagi main di samping rumah dengan teman-teman. Sebagai anak remaja, saya berhenti main masak-masakan, juga berhenti membangun istana daun. Sebagai gantinya, saya lebih banyak menulis cerita dan puisi. Tetap saja ada lengkung menakjubkan istana bunga, tetapi ia kini adalah sepotong gambaran dalam cerita yang saya tulis. Imajinasi yang sama, dengan bentuk yang berbeda. 

Lalu masa berganti ketika saya berhenti berimajinasi. Saya kehilangan kisah tentang putri yang tumbuh di istana, juga kehilangan cara menelusuri lorong demi lorong rahasia. Pun saya tidak lagi bisa mereka kejadian yang tidak terduga. Lebih dari itu bahkan saya tidak lagi sanggup mereka sebuah tokoh dan mengembangkannya. Sebuah plot sedih, rasanya begitu enggan saya sematkan. Rasanya kok ya engga tega. 
Hiks. 

Entah apa asal usulnya hingga saya lalu berhenti berimajinasi. 
Apa karena beban hidup yang makin berat terasa.. hahaha.. atau memang sayanya yang males aja. Hiks.. 

Akibatnya semua tulisan saya belakangan ini hanyalah berupa curhatan belaka. Saya tidak lagi bisa memunculkan karakter dan kemudian memberinya berbagai alur cerita. Saya sebaliknya takjub dengan kemampuan orang-orang membawa imajinasinya liar tebang jauh kemana-mana. 

Hanya saja belakangan sebuah kesadaran muncul dari membaca berbagai referensi. Bahwa daya imajinasi merupakan hal yang penting. Terutama di masa mendatang, ketika sebagian besar kerja fisik sudah digantikan oleh mesin. Lets say penjaga tol yang kini digantikan oleh mesin pembaca kartu yang otomatis mengurangi poin di kartu. Manusia dengan imajinasinya yang luar biasa, adalah sesuatu yang tidak tergantikan oleh mesin. Dari sini saya merasa perlu kiranya, anak-anak bertumbuh dengan imajinasi yang terus berkembang, agar kelak bermunculan berbagai inovasi dan menjadikan hidup mereka lebih baik. 

Aslinya, anak-anak dan imajinasi adalah satu paket. Tantangannya adalah bagaimana merawat imajinasi itu agar terus berkembang dan tidak menghilang seiring mereka tumbuh besar. 

  1. Memperkaya ide. Anak-anak menangkap berbagai informasi dalam keseharian. Entah lewat aktivitas sehari-hari, atau bertemu hal baru, atau orang baru, atau saat merasakan perasaan yang baru. Sumbernya bisa dari kisah yang dituturkan orang tua, buku yang dibacakan, tayangan di televisi atau mengamati lingkungan. Semua informasi itu akan tersimpan di benak anak sampai kelak nanti mereka bisa menghubungkan berbagai informasi tersebut. Anak yang kaya informasi akan lebih kaya ide, dan kelak pada gilirannya lebih imajinatif.
  2. Memberi ruang. Seringkali saya menahan diri ketika anak-anak menuangkan idenya dalam bentuk warna warni. Semisal gunung yang dalam benak saya mestilah berwarna biru. Tapi kan ya engga mesti begitu. Nah menahan diri ini yang susyah. Hahaha.. padahal itu penting agar anak bisa leluasa mengembangkan imajinasi.  
  3. Memberi apresiasi. Terakhir orang tua perlu memberikan apresiasi terhadap karya anak. Apresiasi ini akan membuat anak lebih percaya diri dan bisa melangkah lebih jauh lagi. Insya Allah. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga